BURUK RUPA JADI RATU TUAN KEJAM

Abraham dan Medi terus saja melangkah, mereka tidak peduli dengan pandangan yang terus saja mengikuti langkah mereka hingga mereka masuk kedalam lift.

"Bawa kemari laptop kerjaku."

Perintah Abraham yang sudah duduk di kursi kerjanya.

Dengan gesit Medi maju dan mengeluarkan laptop kerja Abraham dari dalam tas yang sedari tadi dibawanya.

"Ini tuan."

Abraham mengambil lalu membuka semua data perusahan yang baru di dirintisnya di kota itu.

"Ada yang ingin bermain-main denganku rupanya."

Mata Abraham memerah.

"Panggil pak Rudy kemari."

"Baik tua."

Dengan cepat Medi mengeluarkan handphonenya dari dalam saku lalu mencari kontak Rudy.

Tidak berapa lama terdengar jawaban dari dalam sana.

"Ada apa pak Medi menghubungiku?

"Cepat kemari karena tuan Abraham sedang menunggumu di ruangannya."

"Tuan Abraham sudah ada di kota ini? kenapa tidak mengabari ku terlebih dulu." Tanya Rudy terbata.

"Memangnya kamu itu siapa hingga tuan Abraham harus mengabari mu, cepat kemari atau aku sendiri yang kesitu menjemputmu."

"Baik pak, tunggu sebentar aku akan bersiap-siap." Rudy segera memutuskan panggilannya.

"Sial, kenapa tuan Abraham dan sekertaris gila itu datang tiba-tiba, pasti ini ada masalah besar hingga membuat tuan kejam itu kemari."

"Sayang telpon dari siapa? Seorang perempuan muda keluar dari dalam kamar mandi.

"Tuan Abraham datang, aku harus pergi menemuinya."

Dengan terburu-buru pria berjanggut tebal itu mengenakan pakaian.

"Memangnya Abraham itu siapa hingga membuatmu sepanik ini."

"Beliau pemilik perusahaan tempat Aku bekerja."

"Bukankah dia tidak pernah datang kemari dan pak Anton lah yang berkuasa di perusahaan tersebut."

"Pak Anton itu hanya sebagai manager dan orang kepercayaan, dia tidak ada apa-apanya dibanding tuan Abraham. Aku pergi dulu, nanti aku kembali lagi."

Rudi mencium beberapa kali bagian tubuh tertentu perempuan muda itu dan berlalu pergi.

Dengan buru-buru Rudy mengemudikan kendaraan hingga tiba juga di perusahan.

Rudy mengetuk pintu tiga kali dan muncul Medi di balik pintu.

"Apa boleh saya masuk?"

"Masuklah."

Keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuh Rudy.

Dengan langkah gemetar Rudy mendekat ke meja kerja Abraham.

"Apa kamu tahu kenapa aku memanggilmu kemari? Abraham yang saat itu duduk membelakangi Rudy.

"Aku tidak tahu tuan"

"Aku tidak akan mengulangi perkataan ku lagi"

"Aku benar-benar tidak tahu tuan."

Abraham berdiri lalu menghempaskan beberapa berkas diatas meja.

"Jangan main-main denganku karena aku tidak akan segan mencabut nyawamu dari tubuhmu."

Semakin gemetarlah tubuh Rudy setelah mendapat ancaman dari Abraham.

"Benar tuan, Aku benar-benar tidak mengerti apa yang anda maksudkan."

"Coba kamu lihat berkas-berkas itu."

Dengan tangan gemetar Rudy mengambil kertas yang berhamburan di atas meja, menyatukan lalu memeriksa dengan teliti.

"Kenapa perusahaan bisa rugi sebesar ini? Kedua mata Rudy melotot sempurna.

"Apa aku yang harus menjawabnya? Abraham menyondongkan wajahnya kearah Rudy hingga pria paru baya itu menunduk.

"Bukan begitu maksud saya tuan. Semua laporan keuangan sudah saya periksa dengan teliti sebelum saya menyerahkannya pada pak Anton, tapi kenapa hasilnya melenceng seperti ini?

Tuan coba hubungi pak Anton, dia pasti tahu siapa yang merubah data keuangan perusahaan."

"Memangnya siapa kamu berani menyuruhku dan siapa Anton hingga aku harus membuang satu persen beterai handphone untung menghubunginya?"

"Maaf tuan, aku yang akan menghubunginya."

Dengan buru-buru Rudy mengeluarkan handphone dari saku celananya.

Terdengar pembicaraan sengit antara Rudy dan seorang pria dari dalam handphone.

"Datang atau tuan Abraham sendiri yang akan menjemput anda."

Tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya Rudy menutup panggilan.

"Kalau sampai aku tidak mendapatkan siapa biang dibalik kerugian perusahaan ku maka jangan harap kalian berdua bisa hidup enak. Aku bisa membuat hidup kalian lebih menakutkan dari neraka ke tujuh sekali pun."

"Saya benar-benar tidak tahu tuan, semua yang terjadi di perusahaan ini pak Anton yang mengurusnya, kami hanya menjalankan sesuai perintahnya."

"Benar tidaknya ucapanmu itu nanti kita buktikan setelah Anton datang kemari."

Kembali ketukan terdengar dari arah pintu.

Medi sigap membuka pintu lalu mempersilahkan orang yang berdiri di sana untuk masuk.

"Apa yang terjadi Rudy, kenapa kamu memanggilku kemari." bisik Anton yang sudah berdiri di samping Rudy

"Ada masalah di perusahaan?" Balas Rudy ikut berbisik.

"Memangnya ada masalah apa?

"Perusahaan mengalami kerugian besar dan tuan Abraham mengetahuinya."

"Benarkah, terus apa hubungannya denganku?"

"Pak Anton kan manager di perusahaan ini, jadi semua masalah di kantor pasti pak Anton tahu."

"Jadi kamu menuduhku?"

"Aku tidak menuduh pak, tapi kenyataanya memang begitu."

"Kamu."

Anton memegang kera baju Rudy dan hampir saja pukulan mendarat di wajah pria paru baya itu.

"Saling pukul lah sebelum aku memberi pelajaran pada kalian."

Mendengar suara Abraham Anton menurunkan tangannya.

"Saya benar-benar tidak tahu soal kerugian di perusahaan ini tuan."

Tampak ketakutan di wajah Rudy.

"Jadi maksudmu, aku yang harus bertanggung jawab dengan semua ini?

"Siapa lagi kalau bukan....."

Belum juga perkataan Rudy terselesaikan tinju sudah mendarat di pipinya.

Pria paruh baya itu terjatuh dan tersungkur di lantai.

"Sekarang aku yang tanya kamu, kemana uang perusahan kamu gelapkan."

"Aku tidak tahu."

Plak...... Sebuah pukulan keras Abraham mendarat di mulut Rudy hingga membuat gigi rontok, spontan darah keluar dari mulut pria itu.

"Aku sangat benci mengulang perkataan ku."

"Benar tuan aku sungguh tidak tahu."

Suara Rudy tertahan, kedua tangannya memegangi mulutnya yang sudah bercucuran darah.

"Jangan menguji kesabaran ku atau aku akan berbuat lebih dari ini. Ingat aku tidak pernah main-main dengan ucapanku."

Anton terdiam, dia menatap kearah Rudy yang mulai berdiri.

"Baiklah, kalian benar ingin aku mengotori tanganku dengan darah kalian. Medi bawa dia ke sel tikus pastikan mereka tidak akan melihat matahari setelah ini."

"Baik tuan" Medi menarik kera kedua pria itu.

"Ampunkan saya tuan, sebenarnya saya lakukan semua ini karena kekasih bandot tua ini mengancam saya. Dia berniat mengirim video mesum kami pada istri saya jika saya tidak menyetor uang bulan padanya sesuai jumlah yang dia inginkan."

"Kurang ajar kalian, ternyata kalian mengkhianati saya selama ini." Rudy yang diselimuti amarah.

"Dengar baik-baik, aku melakukan itu juga untuk menyelamatkan rumah tanggamu, apa kamu mau seluruh kota ini tahu kalau pengurus agama sepertimu tidak seperti yang selama ini mereka bayangkan tentangmu? Manusia munafik bersembunyi di balik agama."

Rudy tidak bisa berkata-kata lagi. Kalau sampai Anton buka mulut, maka reputasi yang selama ini dia bangun akan hancur.

"Tidak usah berdebat, sekarang kembalikan semua uangku dan masalah selesai.Paham!"

Keduanya hanya mengangguk pelan mendengar perkataan Abraham.