Mencintai Ipar Ku Sendiri

"Dasar bocil!" ejek Daniel yang hanya menatapnya malas setelah itu segera pergi dari hadapan orang yang dia sebut bocil itu.

Sebenarnya bukan bocil seusia anak pelajar tetapi terlihat seperti anak yang dalam masa transisi sedang mencari jati dirinya. Atau mungkin bisa dibilang anak-anak di usia awal bekerja. Tetapi bagi Daniel tetap saja dia seorang bocil dibandingkan Daniel yang memang sudah berumur.

Daniel segera mencari toko pakaian dan membeli satu kaos untuk dia pakai saat itu juga sebagai ganti baju kotornya. Karena tidak mungkin Daniel akan tetap memakai bajunya yang kotor dan lengket itu. Daniel tidak peduli lagi dengan keberadaan bocil yang menabraknya tadi. Setelah selesai berganti baju, Daniel memilih membuang baju kotornya di tempat sampah yang tersedia di toilet tersebut. Bukan merasa sok kaya, tapi sepertinya memang susah bersih karena warna bajunya yang putih dengan noda coklat yang pekat.

Setelah selesai Daniel segera menuju ke kafe yang sebelumnya dia memesan kopi. Terlihat disana sudah ada Ibunya yang sedang mencarinya dengan melihat ke kanan dan kiri seperti mencari keberadaan Ibunya.

Sebelum menghampiri Ibunya, Daniel lebih dulu mengambil pesanan kopinya dan meminta maaf karena sudah lama menunggu juga mengucapkan terima kasih.

"Gara-gara bocil kopi ku uda gak panas lagi." kesal Daniel ketika memegang kopinya yang tidak sepanas biasanya.

Daniel pun segera menghampiri Ibunya yang kemungkinan sudah kesal karena terus saja mencari keberadaan Daniel. Bahkan ponsel di tangannya sejak tadi tidak pernah terlepas karena terus berusaha menghubungi Daniel dan tidak ada jawaban. Ternyata memang ponsel Daniel berada di dalam tas yang dia atur dengan getaran saja. Apalagi Daniel sejak tadi sedang fokus mengganti pakaiannya sehingga tidak menyadari ketika ponselnya terus berdering.

"Udah selesai Ma belanjanya?" tanya Daniel tiba-tiba ketika sudah berada di dekat Ibunya.

Sontak saja Ibunya pun memukul lengan Daniel cukup keras karena merasa kaget.

"Aw.. Sakit Ma! Kog malah mukul Daniel sih?" kesal Daniel lagi. Padahal baru saja dia berusaha meredam kekesalannya karena bocil yang tidak dia kenal, sekarang malah semakin kesal lagi karena Ibunya memukulinya.

"Siapa suruh ngagetin Mama! Kamu kemana aja sih? Katanya tadi disini! Mama hubungi juga gak diangkat-angkat!" cerca Ibunya Daniel tanpa memberi waktu Daniel untuk menjelaskan.

"Eh! Perasaan baju kamu tadi bukan ini deh!" lanjut Ibunya dengan mengerutkan kening mencoba mengingat-ingat karena Daniel tidak segera menjawab.

"Udah ayo buruan pulang Ma!" ajak Daniel dengan mengambil belanjaan Ibunya untuk dia bawa kemudian segera menuju ke parkiran dimana mobilnya berada.

***

"Kia kan udah bilang Ma, Pa! Kia mau ngrasain gimana cari uang dulu lah! Kuliah nanti gampang bisa sambil jalan kalau udah dapat kerjaan mapan." gerutu Kia untuk kesekiankalinya kepada kedua orang tuanya.

"Pokoknya kamu harus kuliah dulu! Kalau kamu tidak mau, mendingan kamu langsung Papa nikahin aja baru kamu boleh kerja!" tegas Pak Rudi ayah dari Zaskia Putri Wardani atau biasa dipanggil Kia itu.

Bukannya tidak bersyukur dengan kehidupan Kia yang bisa dibilang mampu bahkan sangat mampu itu, tetapi otak seseorang terkadang merasa capek jika terus dipaksa untuk belajar. Padahal diluaran sana banyak anak-anak yang kurang beruntung yang ingin kuliah pun harus menguburnya dalam-dalam karena kondisi orang tua mereka. Tetapi Kia ini memang agak lain, dia justru ingin merasakan susahnya mencari uang dibandingkan dengan belajar lagi.

"Udahlah Kia nurut aja apa kata Papa kamu." ucap Mama Ririn dengan lembut menasehati Putri satu-satunya itu.

Kia hanya bisa memutar bola matanya dengan malas, memangnya apa lagi yang bisa dilakukan Mamanya selain menyuruhnya untuk menurut dengan Papanya.

"Kia mau nginep ke rumah Tante Tina dulu sementara waktu. Mau berpikir." ucap Kia akhirnya setelah terdiam cukup lama. Karena terus-terusan menentang kedua orang tuanya pun juga tidak baik.

Setelah anaknya mengatakan itu Pak Rudi pun hanya bisa menghela nafas panjang, memang susah sekali menasehati anaknya itu. Pak Rudi pun mengijinkan untuk sementara waktu Kia tinggal di rumah Tantenya yang juga adiknya itu. Tempat tinggal adiknya Pak Rudi memang berada di kota lain dan Pak Rudi merasa tenang jika Kia berada disana karena adiknya pasti akan bisa membantunya membujuk untuk sekolah lagi. Karena harapan Pak Rudi memang hanya Kia yang merupakan anak semata wayangnya.

Kia pun segera ke kamar menyiapkan beberapa pakaian yang akan dia bawa ke rumah Tantenya. Tidak banyak yang dia bawa karena Kia sudah sering menginap disana ketika liburan sehingga dia masih meninggalkan beberapa pakaiannya disana.

Tetapi Kia tidak lupa membawa pakaian formalnya karena tanpa sepengetahuan siapapun ternyata Kia sudah memasukkan lamaran pekerjaan di kantor dekat rumah Tantenya itu. Dan besok adalah jadwal dia melakukan wawancara kerja karena kemarin pihak dari perusahaan sudah menghubunginya.Maka dari itu Kia beralasan ingin menginap di rumah Tantenya karena esok harinya akan mendatangi wawancara pekerjaan.

"Apa memang aku harus nikah aja ya? Biar Papa ngijinin aku kerja." pikir Kia sambil memasukkan pakaiannya ke dalam tas travel yang akan dibawa.

Kia sengaja melakukan hal itu karena ingin menunjukkan kepada orang tuanya bahwa dia mampu. Sebenarnya Kia bukan lulusan SMA, tetapi dia pernah kursus banyak hal sehingga membuatnya sederajat dengan berkuliah. Tetapi kali ini dia sudah merasa lelah untuk belajar maka dari itu dia ingin mencoba hal baru yang lainnya.

Setelah berpamitan kepada orang tuanya, Kia segera menjalankan mobilnya ke arah kota dimana Tantenya tinggal. Tetapi dia berniat mampir ke sebuah supermarket lebih dulu untuk membeli sesuatu untuk Tantenya.

Begitu sampai di supermarket, Kia membeli minuman coklat kesukaannya lebih dulu. Setelah itu dia berjalan sedikit melamun karena terus berpikir apakah dia perlu menikah saja agar tidak terus dipaksa bersekolah lagi. Karena tidak fokus berjalan tiba-tiba saja Kia menabrak seseorang hingga membuat minuman coklat ditangannya tumpah dan mengenai baju orang yang dia tabrak.

Kia pun terkejut dan merasa panik karena takut jika orang tersebut akan marah dan memaki-makinya.

"Maa... Maaf Om! Kia gak sengaja!" ucap Kia dengan takut-takut.

Tetapi orang itu hanya diam saja tidak marah dan hanya memejamkan matanya. Kia berpikir bahwa orang ini pasti sangat baik karena bisa menahan emosinya di depan umum. Tidak sengaja Kia menatap kedua tangannya yang tanpa mengenakan cincin dan itu berarti bahwa orang ini pasti belum menikah. Tetapi Kia sedikit tidak yakin karena dari wajahnya sudah menunjukkan bahwa pria ini cukup dewasa untuk berumah tangga.

"Ayo kita menikah Om!" ucap Kia lagi dengan menunjukkan deretan giginya yang putih bersih. Dan dengan senyuman seperti itu membuat Zaskia terlihat sangat cantik saja. Dan sepertinya dia tidak merasa bersalah sama sekali.

Karena pikiran Kia yang ingin menikah agar Papanya mengijinkan untuk bekerja, maka keluarlah kalimat itu kepada orang yang baru saja dia temui.

"Dasar bocil!" ejek Daniel yang hanya menatapnya malas setelah itu segera pergi dari hadapan orang yang dia sebut bocil itu.

"Wahh lumayan juga Om nya itu." gumam Kia dengan terpesonanya padahal Daniel sudah pergi dari hadapannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Yuk.. Yuk.. Like dan komen nya jangan lupa 🥰