✰Rekomendasi Cerita "Introspeksi"✰
Nero, seorang pewaris perusahaan ternama, menikahi Aruna, gadis desa sederhana yang bekerja di perusahaannya. Cinta mereka diuji oleh keluarga Nero, terutama ibu tirinya, Regina, serta adik-adik tirinya, Amara dan Aron, yang memperlakukan Aruna seperti pembantu karena status sosialnya.
Meskipun Nero selalu membela Aruna dan menegaskan bahwa Aruna adalah istrinya, bukan pembantu, keluarganya tetap memandang rendah Aruna, terutama saat Nero tidak ada di rumah. Aruna yang penuh kesabaran dan Nero yang bertekad melindungi istrinya, bersama-sama berjuang menghadapi tekanan keluarga, membuktikan bahwa cinta mereka mampu bertahan di tengah rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
She's My Wifeꨄ
...»»————> Perhatian<————««...
...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....
...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...
Satu minggu kemudian Romansa di Balik Pintu Kantor
Pagi itu di kantor, suasana terasa lebih cerah dari biasanya. Nero, yang biasanya tampak serius dan dingin, kini menunjukkan perubahan yang mencolok. Senyumnya terlihat saat dia melintasi lorong menuju ruangannya, membuat para staf bertanya-tanya.
“Pagi Tn Nero!” sapa Kevin, asistennya, penuh antusias.
Nero menoleh sejenak dan membalas dengan senyuman yang jarang terlihat. “Pagi, Kevin. Oh ya, pesan sarapan mewah untuk semua staf hari ini.”
Kevin terkejut. “Sarapan mewah? Ada perayaan khusus, Ro?”
Nero hanya mengangguk tipis, menyembunyikan rahasia besar yang kini membuat hatinya begitu ringan dan bahagia. "Tidak ada yang spesial. Hanya ingin semua orang merasa senang bekerja hari ini."
Kevin tersenyum tipis, namun dalam hati, dia memiliki kecurigaan. Dia yakin, pasti ada sesuatu yang istimewa. Mungkin, Nero berhasil mendekati wanita yang dia incar. Siapa lagi kalau bukan Aruna, pikir Kevin. Tetapi dia tidak berani berspekulasi lebih jauh. Sambil berjalan ke pantry untuk mengurus sarapan, Kevin melirik sekilas ke arah pintu ruang kerja Nero yang kini tertutup rapat.
Tidak lama kemudian, pintu itu kembali terbuka, dan Luna, wanita yang sudah lama tidak terlihat di kantor pusat, masuk dengan penuh percaya diri tanpa mengetuk lebih dulu. Langkahnya yang anggun segera menarik perhatian semua orang di sekitar.
“Pagi, Nero,” sapa Luna dengan senyum menggoda, langsung mendekati meja kerja Nero.
Nero, yang sudah menduga kedatangan Luna, hanya menyambut dengan senyum tipis. Dia tahu, kehadiran Luna bisa jadi tameng yang sempurna untuk menyembunyikan rahasia hubungannya dengan Aruna. Bukan karena dia ingin mempermainkan perasaan Luna, tapi Nero tahu bahwa keluarganya akan lebih menerima Luna ketimbang Aruna.
"Lama tak jumpa, Luna. Ada yang bisa kubantu?" Nero berusaha tenang, meskipun pikirannya masih terpaku pada Aruna.
“Tidak ada yang penting. Hanya rindu suasana kantor pusat saja,” jawab Luna sembari duduk di kursi di depan Nero.
"Aku dengar kabar kalau kamu sudah berubah belakangan ini. Katanya... kamu sedang jatuh cinta?" Luna mencoba menggoda, matanya menatap tajam ke arah Nero.
Nero hanya tersenyum. "Kabar di kantor memang sering berlebihan. Jangan terlalu dipercaya."
Namun, sebelum Luna bisa menanggapi, pintu ruangannya terbuka tiba-tiba. Bianca berdiri di sana dengan wajah tegang. Mata Bianca langsung tertuju pada Luna yang duduk santai di depan Nero.
"Jadi ini benar? Kamu dan Luna?" seru Bianca, penuh emosi. Bianca sudah lama menaruh hati pada Nero, dan melihat Luna di dalam ruangan Nero tanpa izin membuat darahnya mendidih.
Nero bangkit dari kursinya, mencoba meredam situasi. "Bianca, ini bukan seperti yang kamu pikirkan."
"Tidak, Nero. Aku sudah cukup sabar! Kalau kamu memilih Luna, katakan saja terus terang. Aku tidak mau menunggu dalam ketidakpastian lagi," kata Bianca dengan suara penuh amarah. Luna yang terkejut dengan suasana itu hanya bisa menatap Nero, berharap jawaban.
Nero menghela napas panjang. Dia tahu, ini bukan situasi yang ideal, tetapi untuk saat ini, membiarkan orang-orang berpikir bahwa dia bersama Luna akan lebih aman untuk Aruna.
"Bianca, aku minta maaf, tapi ini bukan waktu yang tepat. Tolong, pergi dari ruanganku sekarang," kata Nero dengan tegas.
Bianca, yang terluka oleh kata-kata Nero, berbalik dengan marah, dan saat keluar, dia menarik tangan Luna secara paksa. Luna tampak bingung, namun dalam hatinya ada harapan kecil. Mungkin, ini tanda bahwa Nero memang menyukainya.
Setelah keduanya keluar, Nero kembali duduk. Hatinya kacau, tetapi dia tahu itu perlu dilakukan untuk menjaga hubungannya dengan Aruna tetap rahasia. Sebuah hubungan yang penuh dengan tantangan, tetapi dia yakin bisa melewatinya.
Sementara itu, di luar ruangannya, Aruna yang sedang mendengar gosip dari para staf menjadi penasaran. Kabar tentang kedekatan Nero dengan Luna mulai beredar di kalangan staf kantor, padahal hubungan nya dengan Nero belum lama dari satu minggu.
“Jadi benar ya, Nero dan Luna sekarang dekat?” tanya Aruna kepada Winda, temannya.
Winda menggeleng pelan. "Aku nggak yakin. Sejauh yang aku tahu, Nero nggak pernah tertarik sama Luna atau Bianca. Mereka berdua memang sering dikaitkan dengan Nero karena keluarga, tapi rasanya Nero nggak pernah benar-benar peduli."
"Tapi gosipnya makin ramai, Wind," Aruna merasa hatinya mulai goyah, apalagi setelah dia mendengar Luna mendatangi kantor pusat pagi itu.
"Tahu sendirilah, gosip kantor nggak bisa dipercaya sepenuhnya. Jangan kebawa pikiran, ya."
Meski begitu, kegelisahan Aruna tak bisa hilang begitu saja. Perasaannya bercampur aduk antara percaya dan tidak. Hingga akhirnya, Kevin datang mendekati Aruna dengan membawa beberapa berkas.
"Aruna, tolong bawa berkas ini ke ruang Nero. Ini penting untuk proyek baru."
Aruna menelan ludah. Bagaimana jika gosip itu benar? Tapi dia tidak punya pilihan. Dengan langkah ragu, Aruna menuju ruang Nero.
Sesampainya di depan pintu, dia mengetuk pelan. “Masuk,” suara Nero terdengar dari dalam. Aruna membuka pintu dan masuk, membawa berkas di tangannya.
Nero langsung bangkit dari kursinya saat melihat Aruna. Wajahnya yang tadi terlihat tegang kini berubah lembut. “Aruna, jangan dengarkan gosip-gosip yang beredar di kantor.”
Aruna terdiam sejenak, bingung dengan perubahan sikap Nero yang tiba-tiba. "Tapi aku dengar soal Luna... semua orang bilang kamu dekat dengannya."
Nero menggeleng. Dia berjalan mendekati Aruna, menatap dalam-dalam ke matanya. “Aruna, aku hanya mencintai kamu. Apa pun yang mereka katakan tentang aku dan Luna, itu tidak benar. Aku hanya ingin melindungi kita berdua. Ini belum saatnya untuk orang lain tahu.”
Air mata hampir jatuh dari mata Aruna. "Aku percaya padamu, Nero. Tapi kenapa harus seperti ini? Aku takut semua ini akan menghancurkan kita."
Nero mengangkat dagu Aruna lembut, menatapnya penuh kasih. “Aku berjanji, kita akan melalui semua ini bersama. Aku tahu ini tidak mudah, tapi aku tidak akan menyerah. Aku di sini untukmu.”
Tanpa ragu, Nero memeluk Aruna erat. Aruna merasakan kehangatan yang membuatnya yakin bahwa apa pun gosip yang beredar, hatinya hanya untuk Nero.
"Aku mencintaimu," bisik Nero di telinga Aruna.
"Aku juga mencintaimu," jawab Aruna dengan suara lirih.
Mereka berdua tahu bahwa tantangan besar ada di depan mereka, tapi cinta yang mereka rasakan satu sama lain akan menjadi kekuatan mereka untuk terus bertahan. Meski hubungan ini harus dirahasiakan untuk sementara, Nero dan Aruna yakin bahwa cinta mereka akan selalu menemukan jalannya, bahkan di tengah badai gosip dan tekanan dari orang-orang sekitar.
Setelah beberapa saat, Nero melepaskan pelukannya, namun tangannya masih menggenggam tangan Aruna erat. "Jangan khawatir. Selama kita bersama, kita bisa menghadapi apa pun."
Aruna tersenyum, merasa lebih tenang. Mereka tahu, ini baru permulaan dari perjalanan panjang, namun dengan keyakinan yang kuat, mereka siap melangkah bersama.
...➳༻❀✿❀༺➳...
kamu harus coba seblak sama cilok
Bibi doakan Dara biar temu jodoh juga