NovelToon NovelToon
Fanatic Obsession

Fanatic Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Wanita Karir / Karir / Dendam Kesumat / Menyembunyikan Identitas / Office Romance
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Janice SN

Stella adalah seorang aktris terkenal, baginya hidup ini terasa mudah saat begitu banyak penggemar yang mencintainya. Tetapi lama-lama salah satu penggemar membuat Stella tak merasa nyaman, dia selalu mengatakan bahwa Stella harus bersikap baik dan mematuhinya, jika tidak, kejadian tak diinginkan akan terjadi.

Lalu Stella mulai mencurigai seseorang, apakah orang itu akan tertangkap? Atau Stella malah terperangkap jauh dalam genggamannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Janice SN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencari Malaikat Maut

"Apa kau baik-baik saja?"

Stella bergegas bangkit dari tempat tidur. Perempuan itu mulai berbicara. "Sebaiknya saya pergi dari sini sebelum para wartawan datang. Tolong maafkan teman saya yang telah membuat kesalahan, jika anda ingin mengajukan protes, saya akan memberikan alamat teman saya."

"Untuk apa?" tanyanya balik.

Stella sedikit mengerutkan keningnya. "Untuk mengajukan keluhan atau memesannya kembali?"

Pria itu menggelengkan kepalanya. "Bertemu denganmu, ketidaksengajaan yang justru membuatku senang."

Stella diam. Perempuan itu mencoba mengingat kejadian semalam. Tak ada yang terjadi bukan? Pikirnya. Stella kembali berbicara. "Saya pergi dul--"

"Saya antarkan!" Pria itu langsung bangkit dan mencari beberapa pakaian dan masker di dalam tasnya. "Ayo aku antar, tidak apa-apa tak mandi, toh aku tetap tampan!"

Stella tak menolak, dia juga tak penasaran kenapa orang itu membawa banyak pakaian dan masker, Stella segera memakai pakaian tebal dan masker. Dirinya tak tahu ada di mana, siapa tahu jika di luar sudah ada wartawan yang bersiap memotretnya. Dirinya harus menutupi seluruh wajahnya. Kemudian dia mengikuti pria itu dari belakang.

Stella melongo melihat rumah ini. Simpel tapi elegan. Tapi perempuan itu memperhatikan seluruh titip sudut dengan teliti, takut ada sebuah kamera yang mengintai. Tetapi keberuntungan memihaknya, Stella masuk ke dalam mobil, lalu perempuan itu memberikan alamat apartemennya pada pria itu.

"Apa, kau tahu namaku?"

"Oh iya!" Stella mengingat sesuatu, perempuan itu merogoh sakunya, mencari ponsel, tapi ponselnya mati, Stella menghela napas. Sekarang, agensinya past sedang ketar-ketir mencari keberadaannya.

Merasa tak dapat jawaban, pria itu mulai menjelaskan. "Namaku William, aku tidak cukup terkenal, tapi punya penggemar. Kita juga pernah terlibat satu projek iklan kosmetik, mungkin saat masa debutku."

Stella mendengarkan sambil mengecek ponselnya, dan benar, begitu banyak pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Bahkan panggilan tak terjawab dari Lea, Morgan dan Direktur agensinya. Stella memijat keningnya. Masalah baru lagi muncul, cepat atau lambat, masalahnya ini akan tercium oleh para wartawan. Mereka itu pandai mengendus berita mengenai sisi negatif seorang selebriti.

Tangan Stella yang sedang menari di layar ponsel langsung terhenti, perempuan itu menatap sebuah nomor tak dikenal, ia tekan, matanya seketika membulat.

[Kenapa kamu begitu nakal?]

[Kamu ingin melihat kematian seseorang?]

[Kamu harus diberi hukuman ya?]

Stella menelan salivanya. Sepertinya, orang gila itu sudah mengetahui keberadaannya, tapi bagaimana dia bisa tahu?

William yang fokus memperhatikan Stella sampai tak menyadari sebuah mobil melaju cepat ke arahnya.

"AWAS!"

Wiliam segera mengambil tindakan, untungnya ia dengan cepat menghindari kecelakaan. Wiliam menoleh ke samping, khawatir tentang keadaan Stella. "Kau baik-baik saja? Maafkan aku, aku tak fokus menyetir."

Stella menghela nafas sejenak, dirinya menggelengkan kepala. Pikirannya tertuju pada pesan orang gila itu, bagaimana jika mobil yang tadi mengarah ke sini, adalah rencananya juga?

"Kita turun saja!" seru Stella yang merasa tidak tenang. Melihat Wiliam yang masih menyetir membuat perempuan itu kesal. "Ayo, kita turun dulu sebentar!"

William menurut. Lelaki itu menghentikan mobilnya. Ingin bertanya, tapi ia mengurungkan niatnya melihat Stella yang keluar dari mobil, itu membuat William bingung, tapi pria itu ikut keluar dari mobil. Saat keluar, William langsung bertanya kepada Stella. "Ada apa? Kenapa kita keluar? Kau menunggu seseorang?"

"Diam saja, dan perhatikan sekitar!"

William langsung mengangguk, mengerti.

Untuk beberapa saat mereka terdiam, pagi yang sudah diisi dengan orang-orang yang berlalu lalang. William yang merasa bosan, lalu Stella yang waspada akan sekitar. Lalu saat seseorang serba hitam, hendak melewati mereka, Stella segera mengambil tindakan yang membuat William terkaget-kaget.

"A-ada apa denganmu?!" William melotot melihat tangan Stella yang memeluk pinggangnya. Wajah lelaki itu terlihat merona.

"Diam saja!" sentak Stella, dia juga tak menginginkan posisi ini. Tapi, Stella tak mau William celaka, hingga perempuan itu sengaja bertatapan dengan sepasang mata elang. Mata yang selalu memperhatikannya... Stella tak bisa melihat wajahnya, orang gila itu selalu memakai masker, tapi yang ia yakini, orang itu bukanlah James.

"Kapan kita akan seperti ini?"

Stella terdiam. "Kau pulang saja! Terimakasih sudah memberi tumpangan!" Stella bergegas menghampiri pria gila yang berdiri tak jauh darinya. Perempuan itu bahkan tak menoleh saat William memanggil namanya.

William menghela napas panjang. Pria itu tidak bisa memaksa Stella, akhirnya dia masuk kembali ke dalam mobil.

Stella terus berjalan mendekatinya dengan penuh percaya diri, berbeda dengan jantungnya yang berdetak lebih kencang. Saat mulai dekat, ia semakin yakin orang bukan James, tapi dirinya tak bisa percaya pada James, bisa saja lelaki itu adalah tangan kanannya.

Saat semakin mendekat...

Hap!

Tangannya ditarik seseorang, yang membuat Stella langsung berbalik badan.

"Stella! Akhirnya kita bertemu! Tolong maafkan aku! Saat itu aku sedang tak waras! Tolong maafkan aku! Aku tidak akan mengulanginya lagi!"

Stella berdecak kesal. Perempuan itu mengalihkan pandangannya, mencari si pria gila. Tapi tak ada, hal itu membuat Stella menggeram kesal, dia langsung menoleh dan berteriak. "Kau ini! Selalu saja menggangguku! Tolong, jangan terlibat lagi denganku!"

Asta segera melepaskan tangan Stella. Lelaki itu menyatukan kedua tangannya. "Maafkan aku lagi! Aku punya banyak salah padamu! Aku meminta maaf soal membuatmu terkena komentar jahat! Lain kali, aku tidak akan membiarkanmu terkena skandal lagi!"

Stella tersenyum sinis, tatapannya menjadi tajam. "Kau tahu, aku sudah terbiasa dengan komentar jahat atau skandal apapun. Yang membuatku takut itu kematian dan adikku! Aku tak peduli soal lainnya! Tapi kau baru saja membuat kesalahan besar! Kau membuatku kehilangan jejak malaikat maut!"

Asta mulai mundur saat Stella maju ke arahnya, Asta bertanya dengan nada yang gugup. "A-apa maksudmu?"

Stella semakin menggertak. "Seharusnya kau tidak muncul di hadapanku oh, salah! Seharusnya, sedari awal, kita pernah bertemu!"

Asta mengepalkan tangannya, lelaki itu mulai terpancing. "Kau menyesalinya? Sungguh?!"

"YA AKU MENYESALINYA! AKU MENYESAL KARENA HADIR DALAM HIDUPMU! SEHARUSNYA KITA TIDAK PERNAH SALING MENGENAL!" Stella berseru kencang, tak peduli dengan beberapa orang yang mulai memperhatikan mereka.

"SE--"

Tet! Tet!

Bruk!

Tanpa diduga sebuah motor hendak menabrak Asta, tapi sekali lagi keberuntungan memihak Stella, perempuan itu menghela nafas lega saat melihat Asta yang terjatuh karena menabrak tong sampah.

"Apa yang kau lakukan hah! Kenapa kau mendorongku!" Asta mengamuk karena tubuhnya terasa sakit. Pria itu tak sadar dengan motor yang sudah menjauh dari lokasi mereka, Asta tak menyadari bahwa motor itu hendak menabraknya.

Stella melototkan matanya. Perempuan itu membuka masker dan berseru. "Kau seharusnya bersyukur, kau tidak berakhir di rumah sakit! Kau hanya--em!" Perkataan perempuan itu terhenti saat sebuah benda kenyal menyentuh bibirnya, mata Stella membulat besar. Kedua tangannya terkepal kuat. Pria gila itu membuat masalah lagi!

"KAU!" Asta berseru kencang. Pria itu berusaha berdiri.

1
Iren Nursathi
lanjut dong penasaran nih thor
Janice SN: Udah kak🤗🤗
total 1 replies
Iren Nursathi
lanjuuuuuuut thor
Janice SN: udah kak🤗
total 1 replies
Selfi Selfi
semangat kk...
lanjutkan



kita saling suport yukヾ(^-^)ノ
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!