Nana Martir adalah gadis yang cantik secara fisik dan juga pintar, dia lahir dari keluarga yang sederhana . Ayahnya hanyalah seorang tukang dan ibunya berjualan makanan. Tetapi dia banyak disukai karena berbagai prestasi yang boleh dia gapai , dia juga orang yang sangat berprinsip. Nana juga memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Joshua Martir, yang juga seorang anak dengan prestasi tidak kalah dari kakaknya.
Nana Martir selalu memegang prinsipnya "Aku adakah Aku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Christi Jawan Tenda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehendak TUHAN
Nana mengarahkan pandangannya ke Oma Hada, berjalan perlahan mendekatinya dan memeluknya dengan erat. Air mata Nana mengalir deras.
"Oma, hatiku begitu sakit, aku mau pergi oma. Sulit mengubah cinta menjadi saudara, oma yang membawa kakak Ar bertemu denganku sekarang kami harus berpisah." ucap Nana pilu.
Mendengar itu Oma mengetahui rahasia hati Nana selama ini, dan inilah kehendak TUHAN. Bukan Nathan ataupun Sadrakh tapi Belsazar. TUHAN memang penuh dengan kejutan.
"Walaupun kau cucuku tapi akan tetap menjadi menantu uncle Yehuda dan aunty Milkha, karena Ar adalah anak angkat mereka berdua.
Nana kaget dan menatap kedua orangtua Belsazar kemudian malu menatap kekasih hatinya.
"Pernikahan ini tetap akan dilaksanakan, pembicaraan selanjutnya urusan kami orangtua, kalian silahkan keluar." ucap Oma Hada.
Belsazar langsung menarik Nana keluar dan membawanya ke taman samping rumah, sementara Nathan dan Joshua berbincang di ruangan lain rumah itu.
"Aku bersyukur karena dari peristiwa ini, perasaanmu kepadaku sangat tulus." ucap Belsazar.
Nana hanya menangis, kemudian Ar memeluknya erat dan memberikan kecupan didahinya. Ar menghibur Nana, perasaan keduanya semakin kuat.
Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
Kabar inipun telah sampai kepada Sadrakh di Inggris. Sadrakh bahkan tertawa dan merasa konyol karena waktu itu dia mengejar adik sepupunya.
"Sudah enam tahun Pris, tapi aku belum menemukanmu." ucap Sadrakh.
"Maaf Tuan, ada salah satu tamu mengalami kesakitan tiba-tiba dan seorang anak kecil."penanggung jawab di hotel itu.
Sadrakh segera menuju ke ruang kamar itu. Dan menghubungi rumah sakit terdekat. Ambulanspun segera datang dan membawa ke Rumah Sakit Anak Great. Sebagai manager di hotel itu Sadrakh sangat bertanggung jawab dan selalu berhasil mengatasi masalah.
Selain keluarga pasien , Sadrakhpun menyusul ke rumah sakit itu. Penanganannya sangat baik dan ini melegahkan. Sadrakhpun duduk di ruang tunggu yang didesain begitu nyaman, cat berwarna-warni , ada ruang bermain dan taman buatan, disudut ruangan ada permainan basket mini.
Sedrakhpun melangkah perlahan melepas kerinduannya, pada saat akan mengambil bola basket ada tangan cantik yang mengambil duluan dan melemparkannya ke keranjang. Sosok wanita menggunakan jas putih, rambut coklat mengombak sebahu. Tampak dari belakang.
Sosok itupun berlalu menuju ke suatu tempat. Sadrakh terpanah dan mengikutinya kemudian masuklah sosok itu ke ruangan, dan didepan pintu terpampang nama dr. Pris Makalew, Sp.A.
Aliran darah dan jantung Sadrakh seakan tak beraturan ketika membaca nama yang terpampang itu, dan dia tidak menunggu lagi langsung membuka ruangan itu, membuat wanita yang diruangan itu kaget.
"Pris..." memandang wanita yang sempat hilang dan dicari selama enam tahun.
"Sa-drakh, keluar!" Pris maju dan mendorong Sadrakh untuk keluar, tetapi tenaganya tidak bisa melawan kekuatan Sadrakh, Sadrakh memeluk Pris dengan erat.
"Maafkan aku, jangan pergi dariku, enam tahun aku mencarimu Pris." Ucap Sadrakh tetap memeluk wanita yang dia cintai.
Pris hanya terdiam dan menangis, pelukkan Sadrakh terasa hangat, antara benci dan rindu beradu dipikiran Pris, dia telah berusaha melepaskan pria yang dia cintai begitu lama dan sekarang tiba-tiba muncul.
"Kumohon, berikan aku kesempatan memperbaikinya." melepas dekapannya perlahan tapi masih memegang kedua tangan Pris. Sadrakh takut wanita itu pergi.
"Dokter, mohon maaf ada pasien yang perlu anda tangani." ucap seorang perawat.
"Aku pergi dulu." pamit Pris
"Aku menunggumu disini." ucap Sadrakh dan menatap Pris begitu dalam.
"TUHAN, terima kasih, KAU pertemukan kami berdua, tolong jaga hubungan kami, pulihkan hatinya TUHAN YESUS.Amin."
Sadrakh menunggu, waktu terus bergulir dan terdengar suara pintu dibuka, masuklah Pris kemudian duduk melihat Sadrakh yang tertidur di sofa.
"Kenapa kau datang lagi? Kenapa kau mengusik hidupku lagi ? aku begitu berupaya memulihkan hatiku, disaat aku sudah tenang, kau hadir kembali." suara lirih Pris.
Segera tersadar dalam lirihnya, Pris beranjak mengambil tas dan menuju parkiran mobilnya. Sadrakh membiarkan karena dia ingin mencari tahu tempat tinggal Pris. Pris tidak sadar dia diikuti oleh pengawal Sadrakh.
Merekapun melaporkan posisi dari Pris. Sadrakh sudah mendapatkan alamatnya dengan begitu dia bisa segera menyusul. Sadrakh kembali le Rich Hotel tempat dia bekerja untuk mempelajari juga lebih dalam bisnis ini, karena setelah oulang ke Manado dialah yang akan mengambil alih bisnis perhotelan keluarga Andes.
Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
Bel apartemen berbunyi, sementara Pris didalam sedang mengepak barang-barang untuk melarikan diri lagi. Pris berpikir yang datang adalah pengawal ayahnya untuk membantunya pindah, begitu pintu dibuka, Sadrakh langsung mendorong secara paksa, karena Pris tidak mengizinkannya masuk. Tenaga Sadrakh lebih kuat dan Pris terpental, Sadrakh mencoba membantunya tetapi Pris mencoba untuk lari tapi langsung ditangkap Sadrakh.
Pris merontah-rontah tapi tidak bisa lepas. Sadrakh justru langsung mencium bibir Pris dengan paksa dan mereka berdua larut dalam ciuman itu. Pris tidak bisa berbohong, dia masih mencintai Sadrakh.
Telephone genggam milik Sadrakh dikeluarkan dari sakunya kemudian menghubungi Tuan Yusuf.
"Halo, Sadrakh ada apa? Ini masih subuh.
"Papa, bantu aku melamar Pris kepada Tuan Ahas, aku sudah menemukannya, dia ingin lari dariku."
"Apa ?! Kau ini memaksakan kehendakmu pada Pris, tidak boleh.
"Papa bantu saja, lamaranku secapatnya, jika tidak akau akan kehilangannya lagi."
Sadrkah menuju pintu dan mengganti passwordnya. Pris tidak bisa kemana-mana lagi.
"Sadrakh, ku mohon, izinkan aku pergi. Aku janji tidak akan mengganggumu."
"Cukuplah kau membuatku gundah bertahun-tahun, aku bahkan kehilangan separuh jiwaku karena kau tiba-tiba menghilang."
"Tuan, cincinnya sudah dipesan, besok siang sudah bisa diambil." pesan singkat masuk ke hp Sadrakh. Diapun tersenyum.
Pris duduk dengan kesal, semua isi koper Pris dibongkar lagi Sadrakh, diapun meminta Pris memasukkan kembali semuanya ke lemari. Dia mengambil hp Pris dan mensinkronkan dengan miliknya.
Tiba-tiba Pris memegang kepalanya dan mulai berkeringat dingin, Sadrakh menyadari itu dan langsung memeluknya. Sakit Pris kambuh lagi. Sadrakh mengetahui posisi saat ini Pris mengalami tekanan batin dan efeknya seperti ini. Sadrakhpun menggendongnya dan membawanya ke tempat tidur.
Sadrakh segera menyiapkan bubur dan teh, kemudian menyuapi Pris, dia menenangkannya dan terus menceritakan bagaimana dia berjuang mencari Pris selama ini. Pris terdiam hanya memandang pria yang telah lama dia cintai , yang ingin dia lupakan tetapi justru hadir dengan kejutan.
Setelah selesai menyuapi Pris , Sadrakh menatap wajah Pris , dia memuji kecantikannya dan terus meminta Pris menikah dengannya. Pris belum bisa memberi jawaban pikirannya masih kacau. Tapi Sadrakh tidak menyerah.
"Kau harus setuju, karena perjodohan kita sudah dari masih kecil, selain itu besok ayahku akan melamar ke ayahmu, kamu tidak bisa keluar dari apartemen ini tanpa persetujuanku." ."Aku juga akan tinggal disini!" menatap tegas Pris.
"Mana bisa ? Ini tidak benar Sadrakh."ucap Pris dalam keadaan lemah.
"Ini di luar negri , sudah biasa. Selain itu besok kita resmi bertunangan dan siap pulang ke Manado untuk menikah sesudah pernikahan Ka Ar dan Nana."
"Apa? Kenapa tidak bertanya apakah aku setuju atau tidak? Kenapa harus begini?" Pris mencoba berdiri tapi masih pusing.
"Tidurlah tunanganku." merangkul Pris dan berbaring disampingnya. "Aku tidak akan menyentuhmu sampai kita menikah tapi jika kau coba-coba melarikan diri aku terpaksa menggunakan cara yang licik." Pris menjadi takut dan menurut, tetapi dalam hatinya merasakan kehangatan dan kenyamanan dalam pelukan Sadrakh.
Pagi diInggris , Sadrkah bangun dan langsung ke kamar mandi, dia membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Barang-barang Sadrakh sudah diantar pengawalnya ke apartemen Pris. Diapun langsung membuat sarapan pagi. Pris terbangun dan langsung membersihkan dirinya, setelah keluar dia mulai menatap ruang tamunya yang sudah ada foto-foto mereka berdua, semasa kecil sampai SMU.
"Kenapa semunya ada disini ?" menatap Sadrakh yang menikmati kopi.
Sadrakh mendekatinya dan menariknya duduk dan mempersilahkan dia sarapan. Jika tidak sarapan Sadrakh akan berlaku licik.
"Semua ini aku yang menatanya, bukankah kita bertunangan ? Bahkan kita segera menikah." ucap Sadrakh dan mengedipkan matanya merayu Pris.
"Tunangan, cincin saja tidak ada." menggerutu sambil menyantap sarapan perlahan-lahan dan melirik Sadrakh yang tidak lepas menatapnya.
Kring!
"Papa, iya aku baik-baik saja." percakapan Pris dengan ayahnya didepan Sadrakh. Tiba-tiba Sadrakh merebut dan langsung berbicara dengan Tuan Ahas.
"Selamat pagi Om. Kami harus segera menikah."
"Kenapa terburu-buru Sadrakh?"
"Kami sudah tinggal serumah dan tidur bersama."
"Apa?!" sahutan keras Tuan Ahas. Pris ingin merampas telepon itu tapi langsung diberi kecupan oleh Sadrakh.
Sadrakhpun mengganti dengan panggilan vidio dan memperlihatkan situasi apartemen Pris yang sudah penuh dengan foto mereka berdua dan barang-barang mereka.
"Pris! Kalian harus segera menikah, jangan mempermalukan keluarga, cepat pulang ke Manado!" menutup panggilan vidio call.
Pris kesal dengan caranya Sadrakh, diapun langsung lari memasuki kamar tapi bisa dikejar dan langsung dipeluk Sadrakh begitu erat.
"Maaf Pris, aku takut kehilangan kamu.caraku mungkin memaksa tapi inilah yang bisa kulakukan agar kau tidak pergi." ucap lembut Sadrakh.
"Tapi ini mempermalukanku , papa pasti berpikir jika aku tidak bisa menjaga diri." sambil menangis.
Sadrakh mencium dahi Pris dan berjanji akan membereskan Semuanya.
Suara bel pintu berbunyi, begitu dibuka pengawal Sadrakh sudah membawa satu kotak mewah, didalamnya ada cincin pasangan dari berlian tampilan sederhana namun berkelas.
Sadrakh melakukan panggilan vidio call kepada Pdt. Albert, Tuan Yusuf, Tuan Ahas dan mulailah pertunangan mereka berdua. Dia tidak bisa menunggu bertunangan nanti di Manado. Status mereka berduapun sudah resmi bertunangan.
Tuan Yusuf dan Tuan Ahas tertawa karena banyak kejutan dari anak-anak mereka. Hal yang dirindukanpun boleh terjadi. Panggilan itupun berakhir cincin telah melingkar jari manis tangan kiri mereka berdua.
Sadrakh mulai menceritakan tentang hal Belsazar, Nana dan Nathan, Cerita yang amat rumit Prispun tersenyum dalam hatinyapun Berkata "ini adalah kehendak TUHAN , semuanya sudah diatur dengan adil."
Melihat senyuman Pris membangkitkan rasa gemas Sadrakh, wanita inipun langsung menghindar dengan minum teh yang ada didepannya. Sadrakh merasa lucu melihat itu.
Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
Kabar gembira dari Inggrispun menambah sukacita Ar dan Nana yang lagi sibuk memilih undangan dan souvenir. Merekapun mengambil tema biru muda pada saat resepsi dan putih pada saat pemberkatan.
Belsazar mempersilahkan Nana mengatur semuanya, mereka juga bertemu dengan tim kreasi yang akan mengatur acara sakral itu. Bahkan Nana meminta jika dalam pemberkatan musiknya menggunakan orkestra dan paduan suara.
Pesanan cincinpun langsung ditangani toko Jennifer karena keluarga mama Lana sudah mengetahuinya dan mau terlibat. Kakak dari mama Lana yang juga adalah bibi nana , memohon agar dia bisa memberikan itu untuk Nana.
Mama Lana juga agak syok namun bahagia karena pernikahan Nana akan dihadiri juga Opa Saul , papa dari mama Lana. Bertahun-tahun tidak bertemu. Sosok papa yang sangat memanjakan anaknya namun berubah menjadi monster dan tega mengusirnya.
Setiap kali mama Lana mengingat kejadian itu , dia selalu menangis , kerinduannya kepada orangtuanya begitu dalam meskipun mamanya Karolin telah meninggal.
"Semuanya atas kehendak TUHAN, kita manusia mengikuti saja apa yang TUHAN inginkan." suara hati mama Lana.
Senyumnya melebar ketika Nana dan Belsazar tiba, dengan segala perlengkapan dan lumayan juga belanjaan mereka. Pada saat Nana selesai meletakkan barang-barangnya, tiba-tiba pandangan Nana menjadi kabur, Ar dengan cepat menangkap Nana dan menggendongnya ke sofa. Nana lupa belum mengisi perutnya dari pagi karena semangatnya mempersiapkan ini semua.
Mama Lana langsung membuatkan teh dan mengambil makanan, Ar langsung mengambil alih dan menyuapi Nana. Pemandangan indah yang disaksikan kedua orangtua Nana. Kemesraan yang selalu didoakan bisa selamanya hingga maut memisahkan.