Sepasang suami istri yang terlihat memiliki hidup bahagia namun tersimpan banyak teka-teki pada setiap hubungan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Pak Juan tidak begitu suka jika Galang melakukan kegiatan lain yang dapat mengganggu mata pelajarannya di sekolah. Keinginan pak Juan ialah agar putranya itu bisa masuk ke kejuruan hukum. Sebenarnya itu adalah cita-citanya sewaktu masih muda, tetapi karena orang tuanya tidak mampu makanya dia berhenti sekolah dan mencari kerja untuk membantu keluarga.
Sewaktu SMP kelas 2 Galang pernah kedapatan melakukan kegiatan melukis di luar, awalnya pak Juan tak curiga tetapi saat menerima rapot nilai pelajaran Galang kian menurun. Ia mencari tahu penyebab perubahan Galang. Dan setelah tahu, ia memarahi Galang serta menghancurkan semua perlengkapan lukisnya.
"Ingat pelajaran mu yang lain harus tetap stabil. Jangan sampai ketahuan ayah dan berujung membuat ayah marah."
"Iya kak, tenang saja." Bisik Galang di tepi telinga Aletta.
"Ada apa bisik-bisik?" Aletta dan Galang terkejut saat pak Hendra tiba-tiba saja berada di belakang mereka.
"Nggak kok yah, aku cuma bercanda sama Galang."
"Iya pa, kami cuman bercanda. Aku ke kamar dulu pa." Galang mengangkat kardus tadi berharap ayah mereka tidak curiga.
"Apa itu yang ada di dalam kardus?"
"Oh itu, aku belikan Galang pakaian."
Aletta memberi isyarat pada Galang untuk segera naik.
"Aduh yah, aku ke atas dulu. Kardus nya berat." Galang terus berjalan ke kamarnya sedangkan Aletta sibuk membuat alasan.
"Anak itu, begitu bahagia mendapat hadiah dari kamu. Tapi pakaiannya banyak ya, sampai berat gitu dia mengangkat nya."
"Aku bawanya nggak terlalu banyak yah. Itu karena kakinya tadi terkilir jadi susah."
"Benarkah? Kalau gitu perlu di obati."
"Iya yah, setelah ini aku akan membantu mengoleskan kakinya dengan minyak."
Pak Juan membantu membawa belanjaan Aletta yang lumayan banyak.
"Apa saja yang kamu beli, besok kamu sudah balik dan sebanyak ini yang kamu belanjakan?"
"Ini aku dikasih gratis yah sama teman lama yang kebetulan pemilik kebunnya." Kata Aletta menunjukkan kantong plastik berisi sayuran.
"Putranya pak Hendra ya?"
"Aku nggak tahu siapa ayahnya. Tapi mungkin saja, kan tempat itu yang ayah sarankan ke aku."
"Sekantong ini dikasih gratis." Aletta mengiyakan tebakan ayahnya.
"Ini sih kebanyakan sayang."
"Nggak apa-apa yah. Kan mumpung dikasih gratis."
Aletta menyusun sayuran tersebut dalam kulkas dengan rapi.
Setelah selesai ia pamit pada ayahnya ke kamar Galang dengan alasan ingin membantu memijit kakinya.
Tok Tok Tok
"Siapa?" Galang memastikan siapa yang mengetuk pintu kamarnya takut ayahnya yang datang.
"Ini kakak. Cepat buka!"
Galang segera membuka. Setelah itu Aletta masuk dengan cepat, dan kembali mengunci pintu.
"Ingat ya, kakak tadi berbohong sama ayah kalau kakimu tadi terkilir. Jadi kamu harus pintar berakting biar ayah percaya. Sekarang agar ayah tidak curiga aku harus mengoleskan kakimu dengan minyak seperti baru di urut." Kata Aletta sambil melihat sekeliling kamar mencari minyak. Matanya terhenti pada sebotol hot cream.
"Nah, pakai itu saja."
"Tapi kak aku nggak bisa berakting. Aku takut nanti malah bikin ayah curiga."
"Pokoknya harus bisa. Lagian itu juga salah kamu, siapa suruh jalannya pincang saat memikul kardus itu. Makanya ayah kita semakin banyak bicara."
"Aku begitu karena kardusnya berat."
"Berat pun, itu barang punya mu semua."
Galang kehabisan kata-kata untuk berdebat dengan kakaknya karena takut nya nanti urusannya semakin panjang. Benar saja selang beberapa menit mereka berbicara, sang ayah muncul dari pintu.
"Gimana kakinya? Apakah masih sakit?"
"Ah, itu.. kakiku sudah mendingan yah karena pijatan kakak hehehe." Jawab Galang gelagapan. Sang kakak hanya senyum-senyum dari belakang memperhatikan akting adiknya.
"Jika masih sakit ke dokter saja, takutnya kakimu kenapa-napa." Kata pak Juan melihat wajah Galang yang memerah, walau yang sebenarnya Galang berusaha menahan sensasi panas pada kakinya akibat digosok menggunakan hot krim.
Mendengar perkataan ayahnya membuat Aletta ikut ambil bagian dalam akting adiknya karena sepertinya adiknya itu seperti orang bisu tidak tahu lagi akan memberikan alasan seperti apa.
"Dia sudah baik-baik saja kok yah. Aku memijat kakinya tadi dan terkilir nya juga tak terlalu parah. Jadi ayah nggak perlu khawatir."
"Sejak kapan putri ayah ini jadi sangat pintar untuk urusan demikian. Padahal jika kakimu yang terkilir selalu saja ayah antarkan ke rumah sakit." Kini Aletta yang tak bisa berkutik. Pak Juan memang sangat tahu putra maupun putrinya itu, karena dialah yang mengurus mereka dari kecil setelah kepergian istrinya.
"Ayah, kak Aletta kan sudah menikah, mungkin saja dia banyak belajar setelah menjadi seorang istri." Sahut Galang, pikiran seperti itu tiba-tiba saja muncul dalam kepalanya.
"Benar juga apa katamu. Putriku ini kan sudah menikah, masa aku meragukanmu. Masak saja dia bisa apalagi dalam mengurus suaminya."
"Apaan sih ayah, bikin malu saja."
Galang dan Aletta memegang dada mereka merasa lega karena tidak di curigai lagi.
"Lalu di mana oleh-oleh yang kamu berikan buat adikmu itu? Ayah mau melihatnya."
"Oh ah itu, aku dan Galang sudah mengaturnya dengan rapi dalam lemari. Jika ayah tak percaya ayah bisa melihat sendiri. Lagian cuma kaos beberapa saja sebagai hadiah untuk Galang." Kata Aletta dengan sedikit gugup. Dalam hatinya ia berharap sang ayah tidak memeriksa ke dalam lemari. Untuk kardus tadi sudah ia dan Galang kosongkan dan disembunyikan dengan aman, sang ayah tidak akan tahu.
"Oh begitu, ternyata sudah dirapikan. Ya sudahlah, ngapain juga harus di bongkar lagi. Ayah mau ke bawah sebentar, jadi kalian berdua bisa lanjutkan mengobrol nya." Setelah itu pak Juan turun meninggalkan Aletta dan Galang yang terpaku memandang kepergian nya.
"Huh, syukurlah." Mereka berdua menarik napas lega. Tadi setelah Aletta masuk dia segera membantu Galang membereskan barang-barang tersebut dan disembunyikan di atas lemari tertutup dengan barang-barang lain sehingga ayah mereka akan susah melihatnya. Tetapi alasan yang di buat oleh Aletta bisa saja menghancurkan rencana mereka jika pak Juan jadi memeriksa lemari Galang yang isinya cuman pakaian Galang yang sangat berantakan.
"Kakak turun dulu ya, kamu segera bereskan lemari mu itu, sudah seperti kapal pecah. Jangan lupa pakaian kotornya. Jangan asal gabung dengan pakaian bersih dalam lemari, bisa-bisa nanti bau lepek. Pisahin sendiri, cepatlah soalnya kakak mau sekalian cuci bajunya. Barang-barang mu yang di atas lemari sebaiknya diatur ulang juga, cari tempat persembunyian yang aman sehingga tidak kedapatan sama ayah."
"Iya kakakku yang cantik, baik hati dan tidak sombong. Aku akan segera melakukan perintah mu."
"Baguslah kalau begitu." Aletta segera turun karena ia berencana untuk melakukan pekerjaan lain membantu sang ayah.