Apa jadinya jika gadis berusia 23 tahun menjadi pengasuh sekaligus ART di rumah seorang duda tampan yang kesepian? Mengurus rumah dan satu bocah yang nakal sungguh membuat kepala Anggita merasa pusing, tapi ternyata menghadapi duda tampan yang manja juga kesepian jauh membuatnya lebih pusing.
Seiring berjalannya waktu, Anggita dan Angkasa saling jatuh hati. Tapi Edo mantan kekasih Anggita muncul dan memaksa minta balikan. Yang lebih mengejutkan, ternyata Edo adalah keponakan dari Angkasa. Tak hanya itu, mantan istri Angkasa juga kembali dari luar negri dan memaksa untuk rujuk dengan alasan anak.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Anggita dan Angkasa?
Akankah keduanya sanggup menghadapi badai masalah yang muncul dalam bahtera percintaan mereka?
Follow Ig : Fatmawatisiti1472
Note :
-Alur cepat
-Bukan novel panjang
-Konflik ringan
-slow up
-slow revisi
Selesai baca follow akun Noveltoon author ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoungLady, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Angkasa merasa canggung berhadapan dengan ibu dan adik Anggita. Dua wanita itu terus menatapnya sambil senyum-senyum penuh arti, mungkinkah mereka bisa menebak ada sesuatu yang sedang Angkasa dan Anggita sembunyikan?
Melihat reaksi wanita itu harusnya mereka tidak keberatan jika mengetahui Angkasa dan Anggita berpacaran. Toh Angkasa adalah pria mapan, tampan, dan perhatian yang menjadi menantu idaman para ibu-ibu di luar sana.
"Pak, silahkan kalau mau istirahat di kamar. Kamar tamunya sudah siap," ucap Anggita.
"Bisa berhenti panggil aku dengan sebutan Pak? Panggil aku Mas saja," protes Angkasa.
"Asyik ...." cicit Cika.
"Kenapa nggak panggil sayang saja? Bukannya kalian berdua sudah resmi berpacaran?" sambung Nania. Angkasa dan Anggita reflek mendelik bersamaan, mulut anak-anak memang lemes tidak bisa menyimpan rahasia.
"Tuh kan benar. Kalian berdua pasti sudah pacaran!" Cika melirik kearah Anggita.
"Pacaran juga nggak apa-apa, yang penting kamu bisa setia sama anak Ibu. Kelihatannya si kamu orang baik, jadi Ibu setuju-setuju saja Anggita pacaran sama kamu," ucap Dewi pada Angkasa.
"Syukurlah kalau Ibu sudah setuju, itu artinya tinggal mencari tanggal baiknya saja," seloroh Angkasa.
"Sayang! Jangan buru-buru bahas soal tanggal baik, aku belum siap!" keluh Anggita. Nada manja keluar dari mulutnya, Cika sampai merasa mual saat mendengarnya.
"Baiklah, aku ikut bagaimana kamu saja," Angkasa menyerah. Dia tidak mau berdebat dengan Anggita di depan calon mertuanya sendiri.
Waktu bergulir, siang berganti sore. Sudah waktunya Anggita membuat masakan untuk makan malam bersama. Tentunya dibantu oleh ibunya dan adiknya yang rese.
Selama memasak, Cika terus menggoda Kakaknya. Kuping Anggita sampai memerah karena malu. Ingin rasanya Anggita mengajak Cika berduel, tapi dia enggan sikap bar-barnya terlihat oleh sang kekasih.
"Punya pacar bodi seksi seperti Om duda pasti senang ya, bisa dipamerin ke sosmed terus nggak bikin malu kalau diajak jalan," Cika terkekeh. Dewi mencubit pundak Cika dan gadis itu meringis kesakitan.
"Tuhan maha baik, habis disakitin dikasih ganti yang jauh lebih baik," cicit Dewi.
"Ibu...!" Nania masuk ke dapur sambil mengucek kedua matanya. Dia menarik narik rok yang dikenakan oleh Anggita sambil bergelayut manja.
"Kamu panggil Kakak apa tadi?" Anggita sedikit kaget.
"Ibu..." sahut Nania.
"Apa Ayahmu yang memintamu untuk memanggil Kakak seperti itu?" tuduh Anggita.
"Nggak kok, Nania sendiri yang berinisiatif," Nania membela ayahnya.
Dewi dan Cika saling menyenggol satu sama lain. Mereka senyum melihat ekspresi wajah Anggita yang nampak jelas malu-malu. Tiba tiba dipanggil Ibu oleh anak sang kekasih di depan keluarganya, benar-benar membuat Anggita canggung.
"Kamu main sama Ayahmu dulu ya, Kakak sedang masak. Nanti kalau sudah selesai Kakak temani kamu main," perintah Anggita.
"Aku mau susu," rengek Nania.
"Tunggu disini, Kakak buatkan susu untukmu."
***
Malam itu tak seperti biasanya rumah Anggita nampak ramai. Kehadiran Nania di tengah tengah keluarga mereka membawa keceriaan tersendiri. Nania pandai sekali bercerita, melebihi seorang pendongeng handal. Semua yang mendengar ceritanya merasa terhibur karena lawakan sederhana yang bisa mengocok perut.
"Nania, kamu belajar bercerita dari mana? Kakak jadi gemas padamu!" Anggita mencubit kedua pipi Nania yang tembem.
"Tentu saja dari Ayah, tapi aku juga belajar dari Ibu guru disekolah," Nania berkisah.
Sedang asyik bercengkrama tiba-tiba ada suara seseorang mengetuk pintu. Tanpa disuruh, Anggita berjalan keluar untuk membuka pintu dan memeriksa siapa tamu yang datang.
Klak ...!
Pintu terbuka, sosok Edo terlihat sedang berdiri tepat menghadap pintu.
"Edo," Anggita terkejut.
"Anggita, kamu di rumah. Pantas aku datang kerumah Om angkasa kamu nggak ada," Edo memasang wajah senang karena bisa bertemu dengan pujaan hatinya.
"Mau apa kamu mencari ku? Semua diantara kita telah selesai!" oceh Anggita.
"Bagiku belum. Aku nggak mau putus darimu sayang," ucap Edo. Edo memeluk Anggita dengan kencang hingga membuat gadis itu merasa sesak nafas.
"Lepaskan aku Edo!" Bentak Anggita. Dia berontak sekuat tenaga, tapi sayang tenaga Edo jauh lebih kuat darinya.
Bught....!
Bogem mentah datang dari arah samping. Angkasa tersulut emosi melihat kekasihnya dipeluk oleh pria lain, dia langsung menghajar Edo tanpa embel-embel apapun.
"Menjauh dari pacarku Edo!" Bentak Angkasa.
"Om yang harusnya menjauh dari Anggita. Pacari gadis lain, jangan Anggita Om!" Omel Edo balik.
"Aku nggak sudi bersama denganmu lagi Edo. Saat ini hatiku sudah aku berikan untuk Mas Angkasa seorang, nggak ada yang lain di hatiku selain Mas Angkasa!" Ucap Anggita lantang. Dia ingin Edo paham kalau Anggita sudah move on dan sudah melupakan segala kenangan antara dirinya dan Edo.
"Semudah itu kamu melupakan aku Anggita?" Edo meratap. Matanya berkaca-kaca seperti mau menangis.
"Iya. Semudah kamu mengambil keputusan untuk selingkuh dariku! Pergi dari sini sekarang juga, jangan ganggu aku lagi!" Anggita mengusir Edo secara kasar.
Edo marah, dia tersinggung dengan sikap Anggita. Dia mengepalkan kedua tangannya dan mengeraskan rahangnya.
"Pergi dari sini Edo! Jangan berani mengganggu pacarku lagi!" sambung Angkasa.
"Jangan berpikir aku akan mengalah pada Om! Aku pasti bisa merebut Anggita dari tangan Om!" Ucap Edo dengan penuh percaya diri. Setelah itu Edo pergi sambil membawa sepeda motor matic-nya.
Tubuh Anggita terhuyung karena lemas. Angkasa dengan sigap menangkapnya. Saat ini Anggita diselimuti oleh rasa takut, kalimat terakhir Edo mengisyaratkan sebuah ancaman. Bagaimana jika Edo sedang merencanakan sesuatu yang jahat untuk Angkasa dan dirinya?
"Sayang, kamu nggak apa-apa kan?" Angkasa cemas.
"Aku takut." Anggita menangis. Dia menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Angkasa.
"Jangan takut, aku akan selalu ada untuk melindungi kamu." Janji Angkasa.
Bersambung....
mka nya kurleb ya gt sbangsa tumbuh tumbuhan tp bs beranak pinak😁🤣🤣🤣😂😂😂