Gita, putri satu-satunya dari Yuda dan Asih. Hidup enak dan serba ada, ia ingat waktu kecil pernah hidup susah. Entah rezeki dari Tuhan yang luar biasa atau memang pekerjaan Bapaknya yang tidak tidak baik seperti rumor yang dia dengar.
Tiba-tiba Bapak meninggal bahkan kondisinya cukup mengenaskan, banyak gangguan yang dia rasakan setelah itu. Nyawa Ibu dan dirinya pun terancam. Entah perjanjian dan pesugihan apa yang dilakukan oleh Yuda. Dibantu dengan Iqbal dan Dirga, Dita berusaha mengungkap misteri kekayaan keluarganya dan berjuang untuk lepas dari jerat … pesugihan.
======
Khusus pembaca kisah horror. Baca sampai tamat ya dan jangan menumpuk bab
Follow IG : dtyas_dtyas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 ~ Nasihat Dirga
Gita keluar dari kelasnya, mengusap wajah dan gegas menuju kelas Ikbal. Nyatanya sudah bubar, menghubungi ternyata sudah berpindah ke ruang lain. Ia susul dan menunggu di luar, hampir dua puluh menit menunggu akhirnya Ikbal keluar meski kelas belum usai.
“Ada apa, kelasku masih lama. Kamu sakit, Git?” cecar Ikbal saat melihat wajah Gita yang terlihat lelah.
“Aku nggak bisa tidur,” jawab Gita. Bagaimana bisa tidur, setelah melihat sosok yang muncul juga di kosannya. Sudah hampir tiga tahun ia tinggal di situ, belum pernah mendengar hal aneh terutama yang berhubungan dengan hal mistis. Apalagi penghuni kosan sering mengadakan kajian. “Mas Dirga bilang tugasku sudah selesai, antar aku temui dia.”
“Aduh Git, kamu aja deh. Habis kelas aku ngumpul, ada rapat pengurus mapala.”
“Terus aku gimana?”
“Ya tinggal temui aja, janjian di mana gitu. Jangan di kosan dia. Nggak usah takut juga, Mas Dirga orangnya baik.”
“Ya udah, tapi nanti sore mampir ya. Ada yang mau aku ceritakan.”
Ikbal hanya mengangguk lalu pamit kembali ke kelasnya sedangkan Gita menuju parkiran. Sebelum melaju ia hubungi Dirga menanyakan tempat mereka untuk bertemu. Agak jauh dari kampus karena Dirga ada urusan dengan tempat kerja freelance nya.
Sudah parkir di basement, Gita menunggu di lobby kantor tersebut. menunggu sambil memainkan ponselnya setelah mengabarkan kalau ia sudah berada di lobby. Sempat juga berbalas pesan dengan ibunya yang khawatir karena Gita belum menghubunginya dari kemarin.
“Gita.”
Gita pun menolak dan berdiri. Agak pangling dengan penampilan pria itu. sebelumnya bertemu dalam keadaan santai hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek. Saat ini Dirga terlihat rapi dengan kemeja tangan panjang yang dilipat sampai siku dan celana panjang bahan lengkap dengan sepatu. Tampan, sudah pasti.
“Sorry, lama nunggu ya.”
“Oh, nggak Mas.”
“Lo buru-buru nggak, setengah jam lagi urusan gue selesai. Kita bisa ngobrol masalah tugas lo di tempat lain.” Jujur Dirga agak tertarik dengan wanita itu, ingin agak lama berbincang. Apalagi ia melihat aura negatif mengikuti Gita, penasaran juga dengan hal tersebut.
“Hm, boleh.”
“Oke, lo tunggu di sini.”
Dirga meninggalkan Gita yang kembali fokus dengan melanjutkan pencarian tentang pesugihan di ponselnya. Sepertinya tidak akan lagi membaca atau mencari hal yang berbau mistis malam hari, khawatir ada penampakan seperti semalam.
Sempat tidak bisa tidur karena takut sosok yang muncul di jendela kamarnya masuk ke dalam, ia khawatir kalau malam ini akan diganggu lagi.
“Hah, kayaknya aku dilarang cari tahu masalah bapak deh. Ada aja gangguannya,” gumam Gita.
Pilihan berikutnya ia membuka aplikasi e-commerce, menambah keranjang belanja dengan pilihan produk yang menarik. Terlalu asyik sampai tidak menyadari saat Dirga datang dan memanggilnya.
“Eh,” pekik Gita terkejut saat Dirga menyentuh bahunya.
“Dipanggil cuek aja. Ngelamun?”
“Nggak tahu mas, lagi fokus aja kali.”
Dirga mengajak ke cafe agar lebih nyaman untuk berdiskusi, karena ia membawa motor sendiri Gita pun mengekor laju motor Dirga.
Suasana cafe nyaman dan tidak terlalu ramai, setelah memesan Dirga mengeluarkan laptop dari tasnya. Gita masih membisu hanya memperhatikan gerakan Dirga, terkesima dengan penampilan pria itu. Bahkan saat Dirga mulai menjelaskan tugas yang sudah diselesaikan, Gita hanya sanggup manggut-manggut.
“Gita, lo ngerti nggak?” tanya Dirga menyadarkan lamunan Gita.
“Eh, iya. Ngerti kok, mas.”
“Kalau ngerti, kenapa nggak bikin sendiri.”
“Lagi nggak bisa konsen, jadi nggak bisa mikir,” sahut Gita.
“Ada yang mau ditanyakan nggak?” tanya Dirga sambil menikmati cemilan dan minuman yang dia pesan.
“hm, kayaknya belum ada.”
“Muka lo kenapa, kayak orang habis begadang,” ujar Dirga asal, agak sedikit kepo dengan perempuan di hadapannya.
“Iya, semalam nggak bisa tidur.”
“Kenapa gitu, ada gangguan? Kosan lo horror?”
Gita menggelengkan kepala, ragu untuk menceritakan apa yang terjadi semalam dan mungkin saja ada hubungannya dengan Bapak.
“Kalau diganggu yang kasat mata, banyakin ibadah. Lo bisa ngaji ‘kan?” tanya Dirga dan dijawab Gita dengan anggukan kepala. “Ya udah lo bacakan aja ayat suci.”
“Tapi Mas, apa hantu bisa pindah tempat yang jauh. Bisa ngikutin orang kemanapun?”
“Bisa aja sih.”
“Naik apa dia,” gumam Gita dan Dirga terbahak mendengar hal itu.
“Lo lihat apaan dan nggak usah bohong karena kelihatan di wajah,” ungkap Dirga sambil menunjuk wajah perempuan di hadapannya.
“Pocong, mas. Bukan kali ini aja, waktu di rumah aku juga lihat. Apa iya dia bisa ngikut sampai kosan aku?”
Dirga terdiam menatap wajah Gita lalu menghela pelan, entah bagaimana ia menyampaikan kalau sosok yang muncul itu seperti menempel karena perjanjian gaib yang mungkin saja dilakukan oleh keluarganya.
“Lo baca ayat ini kalau sosok itu muncul lagi,” titah Dirga mengetik di layar ponsel lalu mengirimkan pada Gita.
“Nanti dia hilang atau teriak, mas. Aku takut loh.”
“Astaga,” ucap Dirga sambil mengusap wajahnya.
“Jangankan buat baca ayat itu, aku nggak bisa gerak pas lihat sosok itu. Sumpah, tubuhku seperti patung.”
“Yang gue bilang tadi, banyakan ibadah. Itu hanya refleks dari tubuh lo yang kaget.”
“Gimana nggak kaget, tampangnya menyeramkan bikin merinding. Kalau tampangnya kayak Mas Dirga sih bukannya takut apalagi lari, aku samperin dan langsung aku peluk.”
“Masa, sekarang aja lo peluk.”
“Eh.”
\=\=\= chapter ini gak bikin merinding ya, ikuti terus sampai tamat yess😍🥰