"Papa tidak setuju jika kamu menikah dengannya Lea! Usianya saja berbeda jauh denganmu, lagipula, orang macam apa dia tidak jelas bobot bebetnya."
"Lea dan paman Saga saling mencintai Pa... Dia yang selama ini ada untuk Lea, sedangkan Papa dan Mama, kemana selama ini?."
Jatuh cinta berbeda usia? Siapa takut!!!
Tidak ada yang tau tentang siapa yang akan menjadi jodoh seseorang, dimana akan bertemu, dalam situasi apa dan bagaimanapun caranya.
Semua sudah di tentukan oleh sang pemilik takdir yang sudah di gariskan jauh sebelum manusia di lahirkan.
Ikuti ceritanya yuk di novel yang berjudul,
I Love You, Paman
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14 - Tampil beda
Tidak seperti biasanya, hari ini Lea tidak langsung pulang ke rumah dan berjalan-jalan dulu di sekitar taman dekat tempat tinggalnya. Ia merasa butuh waktu sendiri setelah hari yang berat di sekolah.
Saga yang juga pulang sedikit terlambat dari biasanya belum mengetahui jika Lea pulang terlambat. Ketika akhirnya Lea memutuskan untuk pulang karena hari sudah sangat sore, ia berharap Saga tidak terlalu khawatir.
Dan, ketika sampai rumah, Lea mendapati rumah yang lampunya sudah menyala. Ia yakin jika Saga pasti sudah pulang dan menunggunya. Tapi, ketika Lea melihat bayangan seseorang melalui jendela rumah, Lea pun merasa curiga.
Lea curiga karena ia melihat seseorang yang terlihat bukan Saga. "Siapa itu? Kenapa ada orang asing di rumah Paman Saga?."
Awalnya, Lea tidak berani untuk masuk rumah karena takut pencuri atau bahkan orang jahat. Tapi setelah berpikir lagi, ia tidak mungkin membiarkan rumah Saga di rampok.
Berbekal sapu di tangannya, Lea mulai masuk ke rumah dengan perlahan. Jantungnya semakin berdebar saat melihat orang asing tersebut dengan leluasa berlalu lalang di dapur.
Ketika berjalan mengendap-endap, Lea melirik stop kontak dan berpikir akan memadamkan lampu agar kehadirannya tidak diketahui dan dengan leluasa dia bisa memukuli orang yang mencurigakan tersebut.
Setelah lampu dimatikan, Lea mulai menyerang orang tadi yang sedang terkejut karena lampu yang mati. Tanpa ada perlawanan, Lea terus memukul meski orang tersebut meminta Lea untuk berhenti.
"Hentikan, Lea! Lea, apa yang kamu lakukan." Terdengar suara Saga yang berucap namun Lea tidak mendengarnya karena fokus memukul.
Saga pun menangkap tangan Lea dan mendekapnya hingga kini mereka sangat berdekatan. Di sela cahaya lampu yang masih menyala, kedua mata mereka pun bertemu dan saling bertatapan.
Lea mengerutkan keningnya karena tidak mengenali sosok pria yang sedang memeluknya tersebut kemudian ia berteriak, "Aaarrrgggghhh...!!! Siapa kamu! Lepaskan aku! Paman Saga... Tolong Lea...!!!."
Lea mencoba berontak sekuat tenaga lalu Saga menutup mulut Lea dan mencoba memberi pengertian. "Lea, ini paman, kamu jangan berteriak."
"Paman?," seketika Lea menjadi tenang. Lalu Saga pun melepaskan Lea dan menyalakan lampu kembali. "Iya, ini paman."
Lea menatap Saga tidak percaya dan memperhatikan Saga dari berbagai sisi. "Paman, benarkah ini Paman Saga? Lea pikir pencuri yang mau merampok," balas Lea merasa konyol.
"Pukulanmu keras juga," balas Saga seraya mengusap lengannya.
"Paman maaf ya... Lea gak sengaja."
Saga hanya tertawa kecil, "Tidak apa-apa, Lea."
Kini Lea memandang Saga dengan bingung. "Kenapa Paman tiba-tiba mengubah penampilan? Paman kelihatan sangat berbeda."
"Paman berpikir sudah saatnya untuk sedikit berubah. Lagipula, Paman tidak ingin kamu merasa tidak nyaman lagi," jawab Saga sambil tersenyum.
Lea merasa lega dan memeluk Saga dengan erat lalu berkata, "Lea sangat bangga pada Paman. Maafkan Lea kalau tadi terlalu berlebihan."
"Tidak apa-apa, Lea. Paman juga harus lebih berhati-hati lain kali," kata Saga sambil melepaskan pelukan Lea secara perlahan.
Malam itu, Lea tidak menceritakan kejadian saat di sekolah. Ia tidak ingin menambah beban Saga dan mengkhawatirkannya.
Setelah mandi dan ganti baju, Lea bergabung di ruang makan dengan senyum lebar di wajahnya. Ia tidak bisa berhenti memperhatikan Saga yang kini terlihat begitu berbeda dengan penampilannya yang baru.
"Paman, Paman benar-benar tampan sekarang! Lea tidak menyangka Paman bisa secakep ini," puji Lea sambil terkikik.
Saga tersipu dan sedikit merasa canggung dengan pujian tersebut. "Ah, Lea, Paman tidak terlalu berbeda. Hanya sedikit lebih rapi saja."
"Tidak, Paman. Paman terlihat seperti paman-paman di film yang selalu tampan dan berwibawa," kata Lea dengan mata berbinar-binar. "Bahkan Paman terlihat muda sekarang, lebih seperti kakak Lea he he...."
Lalu mereka duduk di meja makan dan menikmati aroma makanan yang menggugah selera. Sementara Lea masih terus memandangi Saga dengan senyum yang tidak kunjung hilang dari wajahnya.
"Paman, kenapa baru sekarang mengganti penampilan? Lea suka melihat Paman yang seperti ini," ujarnya sambil mengambil sepotong daging dari piring.
"Paman ingin membuat perubahan. Paman sadar bahwa selama ini mungkin penampilan Paman membuatmu merasa tidak nyaman," jawab Saga sambil tersenyum hangat.
Lea terdiam sejenak, lalu berkata, "Lea selalu bangga pada Paman. Paman sudah menyelamatkan Lea dan merawat Lea selama ini. Penampilan Paman tidak pernah jadi masalah bagi Lea, walau sedikit sih he he...."
Bersambung...