Kirani, bisa di katakan gadis yang malang. Hidupnya tak di inginkan oleh Ayah kandungnya sendiri bahkan saudara kembarnya pun ingin menghancurkan nya hanya demi kepentingan nya sendiri.
Bagaimana caranya Kirani melewati semua tantangan hidupnya yang sangat berat, apakah Ia mampu bangkit dan menemukan kebahagiaan nya sendiri tanpa merasa ketakutan oleh bayang-bayang masa lalu yang membuatnya trauma.
Yuk simak kelanjutan kisahnya di karya " Korban Saudara Kembar "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penawaran Rana
...----------------...
Seorang Pria setengah berlari ke arah sebuah ruangan, sebelum masuk Ia mengetuk pintu dan masuk setelah mendengar suara dari dalam.
" Ada apa Azka. " Tanya Dimas orang kepercayaan nya.
Pria yang bernama Azka menujukkan sesuatu di layar laptopnya untuk di lihat Dimas.
" Siapa wanita itu. " Tanyanya pada Dimas.
Dimas memiringkan sedikit kepalanya untuk melihat dengan jelas siapa yang di maksud oleh atasannya itu.
" Oh dia pegawai lama Azka, aku juga baru melihatnya hari ini. Aku pikir dia memperpanjang ijinnya. "
Azka menatap wajah orang kepercayaan nya itu.
" Ijin ? siapa dia bisa seenaknya meminta ijin kerja. "
Dimas diam tidak tau harus menjawabnya apa.
" Suruh dia ke ruangan ku sekarang. "
Giliran Dimas yang menatap Azka, mencoba memastikan apakah Ia tidak salah dengar.
" Dimas, tunggu apa lagi. "
Dimas langsung mengangguk dan segera berlalu keluar dari ruangan itu. Sementara di bawah, Rani mendengar namanya di panggil.
" Rani, tinggalkan pekerjaan mu dan ikutlah bersama ku. "
Rani terkejut karena diminta meninggalkan pekerjaan nya, Ia mengangguk pelan. Mega menghampiri nya, menyentuh pundaknya pelan.
" Tidak apa- apa Mega. " Ucap Rani meskipun Ia sendiri pun was- was dengan yang terjadi sebenarnya.
Rani tiba di depan sebuah ruangan, entah saat ini Ia berada di lantai keberapa Ia pun tidak tau. Namun Ia bisa membaca papan nama yang tertera di atas pintu.
" Azkara Arya Dinata. "
" Temuilah atasan kita, pemilik tempat ini. Bersikap lah yang baik padanya kalau kamu tidak ingin kehilangan pekerjaan mu. "
Rani tertegun, Ia mencoba mengartikan apa yang di ucapkan wanita yang merupakan ketua dari grup mereka. Tidak lama kemudian pintu ruangan terbuka, Azka menghentikan langkahnya ketika melihat seorang gadis berdiri tepat di de an pintu keluar ruangannya.
Rani tidak menyadari keberadaan Azka sampai seseorang menepuk pundaknya. Dia adalah Dimas yang langsung meminta nya masuk ke dalam ruangan milik atasan mereka.
Dimas kembali meninggalkan mereka berdua, Rani meremas jari tangannya. Hatinya di rundung kecemasan.
" Kenapa kamu melamun selama jam kerja berlangsung, apa kamu sudah tidak betah bekerja disini. "
Pertanyaan Azka yang tiba-tiba membuat Rani terperanjat, Ia langsung menggeleng beberapa kali.
" Kalau kamu merasa tidak nyaman bekerja disini maka mulai esok kamu tidak perlu bekerja lagi, ajukan pengunduran dirimu pada HRD. "
Rani menggeleng cepat, Ia masih membutuhkan pekerjaan ini.
" Saya minta maaf Pak, tapi saya mohon. Tolong jangan pecat saya, saya masih memerlukan pekerjaan ini. Saya janji akan bekerja dengan sungguh-sungguh. "
Azka menghela nafas dan meminta Rani keluar dari ruangannya setelah tiba-tiba ponselnya berdering.
Rani bingung Ia harus bagaimana. Ia kembali ke tempat kerjanya dan langsung di sambut oleh sahabatnya yang memang begitu sangat penasaran sejak tadi.
" Bagaimana Rani, apa yang Bos katakan. "
Rani mengedikkan bahunya dan duduk di kursi nya.
" Entahlah Mega. "
" Ya sudah, tapi kamu tidak di pecat kan. Ayo sekarang kita kerja lagi, jangan sampai bermalas- malasan lagi. "
Akhirnya Rani mulai menerima kepergian Ibunya, Ia harus bangkit untuk kelangsungan hidupnya.
Di tempat lain tanpa di duga oleh Rani, ternyata Azka meminta Dimas untuk menyelidiki latar belakangnya. Apalagi setelah mengetahui dari Dimas kalau wanita itu baru saja kehilangan orang tersayang nya dan itu yang membuat Ia mungkin tidak fokus dengan pekerjaan nya.
Hari ini hari minggu, Rani sudah janjian dengan temannya bahwa mereka akan jalan- jalan kebeberapa tempat, kebetulan mereka baru gajihan. Ya meskipun Rani tidak mendapatkan gajihnya sepenuhnya karena ada potongan beberapa hari Ia tidak bekerja, namun bagi Rani tidak masalah.
Mega mengajak Rani mengunjungi sebuah tempat perbelanjaan di kota itu, seperti wanita pada umumnya Mega selalu kalaf mata. Rasanya Ia ingin memindahkan sebagian barang dari toko- toko itu ke rumahnya namun tentu itu tidak mungkin. Karena pasti akan menguras kantong.
Berbeda dengan Mega, Rani hanya membeli beberapa barang yang menurutnya penting dan sangat Ia butuhkan. Hidupnya sekarang tak sama, Ia harus bisa berhemat untuk masa depannya kelak. Mencari uang tidaklah muda, meskipun uang pemberian dari saudara kembarnya masih terbilang banyak namun Ia tidak ingin menggunakan nya.
Di saat mereka asyik dengan aktivitas mereka dari jauh ternyata ada yang memperlihatkan mereka.
" Wanita pembawa sial, tidak Ibunya anaknya juga. Kenapa dia belum pergi juga dari kota ini, ini tidak baik bagiku. Bagaimana kalau sampai Mas Tedi melihatnya, bisa- bisa aku dalam masalah. Ini tidak bisa aku biarkan. "
Ya, dia adalah Karina. Tangannya mengepal begitu juga dengan giginya terdengar menimbulkan bunyi yang membuat ngilu.
Di malam hari sehabis isya, Rani berniat masuk ke dalam kamar karena ingin istrahat. Besok Ia harus bangun lebih awal agar tidak terlambat dan menimbulkan masalah untuk nya.
Tiba-tiba pintu di ketuk dari luar, Rani menghentikan langkahnya. Beberapa kali pintu di ketuk akhirnya Rani pun melangkah ke arah pintu dan membukanya.
Baru saja pintu terbuka masuklah beberapa orang, Rani mundur perlahan. Ia takut melihat beberapa orang yang masuk ke rumahnya memakai pakaian serba hitam dan juga memakai penutup kepala.
Baru saja Rani akan membuka suara salah satu dari mereka membuka penutup wajahnya. Rani terkejut melihat siapa orang itu.
" Kakak, ngapain kakak kesini malam- malam begini. " Tanya Rani.
" Seharusnya aku yang bertanya padamu Rani, kenapa kamu masih ada disini. Kamu tidak mengindahkan peringatan ku, bukankah aku sudah meminta mu untuk meninggalkan kota ini tapi mengapa kamu masih tidak mengerti. "
" Aku tidak akan pergi Kak, aku tidak mau meninggalkan rumah ini. Rumah ini banyak kenangan nya. Apa kakak tau kalau Ibu sudah meninggal. "
Rani baru ingat kalau Ia belum memberitahukan kabar Ibunya meninggal pada saudaranya. Ya, meskipun Ia mungkin sudah tau dari Ayah mereka.
" Aku tidak peduli Rani, walaupun wanita itu meninggal. Justru itu lebih bagus, karena wanita penghianat seharusnya memang secepatnya mati. Soal rumah ini, aku juga tidak peduli. Mau banyak kenangan atau apapun itu aku sama sekali tidak peduli. Aku hanya mau kamu secepatnya pergi meninggalkan kota ini secepatnya. "
Lagi- lagi Rani terperanjat kaget, Ia sampai geleng-geleng kepala mendengar ucapan Rana. Sungguh hati nuraninya sudah hilang berganti dengan kebencian dan juga ambisi.
" Aku tidak mau Kak, kalau kakak bisa keras dengan pendirian kakak maka aku pun bisa. Aku tidak akan pernah meninggalkan rumah ini apapun yang terjadi. "
Entah kekuatan dari mana wanita yang sebelumnya selalu manut pada saudara itu kini mulai angkat suara.
Meskipun begitu bukan Rana namanya kalau Ia tak bisa membuat saudaranya itu bertekuk lutut.
" Baiklah kalau kamu tidak mau meninggalkan rumah ini maka terimalah resiko nya. Kamu sudah tau kalau aku tidak main- main dengan semua ucapan ku, apa yang aku mau harus aku dapatkan dan apa yang aku tidak suka akan aku lenyapkan, termasuk kamu. "
Rani merinding mendengar suara Rana yang terdengar seperti ancaman, apalagi tidak lama kemudian tiga orang yang tadi bersama Rani mulai mendekat ke arah nya tentu saja atas perintah Rana. Rani mulai gentar.
" Apa yang kalian lakukan, berhenti atau aku akan berteriak sehingga para tetangga akan kemari dan menangkap kalian. " Dengan keberanian yang tersisa Rani berusaha terlihat kuat.
Tanpa Ia duga Rana justru tersenyum sinis.
" Kenapa kamu takut ya. Hm sebenarnya aku punya syarat agar kamu bisa tetap tinggal di rumah ini, itupun kalau kamu mau. "
Rani menatap Rana dengan tatapan menyelidik, Ia merasa senang mendengar ucapan Rana namun Ia tidak bisa percaya begitu saja dengan wanita yang menurutnya tidak berperasaan itu.
Namun karena Ia sudah bertekat akan tetap tinggal di rumah itu jadi Ia ingin mendengar syarat apa yang di ajukan oleh saudara kembarnya itu.
" Syarat apa itu kak, dan apa kamu yakin tidak akan mengganggu ku kalau aku tetap tinggal disini. "
Namun rupanya Rani belum bisa berkaca pada kejadian sebelum- sebelum nya dan masih saja percaya pada saudara kembarnya itu.
...----------------...