SEQUEL BURN WITH YOU
Declan Antony Zinov dituduh membunuh keluarga angkatnya yang kaya raya demi sebuah warisan. Tapi semua itu tidak terbukti sehingga pria itu menjalankan bisnis keluarganya dan menjadikan Declan pria kaya raya dan juga ditakuti karena sikapnya yang kejam.
Lucyanna Queen Nikolai merupakan cucu seorang mafia yang sudah lama menaruh hati pada Declan karena telah menyelamatkan nyawanya saat kecil. Ia sering mencari tahu berita tentang pria pujaannya itu dan berniat melamar kerja di perusahaan milik Declan.
Setelah bertahun-tahun lamanya, Declan dipertemukan kembali dengan gadis yang pernah ia selamatkan. Tapi melihat bagaimana wanita itu terang-terangan menyukainya membuat Declan bersikap kasar agar Lucy tidak lagi mendekatinya.
Tapi, ketika Lucy tertembak karena berusaha melindunginya. Barulah Declan menyadari betapa berartinya Lucy di kehidupannya selama ini.
#Cerita ini lanjutan dari cerita Burn With You dimana masa kecil mereka ada di Bab akhir. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athaya Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
Lucy bisa mendengar suara Serena yang berbisik ditelinganya dengan lembut, ia juga bisa merasakan belaian sang Mommy dikepalanya. Lucy ingin membuka mata dan bersuara tapi seluruh tubuhnya tidak bisa ia gerakkan. Apakah ia sudah mati? pikirnya, dan mencoba mengingat kejadian yang menimpanya terakhir kali.
Ia tidak mendengarkan suara Declan ataupun merasakan sentuhan pria itu. Dimana pria itu? Mengapa Declan tidak ada bersama dengannya disini. Lucy berusaha membuka matanya. Tapi terasa sangat sulit. Beberapa saat kemudian ia kembali tertidur dan bermimpi setelah seseorang menyuntik lengannya.
Flashback...
"Ya Tuhan, Lucy. Mengapa kau bergelantungan diatas sana?" teriak Anna yang terkejut ketika melihat cucunya tengah bergelantungan di jendela lantai dua.
Lucy melihat kebawah dan tahu sebentar lagi ia akan mendapatkan amarah dari neneknya. "Grandma, aku hanya ingin menyelamatkan Amor. Ia seperti takut untuk melompat turun."
Anna melihat kucing kesayangan Lucy tengah terjebak diluar jendela dan ketakutan. "Seharusnya aku sudah meminta Augus untuk membawanya pulang. Kucing itu selalu menyusahkan."
"No. Paman Augus hanya akan membuangnya dihutan." Jawab Lucy dari atas.
Akhirnya Lucy berhasil menurunkan Amor dan memeluknya dengan lembut. "Berhentilah membuat diriku terkena masalah karenamu. Kalau saja kau bukan anak dari kucing yang diberikan Declan. Aku tidak akan merawatmu."
"Cepatlah, Lucy. Kau akan terlambat ke sekolah." Sahut Anna sembari memberikan bekal dan mengambil Amor dalam pelukan cucunya.
Lucy dengan cepat memakai sepatunya dan mencium pipi sang nenek. "Thank you, Grandma sudah menyiapkan bekalku."
Begitu tiba disekolah Lucy menyibakkan rambut dari kening dan berdiri di depan teman prianya yang terlibat perkelahian. "Apakah kau dipukul oleh senior kita lagi? Siapa namanya? aku akan membuat perhitungan dengan mereka."
"Apa kau akan melawan mereka?" tanya Katie teman sebangkunya.
"Memangnya kenapa? Aku tidak takut." Balas Lucy.
Beberapa saat kemudian Lucy terlibat perkelahian dengan para lelaki yang merupakan seniornya. Dengan tampilan yang sudah acak-acakan, ia kemudian duduk disalah satu taman dan menghabiskan bekalnya.
"Kau benar-benar gila, Lucy. Kau membuat salah satu dari mereka mengalami patah tulang." Sahut Katie ketika menemukan Lucy di taman belakang sekolah mereka.
Lucy terlihat santai dan lebih menikmati bekal yang disiapkan oleh neneknya. "Aku tidak melakukan apapun padanya, dia terjatuh sendiri. Kau bisa melihat cctv jika tidak percaya."
"Benarkah? Aku cemas karena tadi aku melihat keributan diruang kepala sekolah. Kurasa sebentar lagi Daddymu akan datang." Katie berkata sembari menyodorkan sebotol minum dingin yang ia bawa untuk Lucy.
Lucy tersedak ketika mengingat sesuatu, kemudian menutup bekalnya dan memasukkannya kedalam tas. "Sepertinya kali ini yang datang adalah kakekku, karena Daddy dan Mommy sedang keluar negeri."
"Kau berada dalam masalah, Lucy." teriak Katie sembari berlari mengikuti wanita itu.
Lucy berlari menyusuri lorong menuju ruang kepala sekolah. Ia harus tiba lebih dulu sebelum kakeknya, karena Lucy bisa membayangkan akan seheboh apa jika sampai pria tua itu mengetahui cucu kesayangannya terlibat perkelahian dengab lawan jenisnya.
"Lucy , berhenti." teriak Katie menahan lengan Lucy, ketika mereka hampir tiba diruang kepala sekolah. "Sepertinya ada anak pindahan."
Mereka berdua memperhatikan ketika seorang anak laki-laki dan juga pria dewasa menyalami kepala sekolah. Dan Lucy dibuat terkejut ketika mereka membalikkan badan dan bertatapan langsung dengannya. "Declan?"
"Lucyanna Queen. Tunggulah diruanganku dan jangan kemana-mana, karena Kakekmu sedang menuju kesini. Aku akan mengantar mereka kedepan." Sahut Kepala Sekolah dengan raut wajah yang terlihat kesal.
Lucy melihat Declan hanya diam dan menatapnya dingin, sudah sangat lama dan mengapa pria itu kembali kesini? Dan mengapa dia memakai seragam? Seharusnya ia sudah lulus dan melanjutkan kuliah.
"Apa kau mengenal laki-laki itu?" Tanya Katie ketika mereka tinggal berdua.
Lucy mengangguk dengan perlahan. "Dia pria yang sering aku ceritakan padamu."
"Kau serius, Lucy? Dia sangat tampan." Katie berkata sambil memperhatikan raut wajah Lucy yang terlihat memerah. "Kau merona, Lucy. Apa yang ada dalam pikiranmu."
"Katie. Kurasa aku benar-benar menyukainya." Ucap Lucy sembari menyentuh pipinya.
Katie tertawa kencang melihat sikap Lucy yang tidak seperti biasanya. "Sebaiknya kau mulai bersikap seperti perempuan yang lembut dan tidak mencari masalah lagi, jika ingin memikat hatinya."
"Kakekmu benar-benar datang, Lucy." Sambung Katie ketika melihat kedatangan kepala sekolah bersama kakek Lucy yang sedang menuju kearah mereka.
...----------------...
"Kakek tidak akan memarahimu jika kau memukul mereka untuk melindungi dirimu sendiri. Tapi kenapa harus kau yang memulai perkelahian itu, Lucy?" Alex bertanya dengan suaranya yang keras ketika mereka sudah berada dirumah.
Lucy menunduk dan menunjukkan raut wajah tidak bersalah. "Mereka memukul teman sekelasku. Lagipula senior seharusnya tidak melakukan hal itu."
"Kau bisa melaporkan masalah temanmu ke pihak sekolah, bukan mengambil tindakan sendiri untuk membalas dendam." Balas Alex tidak percaya dengan kelakuan cucunya. "Lihatlah penampilanmu saat ini? Kau sangat berantakan."
"Kakek bisa menghukumku" ucap Lucy.
"Seharusnya aku setuju saat ibumu ingin memasukkan mu disekolah khusus perempuan." Alex berkata sembari membuka ponselnya untuk menghubungi putranya.
Lucy dibuat terkejut dan dengan cepat memeluk leher kakeknya. "Kakek, kumohon jangan meminta Daddy melakukan itu. Aku berjanji padamu ini yang terakhir kalinya aku membuat masalah."
"Benarkah?" tanya Alex berulangkali.
Lucy menganggukkan kepalanya berkali-kali dengan memperlihatkan senyuman semanis mungkin. Ia tidak mungkin pindah sekolah disaat Declan berada sangat dekat dengan dirinya. Apakah kakek tahu mengenai kedatangannya? Mengingat kakek sangat dekat dengan orangtua Declan, tanya Lucy dalam hati.
Setelah berhasil membujuk dan makan siang bersama, ia melihat kakeknya sedang terburu-buru kembali ke perusahaan. Nenek Anna sedang menyiapkan makan siang untuk adiknya Rena dan menemaninya untuk yang akan les balet. Setelah menyelesaikan makan siang ia kembali ke kamarnya dan mendengar dering ponselnya.
"Aku mendapatkan informasi mengenai kepindahan Declan." Katie berkata begitu Lucy mengangkat teleponnya.
"Apa maksudmu?"
"Aku baru saja mendengar obrolan ayahku dengan seseorang diruang kerjanya." Ucap Katie dengan pelan.
Katie merupakan anak dari kepala sekolah dan mereka berdua sudah bersama sejak pertama kali masuk. Katie selalu menjadi orang yang akan membantunya untuk membujuk ayahnya agar meringankan hukuman jika Lucy sering terlibat masalah. Dan tidak ada satupun yang berani mengganggumu mereka berdua.
"Apakah Declan terlibat masalah dengan sekolahnya yang dulu?" Tanya Lucy penasaran.
"Bukan hanya itu, Lucy. Pria itu dituduh membunuh orang tua angkatnya." bisik Katie.
Lucy terdiam dan menutup mulutnya, seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. Declan tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Pria itu bahkan tidak tega melihat kucing terluka.
"Kau pasti salah dengar, Katie." ucap Lucy sembari menutup teleponnya dan mencari tahu informasi mengenai Declan melalui internet.
"Pimpinan Perusahaan Zinov Internasional Business ditemukan meninggal dunia dengan luka tembakan dikepalanya. Saat kejadian ia bersama dengan anak angkatnya yang saat ini sedang dalam pemeriksaan kepolisian"
Berita tujuh bulan lalu, dan ia tidak mengetahuinya. Lucy bertanya-tanya apakah kepergian kakek ke London saat itu, karena kejadian ini? Lucy menutup laptopnya dan berjalan keluar untuk menemui sang kakek.