NovelToon NovelToon
Kakak Atau Suami?

Kakak Atau Suami?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / trauma masa lalu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Your Aunty

Kendati Romeo lebih tua belasan tahun, dengan segudang latar belakang militer, dia masih bersedia menikahi Ansela, yang kala itu masih duduk di bangku SMA.

Tapi tentunya, ini diikuti dengan beberapa kesepakatan. Berpikir bahwa hubungan mereka tidak mungkin bertahan lama, mengingat perbedaan usia mereka. Alih-alih suami dan istri, mereka sepakat untuk seperti kakak-adik saja.

Setidaknya, itulah yang dipikirkan Romeo! hingga ketika tahun berlalu, dunianya berahkir jungkir balik.

••

Dia mendapati, bahwa Ansela adalah seseorang yang paling dia inginkan, dan paling tidak bisa dia gapai, meski gadis itu disisinya.

Dengan tambahan persaingan cinta, yang datang dari sahabatnya sendiri, yang kepada dia Romeo telah berhutang nyawa, ini hampir membuatnya kehilangan akal.

“AKU BUKAN KAKAKMU! AKU SUAMIMU.”


••

Baca perjuangan sang Kapten, di tengah sikap acuh tak acuh sang Istri. ✨

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Your Aunty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14

"Lakukan dengan hati-hati Kak." Peringat Ansela.

Sesungguhnya Romeo masih tidak habis pikir dengan tingkah Ansela. Karena gadis itu bahkan menolak turun dari kursi roda, meski mereka hampir memasuki lift apartemen.

Tapi lebih daripada itu, dia masih terbayang cerita tadi. Cerita bagaimana Ansela bisa berakhir menjadi seorang sandera.

Romeo sebenarnya ingin sekali marah, apalagi mendengar alasan konyol, dimana Ansela tidak sengaja menyuruh sang penjahat untuk membuang sampah permen. Sungguh, itu adalah hal yang paling konyol yang pernah dia dengar dalam tahun-tahun hidupnya. Tapi begitu dia bisa apa? mau menyalahkan pun rasanya tidak tepat. Batin Romeo.

"Ini perasaanku atau bagaimana?" Ujar Ansela tiba-tiba.

Romeo memelankan dorongannya di kursi roda.

"Perasaan apa?"

"Rasanya aku mendengar Kakak berdecak berkali-kali."

Tentu saja, mana mungkin tidak. Romeo tidak bisa menjelaskan betapa kerepotannya dia sekarang. Membawa dua koper, tas selempang wanita, dan masih harus mendorong kursi roda juga. Mencoba meminta bantuan Ansela membawa tas selempang-nya sendiri, tapi leher sakit adalah jawaban gadis itu. Padahal seluruh dunia juga tahu, bahwa tas selempang bisa dipangku.

Namun begitu, Romeo benar-benar tidak berdaya, bahkan untuk mengeluh.

"Tidak mungkin. Kakak tidak berdecak. Itu perasaanmu saja." Jawab Romeo.

"Mm, lalu apa Kakak senang?"

Sungguh, Romeo tidak pura-pura saat dua sudut bibirnya terangkat. Tapi itu bukan tawa karena kesenangan, tapi karena sedang meratapi betapa tak masuk akalnya pertanyaan Ansela. Namun begitu, dia mencoba mengendalikan diri, dan memberi jawaban.

"Tidak ada alasan, untuk tidak senang."

"Bagus."

Untuk sepersekian detik, Romeo merasa tak seharusnya dia memberi jawaban seperti itu. Instingnya memberitahu, bahwa dia harus jujur. Tapi entah kenapa, tindakannya berjalan berlawanan. Seolah-olah dia hanya ingin setuju terhadap apa saja yang Ansela inginkan.

Hingga tepat ketika pintu lift terbuka, Romeo mendorong Ansela masuk. Tapi karena ada dua koper, dia mendorong Ansela sedikit jauh ke dalam. Pengaturan ini, sedikit memakan waktu. Jadi ketika dia berbalik hendak mengambil koper, pintu lift hendak tertutup.

Posisi koper yang agak berjauhan satu sama lain, membuat Romeo semakin kesulitan untuk menggapai. Bahkan belum juga tergapai, dia sudah dikejutkan dengan teriakan dramatis Ansela.

"Kakaakkk ....."

Semua seolah berjalan dalam efek slow motion saat pintu lift tertutup. Keduanya saling memandang, tapi sama-sama tidak bisa menahan pintu. TING.

Romeo benar-benar tidak bisa menahan, karena hanya kepalanya yang berbalik, sementara kedua tangannya sedang dipenuhi barang. Tapi Ansela? dia hanya mengulurkan tangan, tapi tidak benar-benar ingin menahan. Astaga, dia tidak mau berusaha sama sekali. Batin Romeo, yang sedikit kecewa saat ini.

Dia menatap dirinya, yang sendirian ditinggalkan dengan barang-barang. Romeo menarik nafas panjang dan kasar, memaksa mencari ketenangan.

Dia memang tidak terkuras secara emosi, seperti saat dia bersama perempuan-perempuan lain. Tapi tenaga dan pikiran? Ansela adalah yang pertama, dan langsung mengurasnya habis-habisan.

"Hah, ... tega sekali anak itu!" Ucap Romeo. Untuk sesaat dia benar-benar merasa ditinggalkan. Tapi begitu dia menyapu dadanya, "Ingat Romeo, dia masih muda ... lebih dari itu, dia sudah menerima semua permintaanmu yang sepihak. Jadi tenanglah."

Romeo mengingatkan dirinya agar tetap mengerti keadaan Ansela. Dan ketika dia akhirnya tenang, dia menekan tombol lift dan bersiap menyusul. Tidak menyangka, ketika pintu lift terbuka Ansela ada disana.

"Kakak, cepatlah masuk." Ujar Ansela dengan cengingisan.

Meski sempat terdiam Romeo akhirnya masuk dengan barang-barang mereka. Dia menatap heran Ansela, "Kenapa kau kembali?"

"Mm, aku tidak mau meninggalkan Kakak." Ucap Ansela malu-malu.

Mendengar ini, hati Romeo langsung meleleh. Kekecewaan yang sempat dirasakannya tadi, lenyap disapa perkataan Ansela. Dia tidak tahu saja, bahwa Ansela kembali karena tidak ada orang yang akan mendorong kursi rodanya. Dia tidak mau berjalan, apa lagi berlelah mendorong kursi roda. Jadi dia kembali.

"Astaga anak ini, harusnya tidak perlu seperti itu." Romeo mengacak-acak rambut Ansela gemas. Seketika beban dan kerepotan tidak terasa lagi, membuat Ansela menarik sudut bibirnya.

Oh, aku tidak tahu, bahwa menipu seorang Kapten bisa semudah ini. Pikirnya.

•••

Kini mereka berada di dalam apartemen Ansela, dengan Romeo yang mengatur barang-barang. Tidak sampai situ, dia bahkan beberes dan menyapu. Hingga setelah selesai, barulah dia bertanya.

"Apa sekarang, Tuan Putri sudah bisa turun?"

Ansela mengangguk dengan wajah sumringah. Matanya penuh binar. Merasa tidak perlu melakukan apapun, selama Romeo ada disini.

Tapi begitu, dia bukan orang yang tidak tahu terima kasih. Ansela yang turun dari kursi roda, berpindah ke sofa. "Kakak pasti lelah, duduklah disini." Ansela menepuk sofa di sebelahnya.

Romeo yang memang lelah, langsung datang dengan panggilan itu. Dia duduk dan menyandarkan seluruh punggungnya, menutup mata sebentar dengan kedua tangan di balik leher. "Ah, ini nyaman." Ujarnya.

Ansela yang menatap profil samping Romeo, sedikit terkesan. Walaupun berbeda usia sampai lima belas tahun, tapi harus Ansela akui, pria didepannya benar-benar tampan dan idaman. Sangat cocok untuk istilah, apa namanya itu? "Ah, sugar Daddy!" Ansela tanpa sadar mengatakan apa yang dipikirkannya.

Mendengar itu, Romeo langsung menatap Ansela dengan mata menyipit. "Apa itu Sugar Daddy, kau sedang mengatakan kalau Kakak seperti ayah gula begitu?"

Karena sudah terlanjur, Ansela mengangguk saja.

"Mm, kalau aku berjalan bersama dengan Kakak, apalagi memakai seragam. Mereka pasti mengira, aku adalah sugar baby."

Romeo mengernyit, "Lalu kenapa, apa kau malu?"

Ansela menopang dagu dengan tangan, "Tidak. Hanya merasa rugi saja."

"Rugi?"

"Mm, sugar baby memiliki stereotip yang tidak baik dalam masyarakat. Tapi mau apa? mana mungkin aku menjelaskan kalau aku bukan sugar baby, saat aku tidak bisa mengatakan soal pernikahan kita."

Mendengar ini, Romeo langsung menegakkan punggungnya. Rasanya pembicaraan mereka tiba-tiba berjalan ke arah yang serius. Apalagi, permintaan untuk tidak mengatakan hubungan mereka, datang dari Romeo sendiri.

Dia langsung teringat wanita yang memarahi Ansela di Bandara, yang juga mengatakan mereka sebagai pasangan sugar.

"Sela dengar, Kakak bukannya---"

"Aku sih tidak masalah yah. Aku juga tidak peduli orang lain mengatakan ku apa. Hanya sedikit merasa rugi." Potong Ansela pada ucapan Romeo.

Alis Romeo terangkat. "Rugi?"

Ansela menarik sudut bibirnya. "Rugi itu, ... sudah dibilang sugar baby, tapi tidak mendapatkan uang. Kakak tahu, ... semua yang menjadi sugar baby itu, dipenuhi kebutuhan materilnya, dari sugar daddy."

Melihat Ansela tertawa di akhir kalimatnya, ketegangan Romeo luntur. Rasanya kini dia paham apa yang sedang dikatakan gadis itu.

"Kemari!"

Ansela memicing matanya, "Untuk apa?"

"Kemari saja."

Ansela mendekatkan dirinya pada Romeo, dan tiba-tiba, "Ahh ...." dia mengerang, ketika dahinya di sentil pria itu.

"Boleh juga ternyata, kau benar-benar pintar bicara."

"Aaahh Kakak!!!!" Ansela hendak memukuli dada bidang Romeo, ketika dilihatnya pria itu menaruh tangan di belakang mencari-cari dompet.

"Oh tidak, apakah sugar baby, akan mendapat uang?"

Romeo menyentil dahi Ansela lagi. Sebenarnya, bukan menunggu ucapan gadis itu, tapi dia memang sudah memikirkan ini jauh-jauh hari. Jauh bahkan sebelum mereka menikah, dia berjanji akan memberikan gadis itu akses ke keuangannya.

"Kemari dan perhatikan."

Romeo mengeluarkan ponselnya, dengan Ansela yang duduk patuh di samping. Dia menunjukan jumlah uang di rekeningnya, dan beberapa data investasinya. Dia juga menjelaskan bahwa dia memiliki beberapa uang di rekeningnya luar negeri.

"Tapi itu tidak di dapat dari gaji di Militer. Itu Kakak dapatkan dari perputaran uang di usaha perkebunan dan peternakan Kakak."

Ansela mengangguk serius. Selama ini dia hanya mendapatkan jatah bulanan dari sang Kakek. Walaupun untuk ukuran seorang siswa dia cukup lumayan, tapi melihat jumlah uang sebanyak tadi, Ansela masih terkejut.

Wow, aku menikahi pria kaya. Pikirnya

Dia kemudian menatap Romeo dengan mata berkedip-kedip, tidak sabar, menunggu apa yang akan dikatakan pria itu selanjutnya.

Melihat hal ini, Romeo tidak tahan untuk tertawa. "Astaga kau lucu sekali."

Dia kemudian mengeluarkan dua buah kartu bank, satunya kartu debit dan satunya kartu kredit, yang sama-sama prioritas. Ansela, menahan diri untuk tidak membulatkan matanya, ketika melihat kartu itu terulur padanya.

"A-apa ini?"

"Pemberian sugar daddy." Kata Romeo, sambil memainkan mata. Hal ini langsung membuat Ansela terpingkal. Tapi begitu, tangannya tidak lambat untuj menyambar dua kartu itu, meski sedang tertawa. Membuat Romeo, ikut tertawa.

"Kartu yang satunya untuk tabunganmu! Kakak akan mengisinya setiap bulan. Sementara yang kartu kredit, bisa kau pakai untuk keperluanmu setiap bulan, Kakak yang akan membayarnya. Nanti Kakak, akan mendaftarkan pernikahan kita ke militer dengan bantuan Ayah, jadi kau tak perlu repot-repot. Begitu juga dengan asuransi kesehatan mu dan lain-lain, Kakak akan mengurusnya."

Ansela menggeleng, "Tidak perlu Kak, soal asuransi ada Kakek."

Romeo mengusap pelan kepala Ansela, "Tidak bisa lagi. Kau adalah tanggung jawabku untuk sekarang."

Ya, Romeo sekarang menambah daftar panjang, hubungannya dengan Ansela. Dia berjanji, tidak akan berpisah dengan gadis itu, kecuali Ansela sudah mampu berdiri di kakinya sendiri. Bahkan kalaupun mereka berpisah, Romeo tidak keberatan memberikan setengah kekayaannya.

Ansela yang menerima perlakuan baik ini, menggigit bibir bawahnya tertahan. Sungguh, dia tahu bahwa Romeo sudah memberi terlalu banyak. Tapi begitu dia hanya bisa menerima, toh yang terpenting dia tidak meminta sebanyak itu.

"Terimakasih Kak."

Tiba-tiba dahi Romeo berkerut, tapi dia masih tidak bisa menyimpulkan pemikirannya. Sekarang dia menyadari sesuatu. Tidak peduli besar atau kecil, berharga atau tidak, Ansela selalu mengucapkan terima kasih dengan gaya yang sama. Benar-benar tidak ada drama emosional.

"Kau seorang penerima yang baik."

Ansela tidak membalas, dia mengangguk saja. Baik dulu dan sekarang prinsipnya sama, kalau dia diberi hal baik, maka tidak peduli apapun dia akan mengambilnya.

Pagi hari itu, di hari kedua sebagai suami dan istri, mereka berbagi beberapa hal. Atau mungkin lebih tepatnya, Romeo berbagi beberapa hal. Karena Ansela, dia sedang nyaman-nyaman saja dengan kehidupannya, meski hampir tidak berkontribusi apapun.

1
V'marbe
ceritanya gak pernah mengecewakan
selalu beda dari yang lain
tapi satu yang PASTI ceritanya selalu bagus
Fairuz Nuna
bagus
Umie Irbie
kenapa anselanya penyakitan siiii,.😒😫
Umie Irbie
ngg suka sama sikap sela,. males nya kebangetan,. 😡😡😡😡😡😡 ngg masuk akal malas nya 😒
Umie Irbie
sweeet bngeeeet dialognya 😀
王贝瑞: Mampir juga kak ke My Secret Lover 😄
total 1 replies
Umie Irbie
romeo bodoh,. 😡😡 berarti ini bener2 ngg ada romantisnya donk 😫
Umie Irbie
ngg suka sama sifat malas sela😩😫 ngg suka wanita pemalas,. bisa di rubah ngg yaaaaa jadi mandiri dan punya martabat 🤭
Sweet_Fobia (ᴗ_ ᴗ )
Ngga kecewa sama sekali.
Umie Irbie
awal yg menarik 😀 mudah di fahami ceritanya 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!