Altair, remaja cerdas dan tangkas memiliki seorang adik bernama Rigel yang gagu. Ini merupakan aib baginya. Suatu hari kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, sehingga Altair dan Rigel harus tinggal di rumah kakeknya.
Dunia sudah mendekati kiamat, sehingga banyak sekali terjadi bencana dan kecelakaan besar di dunia ini. Suatu hari Altair merapikan kertas-kertas gambar milik Rigel. Ini mengejutkan baginya, karena apa yang digambar oleh Rigel itu adalah gambaran bencana yang terjadi di dunia ini. Sang adik yang dianggap anak tidak berguna memiliki kemampuan melihat masa depan apa yang akan terjadi di dunia ini.
Hanya saja Rigel yang tidak bisa bicara tidak bisa menjelaskan di mana dan kapan benca itu akan terjadi. Hanya ada teka-teki angka yang harus dipecahkan oleh Altair untuk mencegah korban dalam bencana itu.
Suatu hari Rigel menggambar sebuah lukisan akan hancurnya di beberapa bagian bumi. Bagaimanakah Altair dan Rigel bisa bekerja sama untuk menolong penduduk bumi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Bencana Mulai Nampak
Bab 14
Prang!
Suara pecahan gelas, piring, dan nampan yang berjatuhan menimbulkan bunyi yang nyaring. Tentu saja ini membuat semua orang yang ada di sana melihat ke arah Rigel dan pelayanan itu.
Kebanyakan mereka menduga kalau itu akibat ulah nakal anak kecil yang kini jatuh terduduk di lantai. Mereka pun menggerutu karena merasa terganggu dengan adanya insiden ini.
"Hei, bocah. Kalau jalan lihat-lihat, dong! Kamu ini tidak punya mata, ya!" hardik pelayan itu kepada Rigel.
Terdengar suara langkah seseorang mendekat ke arah mereka. Rigel yang ketakutan hanya bisa menundukkan kepala dan melihat lewat ekor matanya. Bocah itu bingung harus melakukan apa saat ini. Tidak ada kakak atau kakeknya yang akan melindungi dia.
"Cepat bereskan pecahan kaca ini, nanti bisa melukai orang-orang!" titah orang yang berdiri di belakang Rigel.
Pelayan itu pun dengan cepat memunguti beberapa pecahan yang berukuran besar. Lalu, dia memakai kain basah untuk mengambil serpihan kaca yang kecil-kecil, karena akan berbahaya jika menggunakan tangan langsung.
"Ada apa ini?" tanya Kapten kapal yang datang ke sana karena tadi keadaan cukup ramai akibat insiden barusan.
"Ada anak kecil yang berkeliaran seorang diri dan menabrak saya yang sedang membawa banyak pesanan," jawab si pelayan.
Kapten kapal tahu kalau anak kecil itu adalah Rigel, adiknya Altair. Dia yakin kalau kakak beradik itu sama-sama suka bikin kekacauan di kapal pesiar ini.
"Kamu ikut aku!" perintah Kapten kapal kepada Rigel.
"Tuan Orion, maafkan kami yang sudah membuat Anda tidak merasa nyaman," kata si kapten kapal kepada laki-laki yang berdiri di belakang Rigel.
Bocah yang menundukkan kepala itu memejamkan mata seakan tidak mau melihat orang yang kini berdiri di dekatnya. Dia ingin segera pergi dari sana, tetapi bingung harus bagaimana caranya.
Rigel sangat berharap kalau kakaknya datang dan mereka semua bisa selamat. Dia ketakutan dan sedih karena di dalam ruangan ini tidak ada seorang pun yang mau menolongnya.
"Berdirilah! Kalian bawa bocah ini kepada kakaknya!" perintah Kapten Kapal kepada dua orang ABK kapal.
Rigel merasa sangat senang karena akan diantarkan kepada kakaknya. Jujur saja dia merasa takut sendirian di sana. Ditambah ada laki-laki yang sangat ditakuti olehnya.
Laki-laki yang bernama Orion menatap punggung Rigel yang masih terduduk di lantai. Dia memerhatikan sosok mungil yang seperti sedang ketakutan.
"Ayo, berdiri!" titah salah seorang awak kapal itu sambil menarik tangan Rigel agar bangun.
Tubuh Rigel yang mungil itu begitu mudah diangkat oleh kedua awak kapal yang memiliki tubuh tinggi. Lalu, mereka membawa bocah itu keluar dari sana dan pergi menuju ke ruang di mana Altair di kurung.
"Kamu ini sangat menyusahkan kita. Kenapa berani sekali naik ke kapal pesiar ini," kata salah seorang dari mereka menggerutu.
"Namanya juga bocah nakal. Pastinya mereka sedang ingin melakukan sesuatu yang dianggap berani," balas seorang lagi.
Ketika mereka berjalan di lorong, tiba-tiba keadaan kapal oleng dan mengakibatkan mereka hilang keseimbangan. Ketiganya jatuh ke samping dan membentur dinding.
"Apa ada ombak besar?" tanya laki-laki yang berwajah pucat.
"Sepertinya ada sesuatu yang kuat sudah menghantam kapal ini," jawab rekannya.
"Apa itu?" tanya laki-laki yang kini memegangi kepalanya karena membentur dinding sewaktu jatuh tadi.
***
Kapal Aquarius melaju dengan kecepatan 25 knot—1 knot\=1.852 km— mengarungi Samudra Aqualia. Dengan kecepatan tinggi seperti itu terkadang membentur ikan-ikan berukuran raksasa yang ada di laut. Mereka terkadang membenturkan badannya ke lambung kapal sehingga membuat kapal itu bergoyang. Jika ikannya satu atau dua tidak akan terasa, berbeda jika ikan-ikan secara berkelompok, maka akan bisa memberikan guncangan.
Rigel tidak melakukan perlawanan ketika tahu akan dibawa ke tempat kakaknya. Bocah itu justru akan memberikan ucapan terima kasih kepada kedua pelayan ini.
"Jalan yang cepat bocah!" titah salah seorang pelayan.
Rigel yang kakinya pendek tidak bisa mengimbangi langkah kedua laki-laki dewasa itu. Jadinya, berlari-lari karena kedua tangannya ditarik.
Kecepatan kapal terasa semakin kencang karena angin berembus sangat kencang sekali. Hal ini baru di sadari oleh para kru kapal.
"Angin bertiup sangat kencang. Naikan layar!" teriak salah seorang ketua kru. Beberapa awak kapal yang berada di atas tiang-tiang layar langsung menggulung dengan cepat.
Hujan deras mulai turun dan angin kini menunjukkan keganasannya. Air laut pun mulai bergelombang tinggi. Kapal pesiar itu terlihat mulai terombang-ambing di tengah lautan.
"Kurangi kecepatan kapal sedikit demi sedikit! " teriak kapten kapal.
Nahkoda sedang berusaha menyeimbangkan laju kecepatan kapal agar tidak membentur terumbu karang atau pulau-pulau bawah laut. Laki-laki itu terus memutar dan menahan kemudi putar agar kapal melaju di jalan yang benar dan aman.
"Kekuatan angin bertiup semakin kuat dan terjadi badai!" teriak salah seorang kru yang berada di atas anjungan.
"Terus kurangi kecepatan kapal!" perintah Kapten Kapal.
Nahkoda mengikuti perintah sang kapten. Kecepatan kapal sudah sampai ke 10 knot. Jika keadaan semakin buruk lagi, kecelakaan itu masih bisa dikurangi lagi.
Sementara itu, Altair sudah merasakan keanehan dari laju kapal yang terasa terombang-ambing oleh gelombang laut. Dia sendiri sedang memikirkan bagaimana caranya keluar dari ruangan itu dan memberi peringatan kepada kapten kapal dan nahkodanya.
"Si-al. Apa mereka bodoh tidak bisa melihat perubahan cuaca dan tiupan angin saat ini?" umpat Altair yang menjadi emosi karena panik.
Dia juga merutuki kebodohannya karena bisa-bisanya menaiki kapal yang sudah berlayar seperti tadi. Seharusnya dia datang langsung ke pelabuhan dan biarkan para pekerja di kantor yang bertugas memonitoring kapal memberi tahunya.
Kenop pintu terlihat bergerak seperti akan dibuka, dengan gesit Altair memasang kuda-kuda untuk menyerang orang yang membuka pintu, agar dia bisa kabur dari ruangan itu.
Begitu pintu dibuka, Altair menendang dada laki-laki yang membawa Rigel. Ketika seorang lagi hendak menyerang balik, dengan gesit Altair menghindar, lalu melakukan serangan mematikan, sampai lawannya pingsan.
"Rigel, kamu tidak apa-apa?" tanya Altair dan bocah itu mengangguk sambil menangis, lalu memeluk kakaknya.
Kapal kembali terguncang oleh gelombang yang kuat dan membuatnya oleng. Altair yang memeluk tubuh Rigel sampai jatuh dan membentur dinding.
"Kita harus cepat-cepat. Ayo!" Altair berlari sambil menarik tangan Rigel.
Merasa sang adik larinya lambat, Altair pun menggendong Rigel dari belakang. Dia lari ke bagian anjungan kapal.
"Kapten, kapal sudah sulit dikendalikan!" teriak Nahkoda karena badai tornado sudah mulai terbentuk dari kejauhan.
"Putar arah tujuan!" perintah Kapten Kapal.
Para awak kapal sibuk membantu para penumpang yang kebanyakan jatuh karena kapal yang terus bergoyang karena terkena hantaman gelombang.
"Kapten, badai tornado bergerak cepat ke arah kita!" kata salah seorang yang memeriksa layar monitor tentang keadaan di sekitar kapal.
"Lubang pusaran air juga terlihat berada di arah jam dua dari kapal kita," timbal yang lainnya.
Suasana di dalam anjungan kapal itu kini terasa mencekam. Semua dalam keadaan panik dan tegang.
***
Hiii tambah penadaran
aku jadi penasaran dengan apa yg akan dilakukan si Kakek Sirius mendengar penuturan kalaw kwn2 orangtuanya sudah muncul dan mengetahui siapa mereka
maaf klw aku slh
mk Rigel dan Altair turun dipulau trus g lanjut
di bab 28 cerita Orion dsn Signus lg yg sdh
29 pernyataan Orion lg
lanjut donk pingin tahu Rigel dan Altair