NovelToon NovelToon
Rebirth: Moon Sword

Rebirth: Moon Sword

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Time Travel / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Huacheng Imut

Gu Yinchen, dijuluki sebagai Kultivator Pedang Bulan oleh Raja Iblis yang menyerangnya bersama dengan ribuan orang dari lima sekte ternama. Julukan itu diberikan usai Gu Yinchen mati setelah jantungnya berhasil dihancurkan oleh Raja iblis.

mungkinkah Gu Yinchen akan kembali demi membalaskan dendam rekan seperguruannya dan kelima tetua Sekte yang mati sia-sia demi membunuh Raja iblis yang memiliki lima jantung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Huacheng Imut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 13 - AWAL PERJALANAN

”Ah! Kenapa dia juga harus ikut sih?! Kenapa tidak aku saja yang pergi sendirian? Setelah melihatku membunuh monster tingkat tiga, apakah dia belum cukup yakin kalau aku bisa melindungi diriku sendiri?!” gerutu Gu Yinchen sepanjang perjalannya menuju gerbang luar Sekte. Dia tidak berjalan seorang diri, tentunya di depannya Qing Luan sudah berjalan lebih dulu mendahuluinya.

Sesampainya di depan gerbang masuk, mereka disambut oleh Qing Tao dan Bao Yueri yang menunggunya sejak tadi. Mereka terlihat siap mengucapkan kata selamat jalan pada mereka berdua. Tentu, Qing Tao sendirilah yang memutuskan agar Qing Luan segera membawa Gu Yinchen pergi dari Sekte dan melihat apakah para monster itu benar hanya menyerang sekte saat Gu Yinchen berada di dalam.

”Luan, jaga dirimu baik-baik di luar sana. Aku akan mengirimkan surat padamu kalau keadaan di sekte sudah baik-baik saja.” ucap Qing Tao pada Qing Luan.

”Kalau sekte tidak baik-baik saja, kenapa Guru besar disuruh pergi keluar bersamaku? Kenapa tidak aku saja yang pergi sendirian?” Gu Yinchen tiba-tiba memotong pembicaraan mereka berdua.

”Mulutmu ini tidak bisa berhenti memotong orang dewasa yang sedang berbicara ya?!” Bao Yueri langsung menyentil dahi Gu Yinchen sampai membuatnya teriak, ”Aduh!” dengan tangan yang langsung memegang dahinya.

”Memangnya Nona ini jauh lebih kuat dari guru besar?! Apakah kau bisa menghabisi monster tingkat tiga dalam sekali serang?!” tantang Gu Yinchen.

”Kau mencoba meremehkan ku anak kecil?!” balas Bao Yueri kembali menyentil dahi Gu Yinchen.

”Kau sendiri hanya bisa menyentil dahi anak kecil! Memangnya kau tidak bisa melakukan hal lain lagi?!” balas Gu Yinchen.

Bao Yueri yang mendengar tantangan ini langsung mengesampingkan lengan pakaiannya dan perlahan mendekati Gu Yinchen dengan tatapan marah. ”... kau ingin aku menendangmu sampai ke neraka karena ucapanmu?!”

”Sebenarnya tidak perlu karena aku sudah di neraka dua kali!” batin Gu Yinchen membandingkan takdirnya yang berdiri ditengah-tengah gunung mayat dan tiba-tiba berada di sekte Matahari yang merupakan musuh bebuyutannya.

”Yinchen! Gu Yinchen!” seru seorang anak laki-laki yang berlari mendekati mereka yang sudah berada di gerbang luar Sekte.

”Li Jinyun? Untuk apa dia kemari?” batin Gu Yinchen heran, melihat senyuman anak itu yang tampak tidak akan pudar meski seluruh saudara-saudaranya mati terbunuh.

Li Jinyun berhenti di depannya sembari mengistirahatkan kedua lututnya sejenak usai berlari dari asrama para murid. Meski lelah, dia tidak melepas senyum kekanak-kanakannya itu. Jauh berbeda dengan Gu Yinchen yang sebenarnya tidak lagi muda bahkan sudah memasuki usia lanjut.

”Jinyun! Bukankah hari ini ada latihan dengan yang lain?” tanya Bao Yueri tak begitu terkejut melihat kedatangan Li Jinyun tiba-tiba.

”Aku hanya sebentar mampir ke sini. Karena ada sesuatu yang ingin aku berikan.” ucap Li Jinyun sembari merogoh sesuatu yang tersimpan di balik jubahnya kemudian, dia menaruhnya di atas telapak tangan Gu Yinchen.

Itu adalah sebuah kalung permata berwarna merah menyala seperti darah yang dililitkan dengan sebuah tali yang kasar. Ukuran permatanya tidak terlalu besar dan berat. Tidak sampai memenuhi telapak tangannya.

”Benda apa ini?” tanya Gu Yinchen heran mengapa Li Jinyun selalu memberikannya barang berharga yang sangat mahal dan langka.

”Itu adalah jimat pelindung yang akan melindungi mu adik!” singkat Li Jinyun membuat Gu Yinchen terkejut, Li Jinyun memanggilnya dengan sebutan adik.

”Apakah ini alasannya dia memberiku barang-barang yang luar biasa agar dia bisa memanggilku adik?!” batin Gu Yinchen terkejut.

”Aku mendapatkannya dari seorang kakek yang sedang membersihkan kuil. Katanya benda ini bisa melindungi ku. Tetapi, karena aku hanya akan berada di sekte sementara kau berada di luar, aku rasa kau yang lebih membutuhkannya.” Li Jinyun tampak sangat senang memberikan benda berharganya pada Gu Yinchen sementara, Gu Yinchen merasa aneh.

”Padahal aku bisa membunuh monster tingkat tiga seorang diri. Kenapa dia sampai melakukannya sejauh ini?” batin Gu Yinchen.

”Hei! Dia berusaha melindungi mu! Sebagai adik, kau harus berterima kasih pada kakakmu!” celetuk Bao Yueri sembari melipat tangannya.

”Lagi-lagi, wanita itu selalu banyak bicara! Aku memiliki firasat kalau dia akan jauh lebih menyebalkan saat aku dewasa nanti.” batin Gu Yinchen menatapnya dengan jengkel.

Gu Yinchen menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menjawab, ”Ya, terima kasih.” jawabnya dengan sedikit berat.

”Ucapkanlah dengan benar! Apakah kau malu-malu untuk berterima kasih pada kakak seperguruan mu sendiri?!” celetuk Bao Yueri dan kali ini dia kembali menyentil dahi Gu Yinchen sampai memerah.

”Ah! Dasar kalian kakak yang terlalu baik hati dan nona yang menyebalkan! Kau terlalu banyak bicara!” kesal Gu Yinchen sembari mengacungkan jari telunjuknya ke arah Bao Yueri.

”Apa?! Beraninya kau menunjuk ke arahku?!” Bao Yueri akhirnya terpancing emosinya. Tangannya hendak memukul kepalanya akan tetapi, langkahnya ini terhenti setelah Qing Luan berbicara pada mereka.

”Kalian berdua berhentilah bertengkar. Kita akan berangkat sekarang.” Qing Luan langsung mengambil langkahnya begitu dia selesai berbicara dengan Qing Tao.

Sementara Gu Yinchen yang melihatnya pergi lantas langsung pergi mengikutinya. Tak lupa, dia memberikan hadiah pada Bao Yueri berupa lidah menjulur yang penuh dengan ejekan sebelum akhirnya dia berlari pergi meninggalkannya, mengikuti kemana arah Qing Luan pergi.

”Awas saja anak itu! Kalau dia kembali lagi ke sini!” geram Bao Yueri sembari mengepalkan tangannya.

Pemandangan bunga merah, yang berada di kaki gunung ternyata tidak terlalu menyeramkan bagi Gu Yinchen. Hanya saja, dia merasa kalau pemandangan merah itu mengingatkannya pada darah para saudaranya yang dulu menggenang di seluruh tempat pertempuran. Warna merah yang dikeluarkan oleh bunga higanbana, selalu mengingatkannya pada kejadian masa lalu yang tidak terlalu bagus untuk didengar.

”Yinchen! Apakah kau penasaran kenapa di gunung ini banyak tumbuh bunga higanbana berwarna merah seperti ini?” tanya Qing Luan yang menyadari kalau Gu Yinchen terus menerus menatap bunga itu.

Gu Yinchen menggeleng sebagai jawaban. Meski sudah mati 50 tahun lalu, dia masih belum tahu mengapa sekte Matahari terkenal dengan bunga higanbana yang tumbuh hampir di semua tempat mereka. Gu Yinchen pikir, dulu sekali ada seseorang yang menaruh bibit bunga higanbana di satu sisi. Kemudian seiring waktu, bunga itu terus berkembang biak hingga sampailah pada saat ini. Sebuah tempat yang penuh dengan warna merah mengerikan.

”Aku rasa ini akan menjadi awal yang dasar bagimu.” jawab Qing Luan. ”... itu karena, leluhur kami sangat menyukainya. Dulu, ada seorang putri kerajaan yang jatuh cinta pada seorang ahli pedang. Putri itu sangat menyukai warna merah pada bunga higanbana karena mirip dengan warna dinding tembok istana yang menghalangi. Karena itu, sang ahli pedang membangun taman bunga higanbana untuknya. Akan tetapi, Sang raja tahu kalau putrinya sedang berhubungan dengan seorang ahli pedang lain yang bukan pilihannya. Pada akhirnya, keduanya dibunuh di tempat ini dan mayat mereka, dibiarkan menjadi tulang belulang begitu saja sampai menyatu dengan tanah.”

”Ya, meski romantis karena berakhir mati bersama, tetap saja itu cerita yang cukup mengerikan jika aku benar-benar anak kecil.” batin Gu Yinchen sembari memperhatikan sekeliling.

Gu Yinchen berjalan menghampiri dan berdiri di samping Qing Luan. ”... Kemana kita akan pergi, guru?”

Qing Luan berpikir sejenak sebelum menjawab, ”... kita hanya akan terus berjalan sampai kau menemukan jawaban dari alasan kenapa aku selalu melarang mu pergi dan tinggal di sekte bulan.”

1
Maz Tama
pantau
Buang Sengketa
bulan dan matahari. makin kuat la mc nya
Seorang Penulis✍️
Jangan lupa mampir ya kak di Novel Saya PERJALANAN YANG CHEN DIDUNIA LAIN
Ivy
Semangat terus kak🔥Mampir juga ke karya baruku "Story of Elementalist" makasih🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!