Izinkan Aku Menjadi Orang Ketiga

Pada pukul 13:00.

Laura bersama Rika nampak sedang menikmati makan di sebuah kantin universitas. Seperti biasa, mereka selalu menjadu pusat perhatian karena duduk paling depan.

"La, gue rasa ada yang aneh sama lo?" Ucap sahabatnya bertanya sambil memicingkan matanya.

"Hm, gue? Lo ngarang ah." Menunjuk dirinya sendiri.

Laura malah santai lalu fokus makan kembali, saat ini dia terus mengotak-atik si ponsel sampai beberapa kali mengscroll ke bawah.

"Yakkk! Kau sibuk apa sih?!" Celetuk Rika sambil kesal.

"Suttt.. Lo tau kan, katanya Jeon Jungkook gue mau ngadain konser solo di indonesia nih. Gue gak sabar banget duh pengen nonton ayang." Senyum-senyum sendiri sambil membayangkan.

"Haish.." Rika menghela nafasnya sejenak, dia bahkan mendelikkan matanya kala mendengar ocehan Laura barusan.

Tap.. Tap.. Tap..

Tiba-tiba ada seseorang yang berjalan ke arah Laura dan Rika.

Brakh!!

Seseorang menggerbak meja yang di gunakan Laura dan Rika. "Woi, lo apa-apaan sih?!" Pekik Rika dengan wajah kesal.

"Ah, ternyata ini 2 jalangg yang selalu mengusik para lelaki bahkan kekasih orang." Ucap spontan wanita yang tak lain adalah mahasiswi senior.

Laura menatap wanita tersebut dengan santai, dia bahkan meliriknya dari atas sampai bawah.

"Jalangg? Anda gak salah panggil?" Laura memiringkan wajahnya tanda mengejek.

"Hahaha lihatlah wanita yang kalian puja dan puji setiap hari ini, dia berhasil merebut pacar gue bahkan hampir semua para lelaki tunduk pada jalangg ini." Berteriak.

Sontak semua yang ada di kantin pun menoleh ke arah mereka, pasalnya mahasiswi senior ini berteriak di saat para mahasiswa yang lain sedang beristirahat.

"Bukankah anda senior? Begini kah caramu berbicara di depan semua orang? Menyedihkan!" Gumam Laura di akhir kata.

"Woi, harusnya lo yang tau tata krama, sekolah pakai pakaian sexy dan terbuka begini. Lo mau sekolah apa mau menjuak tubuhmu?" Seru kembali sang senior.

"Dan asal kau tau, gue juga tau kalau lo selalu bolak-balik ke Bar." Menunjuk Laura.

Degh.

Saat itu juga, pupil mata Laura bergetar tangannya pun mengepal dan juga Laura langsung menunduk. Bisa di bilang kalau saat ini dia terkejut dan malu, pasalnya mata semua orang langsung tertuju padanya.

Bahkan, Rika sang sahabat pun ikut terkejut dan menatap Laura seperti ingin mendengar penjelasan. "L--laura.. Apa benar yang di ucapkan dia?"

"Ck, bahkan temen lo sendiri gak lo kasih tau. Pantesan pakaian lo selalu terbuka begini, taunya lo malah jual tubuh di Bar." Terkekeh.

"Cukup sialan!" Geram.

Plakkk.

Tangan Laura spontan menampar seniornya, dia pun mengatur nafasnya karena terbawa emosi, saat ini juga Laura tidak bisa menahan air matanya.

"Kau....." Pekik senior wanita.

"Gue gak tau apa niat lo sebenarnya, asal kau tau gue gak kenal sama pacar lo. Bahkan mereka sendiri yang datang pada gue, bukan gue yang kecentilan menghampiri mereka." Pekik Laura.

"Dan juga lo seenaknya nuduh sahabat gue juga dengan mulut menjijikan lo itu. Oke gue suka bolak-balik ke Bar, tapi gue bukan jual diri. Gue bekerja disana sialan." Ucap Laura dengan lantang.

Rika menatap Laura dengan sayu, bahkan dia langsung menggenggam tangan Laura dengan erat. "La, maafin gue. Gue hampir ke hasut sama omongan wanita gila ini." Menyesal.

"Halah, mana ada yang percaya sama---"

"Ada apa ini?" Ucap seseorang yang berjalan ke arah mereka bertiga.

Laura pun langsung menyeka air matanya dengan kasar. Dia tidak ingin terlihat lemah di mata siapapun untuk saat ini.

"Suara ini, bukankah ini suara pak Dimas." Menunduk dan enggan menatap wajahnya.

Ya, seseorang itu memanglah Dimas. Awalnya dia berjalan ke kantin memang untuk memesan makanan, namun matanya tak sengaja menatap keributan di meja paling depan.

"Kalian bertiga, ikut saya ke ruangan! Kalian tidak mencerminkan sebagai mahasiswi dan malah membuat keributan!" Ucap Dimas bernada tinggi.

"Baik pak." Ucap Rika dan wanita seniornya.

Laura tetap menunduk, bahkan wajahnya pucat pasi. Dalam hati Dimas pun dia sangat mengkhawatirkan sang kekasih. Namun dia bingung cara untuk mendekatinya dalam situasi saat ini.

"Rika.. Antar aku ke uks dulu." Ucap Laura dengan nada lemas.

"Eh, apa kamu sakit--"

Brukh!

Belum sempat Rika menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Laura pun tergeletak pingsan.

"Laura!!" Pekik Dimas.

*****

Di tempat lain

Ceklek.

"Bisakah ketuk dulu pintunya, tidak sopan sekali--"

"Ah, apa aku perlu mengetuk pintu dulu saat menemui menantuku?" Ucap seorang wanita paruh baya.

"M-mamah." Ucapnya terkejut.

Wanita paruh baya itu pun melangkahkan kakinya dan menghampiri seseorang yang sedang duduk di kursi miliknya yang tak lain adalah Vina.

"Mah, apa ada yang mamah perlukan? Mamah tumben sekali datang ke kantorku." Ucap Vina bertanya lembut.

"Tidak, aku kesini hanya ingin berbicara sedikit." Jawabnya dengan ketus.

Vina pun dengan sigap langsung berdiri dan menghampiri sang mertua. "Apa mamah mau minum sesuatu? Vina akan menyuruh sekretaris Vina untuk membuatkannya.

"Ck, gak usah. Jawab saja, kapan kau akan bercerai dengan Dimas?" Celetuknya.

Degh.

Bersambung.