Laura Agatha 20 tahun merupakan gadis yatim piatu yang di tinggal di sebuah kota metropolitan. Ia mengabdi kepada satu keluarga terkaya di kota tersebut sudah hampir 5 tahun lamanya.
Majikannya seorang blasteran Indo Belanda yang berdomisili sejak tahun 90 an. Awalnya ia hanya ia hanya menjadi baby sitter cucu majikannya yang sudah renta itu.
"Laura, kau sudah siap nak?" ucap nyonya Laurent kepada Laura.
Laura hanya menatap wanita tua itu, matanya berkaca-kaca. Ia ingin menolak pernikahan ini. Ya! Laura terpaksa menikahi anak majikannya itu. Yang tak lain dan tak bukan ayah dari anak yang selama ini di asuhnya.
"Kemari lah, penghulu sudah tiba. Kau akan segera melangsungkan izab kabul" sambung nyonya Laurent.
Laura bangkit dan mendekati wanita tua itu, ia berjalan beriringan dengan wanita itu. Laura melihat ke kanan dan ke kiri, di sana hanya terdapat beberapa kerabat yang hadir menyaksikan acara sakral tersebut.
Laura di persilahkan duduk di samping anak majikannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Hari ini Damian mengantar Abel ke sekolah. Ibu-ibu yang melihat Damian berbisik menggunjingnya. Mereka sengaja menyindir Damian.
"Saya dengar anda telah bercerai dengan nona Laura?Apa itu benar?" ucap salah seorang ibu dari mereka.
Damian tak menggubris nya. Ia langsung mengantar putrinya sampai ke gerbang. Abel sekilas mendengar perkataan ibu tersebut.
"Papa, bercerai itu apa?" tanya gadis polos itu.
"Kau tak perlu mendengarkan mereka sayang. Kau harus fokus dengan sekolah mu,. Kau mengerti?" ucap Damian.
Abel mengerti. Kemudian ia berlari masuk ke dalam kelasnya.
"Maaf ibu-ibu, saya harap anda tak melakukan ini lagi di depan putri saya. Jika itu masih terjadi saya tak akan tinggal diam" ancam Damian.
Setelah mengatakan itu Damian segera meninggalkan tempat itu. Ibu-ibu yang berada di sana mereka semua menggerutu sikap Damian itu.
"Ternyata dia begitu sombong" ucap salah seorang ibu tadi.
Sementara Laura merapikan tempat tidurnya. Ia bersiap ke dapur untuk menyiapkan sarapan buat mereka berdua.
"Kau sudah bangun?" ucap Adrian begitu melihat Laura menghampirinya.
Laura terbelalak, ia melihat sudah tersedia beberapa potong roti dan 2 piring nasi goreng tersedia di atas meja.
"Kau yang membuat ini semua?" ucap Laura kagum .
"Tentu saja! Ayo duduk!" titah Adrian.
Laura langsung duduk, ia begitu tergiur mencium aroma gurih dari nasi goreng tersebut.
"Apa aku boleh memakannya?".
" Tentu saja! Itu untuk mu"sahut Adrian.
Laura begitu lahap menyantap nasi goreng itu. Adrian melihat Laura hanya bisa tersenyum. Ia menyodorkan satu piring miliknya.
"Jika kau masih lapar, kau bisa memakan ini juga"ucap Adrian.
Melihat reaksi Adrian membuat Laura berhenti sejenak. Ia merasa tindakannya sangat berlebihan.
" Apa aku terlihat menyedihkan?" pikir Laura.
"Tidak juga, aku rasa nafsu makan mu pasti akan bertambah. Kau sedang hamil , itu mungkin saja terjadi Laura" ucap Adrian.
Adrian mencoba memberikan alasan agar Laura tak tersinggung. Sedetik kemudian Laura kembali menyantap nasi goreng itu tanpa sisa sedikit pun. Dan ia juga menghabiskan jatah milik Adrian. Adrian kembali tersenyum melihat tingkah lucu Laura itu.
"Kau tidak sarapan?" tanya Laura.
"Aku sudah kenyang. Oh ya, hari ini aku ada rapat kemungkinan aku akan pulang telat. Tidak apa-apa kan?" ucap Adrian.
Laura mengangguk pelan. Ia tahu Adrian pasti sangat sibuk dengan pekerjaannya.
"Satu lagi, kau tak harus mengerjakan apa pun. Biarkan mereka yang mengerjakannya. Kau mengerti?"sambung Adrian lagi.
Laura kembali mengangguk. Ia sangat bersyukur telah bertemu dengan Adrian.
" Ya Tuhan, kenapa dia begitu baik!"gumam Laura.
***
Di kantor Adrian sibuk dengan pekerjaannya. Tak lama berselang nyonya Laurent menelepon Adrian.
"Ada apa nyonya?".
" Maafkan saya nyonya, saya benar-benar tak tahu di mana Laura. Jika saya menemukan nya saya akan menghubungi nyonya kembali"ucap Adrian.
Adrian sengaja berbohong. Ia sudah berjanji pada Laura untuk tidak mengatakan pada siapa pun keberadaannya. Begitu juga Bastian, Laura juga meminta untuk merahasiakan keberadaannya.
Nyonya Laurent menarik nafasnya pelan. Ia bingung harus mencari Laura ke mana lagi. Semua tempat sudah ia kunjungi. Namun Laura tidak pernah di temukan.
Nyonya Laurent segera menemui putranya untuk mencari keberadaan Laura.
"Apakah putraku ada?" ucap nyonya Laurent kepada resepsionis.
"Beliau di ruangan nyonya" sahut resepsionis itu.
Nyonya Laurent segera naik menggunakan lift khusus. Ia segera menuju ke kantor putranya.
Ceklek
Nyonya Laurent langsung masuk ke dalam kantor Damian. Menyadari kedatangan ibunya. Damian menoleh.
"Ada apa Ma?" tanya Damian.
Nyonya Laurent mendudukkan bokong nya di sofa. Ia sangat geram melihat putranya itu.
"Kau tidak mencemaskan Laura, Dam?" ucap nyonya Laurent.
"Untuk apa lagi Ma, kami sudah bercerai" sahut Damian.
Nyonya Laura menggeram. "Kau sungguh buta Dam. Kau sadar Dam, kau telah menyia-nyiakan wanita sebaik Laura".
" Cukup Ma! Aku tak ingin mendengar namanya lagi".
"Damian sadar lah, nak! Kau akan kehilangan Laura selamanya. Laura mengandung anak mu darah daging mu!" jelas nyonya Laurent.
Mendengar ucapan ibunya itu membuat Damian terdiam.
"Sudahlah Ma! Aku tak ingin membahasnya".
Setelah mengungkap kebenaran itu nyonya Laurent meninggalkan putra. Ia sudah tak ingin membujuk dan berharap pada putranya. Nyonya Laurent akan mencari sendiri keberadaan Laura.
Begitu jg sbalik'y