Please follow akun Lady Orlin dulu sebelum baca ya😉
Seusai dicerai suami sultannya, Sofia memilih meninggalkan keglamoran, memulai hidup dari nol meskipun ia mendapatkan kompensasi senilai miliyaran dari sang mantan suami.
Saat melamar sebagai pekerja biasa, nyatanya jalan hidup Sofia semakin rumit ketika dihadapkan oleh CEO tampan arogan dan juga manager HRD yang menganggap Sofia saingan.
Tak hanya itu, setelah beberapa hari resmi berpisah, secara diam-diam mantan suami kembali mengusik.
Akankah Sofia menemukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Orlin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karma
"Ini untukmu, Kak Azyla." Seorang pria mengenakan kacamata bening menyerahkan sekotak coklat kepada Azyla. Aksinya sontak mendapat sorak sorai dari kedua teman Azyla yang turut menyaksikan kejadian barusan.
"Kau Jayden jurusan bisnis manajemen, bukan?" tanya Azyla yang langsung dibalas anggukkan antusias oleh Jayden. "Terima kasih cokelatnya, Jay," lanjutnya dengan nada ramah.
Azyla dan teman-temannya pun melengos begitu saja. Namun, tidak dengan Jayden. Pria itu masih terpaku di tempat seraya tersenyum sipu imbas sekotak cokelat diterima oleh kakak tingkat favoritnya. Azyla merupakan gadis yang diam-diam Jayden suka saat kuliah di Universitas yang sama.
Tak sekali dua kali, Jayden kerap memberikan sang gadis cokelat karena disinyalir merupakan kudapan favoritnya. Merasa hadiah pemberiannya selalu diterima, Jayden begitu percaya diri bisa mendapatkan hati Azyla.
Suatu hari menjelang kelulusan gadis pujaan, pria berpenampilan kutu buku itu memberanikan diri untuk mengutarakan isi hati. Namun, niatnya urung, ketika Jayden tak sengaja menguping pembicaraan Azyla dengan seorang pria.
"Kudengar si culun itu rajin memberi cokelat padamu dan kau selalu menerimanya? Apa kini kau menyukainya?" ketus suara pria.
"Hehe, kau cemburu dengan pria kutu buku itu?" Azyla membelai dada bidang pria kekar di hadapannya. "C'mon, Beb. Tidak mungkin aku menyukainya sedangkan kau adalah pria idamanku."
Mendengar pengakuan Azyla, kedua tangan Jayden sontak terkepal. Terlebih, pria itu juga mendengar bahwa cokelat pemberiannnya selalu dibagikan kepada teman-teman Azyla tanpa sedikitpun sang puan memakannya. Sejak saat itu, Jayden mengubur jauh-jauh perasaan spesialnya terhadap Azyla. Ia lantas memfokuskan diri dengan belajar serajin mungkin hingga lulus dengan predikat cumlaude.
Tak banyak yang tahu bahwa Jayden merupakan putra konglomerat keluarga terpandang Baldwin. Jayden memutuskan berpenampilan sederhana guna menyembunyikan nama besar keluarganya agar tidak terdistraksi oleh hal di luar kegiatan belajar. Hanya sosok Azyla yang berhasil mendistraksinya saat kuliah.
Tiga tahun pun berlalu setelah kelulusan Jayden. Takdir lalu mempertemukan kembali Jayden dengan Azyla. Sang gadis yang baru saja diterima bekerja di perusahaan Baldwin Enterprise tak menyangka bahwa CEO di sana adalah Jayden—adik tingkat semasa kuliah yang menyukainya.
Azyla bahkan terkejut dengan penampilan baru Jayden yang jauh dari kata kutu buku. Reaksi yang sama pun ditunjukkan Jayden. Meskipun terkejut, Jayden bisa menyembunyikannya. Pria yang dulunya dikatai culun itu telah menjelma menjadi seorang CEO muda nan tampan.
Sejak pertemuan itu, rasa kagum terhadap Jayden mulai muncul di hati sang puan. Bukan hanya karena penampilan baru, kedudukan Jayden sebagai CEO membuat hasrat terdalam Azyla bergejolak. Mimpi menjadi istri CEO yang berkelas kini ada di barisan whishlist-nya.
Seolah terkena karma, Azyla kerap memantau dan bermain cantik untuk mendapatkan perhatian Jayden yang kerap bersikap dingin. Dalam proses, boleh dikatakan sedikit demi sedikit perhatian Jayden jatuh padanya. Tak hanya karena paras cantik Azyla, akan tetapi kemahiran sang gadis dalam usaha mengambil perhatian Jayden dan juga bidang pekerjaannya. Jayden bahkan mempromosikan Azyla dari staf biasa menjadi Manager Human Resources [HRD].
Usaha Azyla semakin membuahkan hasil kala Jayden sering mengandalkannya dan sampai memperkenalkan gadis itu kepada Jihan sang ibu yang berkedudukan sebagai designer perhiasan produk Taipun & Co. Bak gayung bersambut, sang gadis tak menyia-nyiakan hasil usahanya tersebut.
Kini, hatinya terusik semenjak kedatangan sosok Sofia. Sedikit banyak Azyla khawatir perhatian Jayden mulai teralih darinya.
"Permisi, Nona Azyla." Suara seseorang sukses menyadarkan lamunan sang gadis. Setelah menemui Jayden tadi, Azyla memilih pulang karena diabaikan. Namun, langkahnya sempat terhenti di pelataran karena memikirkan perubahan sikap CEO incarannya.
"Ada yang bisa kubantu, Ely?" tanya Azyla kepada salah satu asisten rumah Jayden yang dikenalnya.
"Aku hanya ingin memberikan ini." Ely menyerahkan sebuah kartu berbentuk persegi serupa tanda pengenal perusahaan. "Sepertinya ini milik staf Baldwin yang tadi siang di bawa Tuan Jayden menemui Nyonya Besar," terangnya lagi.
"Apa? Ada staf Baldwin yang dibawa Jayden?" Azyla terkejut bukan main. Sepengetahuannya, tak pernah ada satupun staf Baldwin selain dirinya yang dibawa ke mansion apalagi sampai dipertemukan dengan Jihan.
Setelah sang asisten pamit, kedua atma Azyla sontak tertuju kepada kartu tanda pengenal digenggaman dalam posisi terbalik. Tangannya gemetar ketika perlahan memutar kartu untuk mengetahui nama staf Baldwin yang dimaksud.
"Sofia .... Wilson!"
Sorot kekhawatiran pun berubah menjadi tajam kala menemukan nama wanita yang memang sudah dianggap sebagai batu penghalang rencana untuk menggapai Jayden. Rematan kuat pada kartu menandakan dendam kesumat Azyla kepada Sofia pun semakin tergambar jelas.
"Sesuatu yang buruk akan mendatangimu, Sofia. Waspadalah!" tutur Azyla membatin geram.
...***...
Perjamuan makan malam sepasang insan yang pernah menjalin status pernikahan kini berubah hambar. Hanya sesekali terdengar dentingan dari alat makan yang sedang digunakan keduanya. Berbeda dengan Kaivan yang hanya makan secukupnya, aksi makan lahap tengah dilakukan oleh Sofia. Sedari siang, perutnya memang belum terisi maksimal.
"Ch! Aku baru sadar kau tidak se-elegan dulu, Sof," ledek Kaivan memecah hening setelah pengakuan mengejutkan Sofia.
"Aku juga baru tau. Mungkin karena aku sedang hamil jadi aku sangat lapar," balas Sofia seraya terjeda sesaat dan langsung melanjutkan kegiatan makannya lagi. Hidangan di restoran mewah ini berhasil menggugah selera makannya.
Di sisi lain, rasa iba tiba-tiba mendera Kaivan seusai mendengar pengakuan mantan istrinya barusan. Entah karena rasa kemanusiaan atau ada hal lain. Kaivan tak tega melihat Sofia berjuang sendiri terlebih sang puan harus bekerja dalam keadaan hamil.
"Ikutlah bersamaku ke Singapore," ajak Kaivan spontan.
DEG!
Seketika, tangan Sofia berhenti sebelum menyuapkan sendok berisi makanan ke dalam mulut.
"Jika kau ingin memulai hidup tenang, bukankah seharusnya kau menjauh dari tempat yang membuatmu tersiksa?" lanjut sang pria lagi.
Kaivan kembali mengingatkan janjinya untuk selalu membantu Sofia jika dibutuhkan walaupun status mereka telah bercerai.
"Tidak. Aku tidak ingin menyusahkanmu dan wanita yang menjadi pendampingmu, Kai." Netra Sofia mendadak mengawang.
"Ch! Kurasa aku sedang mengalami karma karena wanita yang kuincar tidak memilihku. Jadi, tidak ada alasan kau menolak tawaranku, bukan?" beber Kaivan terdengar getir.
Menemukan tambatan hati merupakan alasan utama Kaivan menceraikan Sofia sebelum jatuh tempo kontrak pernikahan. Akan tetapi, dikarenakan tidak ada cinta di antara mereka, Sofia tanpa ragu menyetujui keputusan suaminya saat itu.
Di lain sisi, kini giliran hati Sofia yang merasa iba imbas mendengar pengakuan mantan suami barusan. Nyatanya, memiliki segalanya tidak selalu menjamin mendapatkan apa yang kita mau. Takdir pun sudah digariskan. Lalu, apakah Sofia harus mengikuti saran Kaivan?
Beberapa saat kemudian.
Seusai makan malam, Kaivan menawari Sofia untuk pulang bersama. Namun, sang puan menolak dengan alasan ada janji ke tempat lain. Padahal dirinya sengaja berbohong karena ingin mencari tempat tenang dan angin segar untuk berpikir sejenak.
"Aku akan tetap mengantarmu, Sof. Ini sudah malam," desak Kaivan bersikukuh pada pendiriannya.
Tak mau mengalah, Sofia pun bersikeras tak ingin diantar. "Terima kasih, Kai. Mungkin, akan kupikirkan tawaranmu untuk kembali ke Singapore." Sofia pun berlalu dari hadapan Kaivan menuju jalan besar.
Di luar dugaan, sebuah peristiwa buruk terjadi di depan mata Kaivan.
"SOFIA AWAASSS!!!!"
Sebuah mobil dengan laju kencang melesat ke arah Sofia yang hendak menyeberang walaupun tanda lampu penyeberangan telah berwarna hijau.
Udh mmpir nih...
slm knl....
Dr awl udh bnyak bwangnya y kk,antra gmes sm tgang jg....
Eehhh....jgn blng kai kcelakaan???trs ga jd nkah????
btw aku lebih setuju kau sama kai ketimbang jay karna urusannya lebih rumit...
hahahha...
selamat ya sofi n kai
memaafkan mereka
ayo nikah/Determined//Determined/
pilih yg mana ya/Facepalm//Facepalm/
wkwkwkkwk....