Sistem KU

Pukul 5 pagi, Alex dan Aji memulai perjalanan mereka menuju ibu kota. Alex mengenakan pakaian kasual, sementara Aji tampil formal dengan jas kantoran dan membawa koper. Mereka naik kereta yang akan tiba di ibu kota pukul 9. Sepanjang perjalanan, Alex menceritakan rencana negosiasi dan strategi yang telah mereka persiapkan.

Di dalam kereta, Aji menunjukkan kecerdasan dan pemahamannya tentang strategi bisnis. "Aku telah menyiapkan beberapa poin negosiasi yang akan kita gunakan. Pertama, kita akan menunjukkan data tentang tren belanja online yang terus meningkat. Kedua, kita akan membahas keuntungan jangka panjang bagi distributor jika bekerja sama dengan kita," kata Aji sambil menunjukkan catatan di tablet-nya.

Setibanya di ibu kota, mereka langsung menuju tempat pertemuan yang telah disepakati. Andreas Xi, sang distributor, sudah menunggu di sebuah kafe. Andreas adalah pria paruh baya dengan wajah serius, namun terlihat penasaran saat melihat Alex dan Aji yang masih muda.

"Selamat pagi, Pak Andreas. Saya Alex, dan ini rekan saya, Aji," Alex memulai perkenalan dengan percaya diri. Mereka duduk dan mulai berbicara tentang bisnis.

Aji mengambil alih pembicaraan dengan mulus. "Pak Andreas, kami sangat tertarik dengan produk yang Anda distribusikan. Kami percaya bahwa ada potensi besar di pasar online saat ini, terutama di segmen gadget. Data menunjukkan bahwa belanja online telah meningkat sebesar 25% setiap tahun selama lima tahun terakhir. Jika Anda bermitra dengan kami, kami bisa membantu Anda memanfaatkan tren ini," kata Aji sambil membuka slide presentasi di laptopnya.

Andreas tampak terkejut dengan data yang disajikan. "Itu angka yang impresif, tapi bagaimana kalian bisa yakin bahwa kita akan berhasil di pasar yang kompetitif ini?" tanyanya skeptis.

Alex menjawab dengan tenang, "Kami telah melakukan riset pasar yang mendalam. Kami tahu target audiens kami dan bagaimana menjangkau mereka. Selain itu, kami memiliki rencana pemasaran yang solid dan strategi distribusi yang efisien. Kami yakin bisa menjual 1000 unit per produk dalam waktu satu bulan pertama."

Aji kemudian melanjutkan, "Kami juga siap untuk berinvestasi dalam kampanye pemasaran yang agresif untuk memperkenalkan produk Anda ke pasar yang lebih luas. Kami yakin, dengan kerjasama ini, kita bisa mencapai peningkatan penjualan yang signifikan."

Andreas mendengarkan dengan seksama. "Baiklah, kalian tampaknya memiliki rencana yang matang. Tapi bagaimana dengan risiko? Bagaimana kalian akan menangani persaingan yang ketat dan menjaga kualitas produk?"

Aji menjawab dengan tegas, "Kami telah mempersiapkan langkah-langkah mitigasi risiko. Kami akan fokus pada layanan pelanggan yang luar biasa dan menjaga kualitas produk dengan pengawasan ketat. Kami juga akan terus melakukan analisis pasar untuk beradaptasi dengan perubahan tren."

Alex kemudian menambahkan, "Kami juga siap untuk memberikan laporan berkala tentang kinerja penjualan dan umpan balik pelanggan kepada Anda. Dengan cara ini, kita bisa terus memperbaiki dan meningkatkan strategi kita."

Andreas terlihat lebih tertarik. "Baiklah, proposal kalian cukup meyakinkan. Namun, saya ingin tahu bagaimana kalian bisa menjamin bahwa kita bisa mempertahankan momentum ini dalam jangka panjang."

Aji tersenyum dan berkata, "Kami memiliki visi jangka panjang. Kami tidak hanya ingin sukses dalam penjualan awal, tapi juga membangun merek yang kuat dan loyalitas pelanggan. Kami akan terus berinovasi dan mencari cara baru untuk memenuhi kebutuhan pasar."

Andreas mengangguk. "Kalian benar-benar serius. Baiklah, saya setuju untuk mencoba. Mari kita mulai dengan pesanan awal dan lihat bagaimana hasilnya."

Alex dan Aji tersenyum. Mereka telah berhasil mendapatkan persetujuan dari Andreas. "Terima kasih, Pak Andreas. Kami tidak akan mengecewakan Anda," kata Alex.

Setelah pertemuan selesai, Andreas melihat Alex dan Aji pergi dengan perasaan campur aduk. Dia terkesan dengan kecerdasan dan dedikasi mereka, namun juga merasa sedikit iri melihat anak-anak muda ini yang memiliki visi dan keberanian yang luar biasa.

Sementara itu, di luar kafe, Alex dan Aji saling menatap dengan senyum kemenangan. "Kita berhasil, Lex. Ini adalah awal dari sesuatu yang besar," kata Aji dengan penuh semangat.

Alex mengangguk. "Ini baru permulaan, Ji. Kita akan terus berjuang dan membuat impian kita menjadi kenyataan."

Dalam pandangan Andreas

Aku adalah orang tua tiongkok tidak berguna , yang masih melakukan penjualan di pasar kecil di daerah yang dekat di rumahku, keluarga ku membuangku ke panti asuhan pada tahun lalu, aku tidak menyalahkan mereka atas hal tersebut.

karena mungkin mereka sedang sulit dan tidak ingin merawatku.

namun aku yang memiliki jiwa dagang tidak bisa hanya diam , mengobrol dengan orang tua yang lebih tua dari saya. untuk itu saya membuka toko kecil di dekat panti , walaupun saya tua, namun saya memiliki banyak kenalan pemuda yang mengajariku tentang sosial media , dan juga kawanku di tiongkok berhasil menjadi distributor di sana , itu sebabnya aku memposting foto barang barang tersebut , karena disana sudah terlalu banyak barang yang sama,

harganya murah karena kelebihan produksi.

namun tadi aku bertemu dua pemuda yang auranya berbeda dengan diriku,anak anakku dan yang lainnya , aura mereka saat berbicara bagaikan sudah 20 tahu berpengalaman di bisnis , apalagi pria bernama alex itu, aku bertaruh ia akan menjadi orang terkaya 3 atau 5 tahun dari sekarang.

Ia lihat proposal yang diberikan oleh alex dan aji.

"hmmm benar benar menarik eh'" namun kemudian secarih kertas dari proposal alex muncul dan membuatnya mengambilnya.

"apa ,? berita ...... 'virus yang menyebar dengan cepat bernama corona telah dtemukan di tiongkok '. apa maksudnya ini... ia melihat dengan seksama berita tersebut, namun ia sepertinya masih belum mengerti apa itu.

\==

"eh lex mumpung di ibu kota , kita foto foto sama jalan jalan yuk hehe" aji yang begitu berbeda ketika tidak membicarakan bisnis , ia nampak seperti seorang anak yang baru masuk ke taman bermain.

melihat itu alex dia. "yoi kapan lagi" ucapnya yang mulai berfoto dan mengikuti kemanapun aji melangkan . di ibu kota ini berbeda sekali , karena kota industri dan sibuk . namun alex masih dapat melihat rumah rumah reyot di kota sebesar ini dan perkampungan kumuh .

  'di masa depan ibu kota sudah berpindah ke pulau tengah. dan disana aku benar benar seperti di masa depan, dan kota ini.... kurasa perlahan mulai tenggelam , karena alam ' pikirnya melihat sekeliling, gedung gedung tinggi serta orang orang yang menggunakan pakaian yang rapih dan tendi disana.

entah mengapa , ia mengingat masa depan yang terjadi padanya.

benar benar menyedihkan dan mengerikan .

ia menutup matanya dan berusaha menenangkan pikirannya .

'huhhh itu bukan aku, aku melakukan itu untuk bertahan hidup ' pikirnya.

"yeh malah melamun , hey alex cepat foto aku di patung pancuran ini" ucapnya pada alex yang melamun.

"berisik , diam dan pose  saja " teriaknya kesal .

walaupun karenanya ia dapat melupakan masa depan itu.