NovelToon NovelToon
Sisi Gelap Sebuah Klinik

Sisi Gelap Sebuah Klinik

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

Doni, seorang anak yang menitipkan hidupnya di sebuah klinik, namun ternyata klinik tersebut menyimpan sejuta rahasia penting, terutama untuk hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

wanita tua sejuta rahasia

Doni merasakan jantungnya berdegup kencang ketika melihat si wanita tua itu. Dia berdiri di tepi jalan setapak desa, bingung dan ragu. Dengan rambutnya yang beruban, wajahnya ditutupi keriput, dan sorot matanya menyiratkan sesuatu yang dalam. Dia bukan sekadar orang biasa. Kakinya melangkah perlahan menuju tempat bersembunyi di balik semak-semak.

“Dia pasti tahu sesuatu,” bisik Doni sambil bersembunyi di balik pohon, memperhatikan dengan seksama setiap gerak-gerik wanita itu.

Anak buah Dr. Smith, yang sebelumnya terlihat tergesa-gesa, mendekati wanita tua tersebut. Doni menahan napas. Dia merasa ada sesuatu yang sangat berbahaya akan terjadi.

“Silakan, Ibu,” ujar pria itu, suaranya santai, namun tatapannya tajam. “Beritahu saya apa yang Anda tahu.”

Wanita itu menyilangkan tangan, memalingkan wajahnya seolah enggan untuk berbicara. “Kau tidak mengerti, Nak. Ada hal yang harus kau ketahui, tapi tidak dapat dibagikan kepada siapapun."

"Kenapa? Apa yang terjadi 18 tahun lalu?" desaknya.

Wanita itu menatap dalam-dalam, matanya seperti menyimpan ribuan cerita. “Karena kalau kau membuka kisah itu, nyawamu bisa jadi taruhan. Sangat berbahaya bermain dengan masa lalu. Apalagi dengan sosok yang kufahami,” ujarnya, suara lembutnya bergetar.

Doni merasakan dingin merayap di punggungnya. Dia ingin berlari, namun jari-jarinya seperti terikat.

Tiba-tiba anak buah Dr. Smith mengeluarkan sejumlah uang dari saku celananya dan meletakkannya di depan wanita tua itu. “Ini sebagai imbalan. Beritahu aku apa yang kau tahu, dan kau akan mendapatkan lebih lagi jika informasi itu berharga.”

“Uang ini bukan yang kupikirkan, Nak,” wanita itu menjawab tegas. “Kau takkan bisa membeli kebenaran. Lebih baik kau bertanya pada Dr. Smith sendiri.”

Anak buah Dr. Smith menyeringai, wajahnya tampak angkuh. “Tidak perlu kau berlagak angkuh. Aku tahu kau memegang kunci dari semua ini. Hanya sekedar peringatan, Ibu. Jangan pernah mencoba menipu kami. Jika kau berani mencampuri urusan ini, aku tidak akan segan-segan melakukan sesuatu.”

Doni merasakan ketegangan di udara. Dia tidak dapat membiarkan ini berlanjut. Dengan langkah pelan, ia berusaha mendekat, bersembunyi di celah-celah semak. Suara mereka semakin samar.

“Balasanmu akan sangat buruk,” wanita itu menjawab tenang, tatapannya jelas menantang.

“Sudah cukup. Jika kau tidak mau memberitahu, masalah ini akan lebih rumit untukmu,” ancam pria itu sebelum berbalik pergi.

Doni segera bersembunyi saat pria itu menghampiri arah yang berbeda. Hatinya bergetar, ketakutan, tetapi rasa ingin tahunya mengalahkan semuanya.

“Mustahil. Apa benar begitu? Apa ada sesuatu yang mengancam keselamatan wanita tua itu?” pikirnya dalam hati, lalu bergegas kembali ke perumahan.

Di dalam pikirannya, gambaran sosok wanita tua itu terus berputar. Apa yang dia ketahui tentang ibunya? Dan kenapa Dr. Smith sangat takut hingga mengancam orang? Semua itu menjadikannya bingung dan marah. Kenapa dia berani menghina masa lalunya? Kebenaran yang telah lama tersembunyi pasti menyakitkan.

Kembali di rumah, Doni mencari Ara. Dia geletar mencari rasa aman dalam diri sahabatnya.

“Aku melihat sesuatu yang mengerikan,” katanya setelah menemui Ara di dapur.

Ara segera menatapnya, alisnya berkerut. “Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat pucat?”

“Wanita tua di desa… dia tahu tentang ibuku. Menurutnya, ada hal mengerikan yang terjadi 18 tahun lalu.”

Ara menghentikan semua aktivitasnya, menunjuk kursi di depannya. “Ceritakan semuanya.”

“Mereka, anak buah Dr. Smith, mengancamnya. Jika dia berbicara, hidupnya berada dalam bahaya,” ungkap Doni dengan suara bergetar.

“Jadi ini semua terkait dengan Dr. Smith? Dia benar-benar tak segan untuk melindungi rahasianya,” Ara menimpali.

“Betul. Tapi kita harus tahu apa yang terjadi. Ara, ini bukan hanya tentangku. Ini juga tentang Maya,” ucap Doni.

“Bagaimana kalau kita mendatangi wanita itu?” saran Ara. “Mungkin dia akan lebih berani berbicara saat melihat kita. Kita bisa menjelaskan bahwa kami ingin membantu.”

“Ya, itu ide yang bagus. Tapi kita harus sangat berhati-hati.”

Malam semakin gelap saat mereka merencanakan langkah berikutnya. Doni susah tidur. Pikirannya berputar di antara bayangan wajah wanita tua serta ancaman yang dilontarkan anak buah Dr. Smith.

Ketika pagi menjelang, mereka berangkat menuju desa. Keduanya berjalan pelan, mendekati kabin tua di mana wanita itu tinggal. Suasana sunyi, hanya diiringi suara angin sepoi-sepoi yang menganggu ketenangan.

“Doni, kita siap menanyakan setiap yang kita butuhkan kan?” Ara mengecek persiapannya, ragunya terlihat.

“Ya, kita harus percaya pada insting kita.”

Akhirnya mereka sampai di depan kabin. Dengan napas dalam, Doni mengetuk pintu dengan perlahan. Ketukan mereka menggema di ruang kosong. Beberapa detik berlalu sebelum akhirnya pintu terbuka.

Wanita tua itu berdiri di depan mereka, melihat ke arah Doni dan Ara, wajahnya ratap.

“Kau datang lagi,” katanya, suaranya menandakan kelelahan dan keraguan.

“Maafkan kami. Kami hanya ingin mendengar kebenaran tentang wanita yang kau tahu. Tentang…,” Doni terdiam sejenak, “ibuku.”

Wanita itu menggeleng kuat. “Kau tidak ingin tahu. Berhentilah mencarinya.”

“Kenapa?” seru Ara, meyakinkan. “Kami hanya ingin tahu kebenarannya. Kami tidak mencoba mengancammu.”

“Jika kau menemukan hal yang seharusnya tak kau tahu, menyesal lah. Dr. Smith tidak akan berhenti—,” suara wanita itu terputus. Dia terlihat ketakutan, merapatkan tubuhnya ke pintu.

“Aku tidak akan membiarkan dia melukaimu,” Doni berkokoh. “Kami ingin melindungimu. Kami hanya butuh satu kebenaran.”

Wanita itu menatap dalam, seolah melihat kedalaman perjuangan Doni. Susah payah, katanya pelan, “18 tahun yang lalu, sebuah tragedi terjadi. Semua ini… semoga kau berhenti, Nak.”

“Tragedi?” tanya Ara dengan suara lembut.

Tiba-tiba pintu menggelepar dan wanita tua itu berlari menjauh, mendorong mereka pergi, seolah tidak ingin lagi terlibat.

Doni dan Ara terdiam. Keberanian mereka melawan ketakutan semakin lapuk, menghadapi sebuah kenyataan nyata yang sulit dipahami. Apa yang terjadi 18 tahun lalu? Dan kenapa semuanya berputar seperti benang kusut?

“Mungkin kita tidak cukup kuat,” ucap Ara, suaranya bergetar.

Doni meraih tangannya. “Kita harus terus berjuang. Kebenaran akan terungkap.”

Dengan tekad baru, mereka meninggalkan derap langkah yang terdengar redup, mengarungi kisah yang lebih dalam dari sekadar pengetahuan. Sebuah misteri yang tetap bergulir, menunggu untuk terkuak, terjebak di antara bayang-bayang dan rahasia kelam.

Doni dan Ara berjalan pulang dengan pikiran yang berat. Setiap langkah terasa lebih lambat, seolah beban yang mereka bawa tak tertanggungkan.

“Aku merasa, kita sudah terlalu dekat,” kata Ara, merubah langkahnya menjadi lebih pelan.

“Ya, terasa seperti ada yang menunggu untuk dihancurkan,” jawab Doni. Perutnya bergetar, kedamaian yang semula ada terasa hilang.

Mereka tiba di sebuah warung kopi kecil, pilihannya untuk mengisi perut dan mencerna semua yang mereka hadapi. Aroma kopi yang hangat menyambut mereka.

“Ini bisa jadi kesempatan untuk merencanakan langkah selanjutnya,” Ara berkata sambil menyalakan ponselnya untuk mencari informasi. “Mungkin kita bisa cari tahu tentang ibu kamu di jejaring sosial… siapa tahu ada orang yang tahu lebih banyak.”

Doni menatapnya, bingung. “Seharusnya kita fokus ke apa yang diungkapkan wanita tua itu. Itu baru bagian kecil dari keseluruhan kisah.”

Ara mengangguk, mengakui kata-kata Doni. “Tapi kita tidak bisa terus berdiam diri—sekarang kita tahu ada bahaya.”

“Entah siapa yang berpotensi mengancam kita, tapi selama ini aku hanya ingin menemukan kenyataan tentang ibuku,” Doni menjelaskan, merasakan ketidakpastian merayap masuk ke hati. “Aku tak ingin Maya juga terlibat dalam ini.”

“Doni, kita tidak bisa melupakan rekan kita,” Ara meminta. “Dia berani untuk menyelidiki. Dia mungkin tahu sesuatu yang kita tidak.”

“Berita tentang pemecatan Maya membuatku teringat betapa mudahnya dia terjebak dalam permainan Dr. Smith. Kita harus bergegas menemuinya,” Doni menjawab dengan tegas.

Keduanya segera beranjak, meninggalkan warung kopi dengan segudang pertanyaan. Mereka pergi ke tempat tinggal Maya, berharap dia ada di rumah. Tak lama, mereka ketuk pintu.

“Maya, ini kami!” teriak Ara.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti seabad, pintu terbuka perlahan. Maya berdiri di sana, wajahnya tampak lelah dan sedih.

“Kalian? Kenapa datang kemari?” tanyanya, nada suaranya mengguncang segala harapan.

“Ada banyak yang perlu kita bicarakan,” Doni menjawab, menatap wajah sahabat mereka.

Maya melangkah mundur, memberi ruang bagi mereka untuk masuk. Ruang tamu kecil itu dipenuhi dengan barang-barang pribadi. Kamar yang dulunya ceria kini tampak menghimpit.

“Aku mendengar tentang pemecatanmu, Maya,” ucap Ara. “Apa yang sebenarnya terjadi?”

Maya menghela napas, tampak berjuang melawan air mata. “Dr. Smith menuduhku mencampuri obat tanpa izin. Aku tidak melakukannya, tetapi dia tidak peduli. Dia ingin menyingkirkanku.”

“Apa kau tahu kenapa?” Doni bertanya hati-hati.

“Bisa jadi karena apa yang aku temukan di labnya.” Maya terdiam sejenak. “Aku melihat daftar pasien 18 tahun lalu.

1
anggita
like👍+☝iklan. moga novelnya sukses.
anggita
Doni.. Ara,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!