NovelToon NovelToon
Midnight Rain

Midnight Rain

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Kaya Raya / Angst / Romansa / Roman-Angst Mafia
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: AYZY

Pada mulanya, sebuah payung kecil yang melindunginya dari tetesan hujan, kini berubah menjadi sebuah sangkar. Kapankah ia akan terlepas dari itu semua?



Credits:

Cover from Naver

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYZY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wildcat

Pada akhirnya, mereka semua mengetahui hubungan kami. Masalahnya adalah, Laura Sinclair tampak tidak senang dengan fakta yang ada. Ia bahkan sampai menyebut nama Isabella Adams di depan kami semua semua.

Entah apa hubungan di antara keduanya. Jika sudah seperti itu, maka cepat atau lambat Isabella juga akan mengetahuinya. Sebab, Laura pasti tidak akan tinggal diam. Lalu kubertanya pada Andrew perihal itu saat sedang perjalanan menuju ke pemakaman. Akan tetapi, dia malah menyuruhku untuk tidak menyebut namanya lagi.

Selalu saja seperti itu.

Saat tiba di pemakaman, tempat itu benar-benar sepi. Banyak genangan air yang menutupi rumput yang tumbuh di sepanjang jalan setapak.

"Andrew, kau benar-benar tidak ada pekerjaan lain 'kan hari ini?" tanyaku saat kami sedang berjalan menuju ke luar area pemakaman.

"Jangan khawatir, sebagian besar pekerjaan yang harus kukerjakan sudah selesai kemarin malam."

Benar juga, jadi itu sebabnya ia pulang larut malam....

Saat hampir mendekati mobil yang terparkir di lapangan kosong, aku melihat seekor anak kucing bewarna hitam yang sedang berlindung di bawah pohon besar. Tanpa memedulikan apapun, aku langsung berlari ke arah sana secara spontan.

Kakiku penuh dengan noda air dan tanah yang tercampur menjadi satu. Begitu sudah dekat dengan pohon tersebut, aku langsung berjongkok untuk melihatnya. Sebagai respon, kucing itu langsung membuka matanya yang bewarna biru, menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sesaat kemudian, kucing itu bersuara dengan menyedihkan. Sepertinya ia hampir kehilangan suaranya juga.

Aku mendongakkan kepala saat merasakan guyuran air hujan yang tidak lagi mengenai tubuhku. Rupanya itu adalah payung milik Andrew, ia sedang berdiri di belakang sana dengan raut wajah masam.

"Apa kau tidak bisa bersabar saja sebentar? Kau bahkan sampai mengabaikan panggilanku!"

"Maafkan aku, Andrew ... tapi kucing ini terlihat sangat mengkhawatirkan. Jadi aku harus cepat!"

Dalam sekejap, kucing yang seluruh tubuhnya basah itu sudah berada di dalam pelukanku. Kucing itu diam dan tidak memberontak, dan terus mengeluarkan suara mengeong yang entah mengapa terdengar sangat menyakitkan.

"Andrew, tidak apa-apa kan? Aku berniat untuk membawanya pulang, aku akan mengurusnya sendiri."

"Bukan itu masalahnya ... bagaimana jika kucing itu sudah punya pemilik?"

Aku melihat lehernya, kemudian menghela napas lega. "Pasti tidak ada, jika ada, pemiliknya pasti memasangkan kalung di lehernya. Dan mereka tidak mungkin meninggalkannya sendirian di sini!"

Andrew menghela napas. "Lihat, bajumu jadi basah!"

Aku menundukkan kepala—melihat baju putihku yang basah. Sudahlah, tak masalah, sudah terlanjur juga. Lagipula, kucing ini sangat lucu. Bola matanya begitu besar, terus menatapku tanpa bersuara.

"Tidak masalah."

Sudah kupastikan, aku akan membawanya pulang dan merawatnya. Kebetulan juga aku sudah lama ingin memelihara seekor kucing.

Sekembalinya ke dalam mobil, kucing itu duduk diam di pangkuanku. Ia sudah tidak tampak kedinginan dan tertidur pulas dibawah syal milik Andrew yang tersimpan di dalam mobilnya. Aku tertawa kecil saat melihat reaksinya yang begitu tidak ikhlas saat menyerahkan syal bersihnya kepadaku.

"Kita langsung pulang?"

Aku menganggukkan kepala. "Iya, aku sudah tidak sabar membawa kucing ini pulang ke rumah."

"Benarkah?"

"Kenapa? Cobalah untuk menggendongnya sesekali," ucapku sedikit menggodanya. Lagi-lagi, entah keberanian darimana yang datang.

Andrew tetap fokus menyetir mobilnya sembari menjawab, "Kau jadi semakin berani ya padaku?"

Aku tidak bisa untuk tidak menahan tawa. Entahlah, hari ini tawaku lepas begitu saja. Mungkin karena efek setelah mengunjungi pemakaman ayah. Berbeda dengan saat bersama paman, suasana pasti akan menjadi muram. Hari ini, saat Andrew menemaniku untuk yang pertama kalinya, meskipun pada awalnya aku menolaknya, dalam hati sebenarnya aku merasa senang.

~*~

Hari berlalu begitu cepat, dan hari ini adalah hari ketujuh setelah aku berkunjung ke makam. Kabar baiknya, aku sudah melunasi semua hutangku bulan November meskipun itu dengan cara terpaksa. Kabar buruknya, keuanganku benar-benar menipis. Karena selain membayar diriku sendiri, aku juga harus mengeluarkan uang untuk membeli pakan kucing. Omong-omong, kucing itu sekarang sudah tumbuh dengan baik. Bulunya lebat, ia tidak banyak berbicara, dan sangat penurut. Kucing itu kuberi nama Shiro. Sepanjang hari Shiro hanya berkeliaran di dalam rumah saat kutinggal pergi bekerja atau ke kampus.

Sebenarnya aku cukup kasihan dengannya karena tidak bisa pergi bermain ke luar. Namun mau bagaimana lagi. Perkataan Andrew memang benar, merawat kucing itu benar-benar merepotkan. Oleh sebab itu aku berpikir bagaimana jika Shiro tinggal di rumah Andrew saja?

Saat memikirkannya, aku langsung menggelengkan kepala. Itu adalah ide yang sangat buruk. Selain Andrew tidak suka kucing, dia pasti juga tidak punya waktu untuk sekedar merawatnya atau bahkan memberinya makan.

"Omong-omong, apa Sean tidak pernah menghubungimu?" Pertanyaan Alisha membuatku tersadar dari lamunan. Saat ini aku dan dia sedang dalam perjalanan pulang. Kami berjalan kaki di atas trotoar panjang.

"Tidak, memangnya kenapa?"

"Dia sering menghubungiku, bertanya tentangmu."

"Tentang apa?"

"Dia bertanya tentang banyak hal. Seperti apa pekerjaanmu, di mana tempat tinggalmu, keseharianmu, dan masih banyak lagi. Apa benar dia tidak pernah menghubungimu?"

"Tidak, bahkan setelah bertukar nomor, hari itu juga tidak ada obrolan yang menarik. Mungkin dia bertanya padamu karena tahu aku sudah ..."

Ups, hampir saja aku keceplosan. Aku menghela napas. Akan tetapi Alisha tampaknya menyadari kegugupanku.

"Apa? Sudah apa?" Alisha begitu tertarik sehingga menolehkan kepalanya ke arahku—tidak memperhatikan jalan di depannya.

"Lupakan saja. Aku salah berbicara..."

Alisha menyipitkan matanya saat mendengar jawabanku. Seketika itu kuangkat tanganku untuk menepuk pipinya pelan, agar wajahnya kembali menghadap ke depan. "Hey, jangan lihat aku seperti itu!"

Alisha tertawa. "Habisnya kau sangat mencurigakan. Aku jadi semakin penasaran. Eh, tunggu sebentar, mengapa aku baru ingat sekarang?!"

Alisha mencekal pergelangan tanganku. Membuatku terpaksa berhenti di tengah jalan berubin persegi, sama sepertinya.

"Ada apa?"

Sembari menunggunya berbicara, aku merasakan sisa tetesan air hujan yang berasal dari pohon mengenai puncak kepalaku.

"Seingatku, pada saat kita bertemu dengan Sean. Kau pergi begitu saja bersama dengan seorang pria, dan kalian naik mobil yang mewah. Namun aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Cepat katakan padaku, siapa pria itu?!" Mata Alisha melotot. Kedua tangannya sudah berada di atas pundakku, membuatku merasa terintimidasi.

Ini tidak baik. Sungguh, aku juga tidak tahu mengapa aku juga bisa melewatkan hal ini? Di hari itu, jelas-jelas Alisha juga sedang bersamaku. Akan tetapi saat melihat reaksinya, sepertinya Sean tidak mengatakan hal apapun tentang Andrew padanya.

Aku menghela napas berat. Entah harus bersyukur atau khawatir.

"Iya, kau benar. Tapi itu adalah mobil Taxi yang lewat, aku hanya kebetulan melihatnya," jawabku seadanya. Aku tahu itu adalah sebuah kebohongan yang fantastis. Mana mungkin dia mau percaya begitu saja?

"Benarkah? Tapi aku melihat mobil itu dengan jelas. Itu adalah jenis mobil yang biasa dipakai oleh seorang miliuner. Bagaimana mungkin orang yang sanggup membeli mobil dengan kapasitas di atas rata-rata hanya bekerja sebagai supir Taxi?"

Ini bencana. Aku lupa jika Alisha adalah termasuk orang yang teliti. Dia tidak akan berhenti mencecarku dengan berbagai macam pertanyaan sebelum ia mendengarkan jawaban yang memuaskan.

"Aku tidak begitu memperhatikannya. Bisa jadi kau yang salah lihat. Ingat kan, saat itu masih hujan, jadi segala yang kau lihat bisa tersamarkan," jawabku sedikit gagap.

Alisha menurunkan tangannya sembari menghela napas. "Stella, aku tidak mungkin salah lihat. Lagipula pria yang keluar dari dalam mobil itu juga tampak bukan seperti seorang supir. Pria itu memakai jas formal. Dan aku berani bertaruh bahwa harga jas yang ia kenakan juga tidak kalah mahalnya dengan mobil mewahnya."

Ya Tuhan, tolong jangan lagi. Alisha benar-benar membuatku hampir menyerah.

"Baiklah, kau benar."

Rasanya aku ingin menampar mulutku sendiri karena terlalu mudah menyerah.

"Bagian mananya yang benar? Kalau begitu, pria itu juga bukan seorang supir, melainkan kenalanmu, iya kan!?" Alisha langsung bersemangat.

"Terserah kau saja," jawabku sembari melanjutkan langkah kakiku yang sempat tertunda.

Menurutku, Alisha seharusnya menjadi seorang jaksa atau pengacara saja, ia sama sekali tidak cocok menjadi seorang seniman. Dia benar-benar senang mengintrogasi orang lain seperti orang-orang di pengadilan! Membuatku benar-benar merasa jengkel!

"Hey, tunggu aku Stella! Kau berhutang penjelasan padakuuu!"

...CHAPTER END...

1
🌸Ar_Vi🌸
laaahh.. kok gitu.. di eksekusi langsung stella nya.. /Chuckle/
AYZY: gua yang deg degan /Drowsy/
total 1 replies
🌸Ar_Vi🌸
lanjuut..
🌸Ar_Vi🌸
rumit keknya ya thor..
saran aja nih.. kalau buat cerita misteri, updatenya sehari 3 x.. supaya pembacanya ga kentang.. /Chuckle//Kiss/
AYZY: lagi sakit kepala 😣😭
🌸Ar_Vi🌸: semangat kakak.. /Applaud/
total 3 replies
🌸Ar_Vi🌸
selowww banget ya ceritanya.../Bye-Bye/
AYZY: wkwk gimana, lanjut nggak
total 1 replies
AYZY
jika kamu tidak akan melakukan apa pun malam ini, bagaimana kalau kamu melakukan sesuatu untukku?
AYZY
kalau aku tak datang siapa yang bisa menggantikanku ya?
AYZY
sepanjang waktu aku menunggumu untuk memintaku ikut denganmu. karena aku hanya ingin mendengarnya darimu
AYZY
Aku baru saja bangun, ada apa?
aqua_ rine
/Chuckle/
aqua_ rine
buset
aqua_ rine
tuh kan
aqua_ rine
bener bener ya lu
aqua_ rine
parahh
aqua_ rine
awokwowk
aqua_ rine
masak sih
aqua_ rine
/Frown//Frown//Frown/
aqua_ rine
omegattt
aqua_ rine
Stella, run 😭😭😭
AYZY: /Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
ruhe
moga lancar ka ❤👍
AYZY: thanks 💛💜
total 1 replies
AYZY
kamu pasti setuju denganku kan?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!