Disaster
Bab 1
Terlihat kereta api melaju dengan kecepatan penuh di tengah guyuran hujan lebat dan diiringi suara gemuruh dari guntur juga kilatan cahaya petir. Udara dingin di malam hari ini membuat enggan orang-orang keluar rumah. Sehingga tidak ada yang menyaksikan bagaimana kecelakaan di jembatan tua itu terjadi.
Ketika si ular besi itu melaju di atas rel yang dibangun di sebuah jembatan sepanjang hampir satu kilometer di atas, tiba-tiba saja ambruk. Serpihan material besi dan kayu berjatuhan bersama dengan kereta api yang hampir jatuh ke sungai yang ada di bawahnya. Masinis tidak sempat menghentikan laju kendaraan yang kecepatannya 300km/jam.
"Aaaaaaa ... tidak!" teriak masinis ketika kereta jatuh dari jembatan.
"Ada apa ini!" teriak penumpang yang menyadari ada yang aneh dengan laju kereta yang sedang ditumpangi olehnya.
"Aaaaaaa!" teriak semua penumpang yang sadar kalau mereka terjatuh dari jembatan.
Suara keras hancurnya jembatan dan teriakan penumpang memecahkan keheningan malam itu. Si ular besi itu kini berada di sungai yang aliran airnya sangat deras karena sedang musim penghujan.
Para penumpang berusaha keluar dari gerbong. Mereka ada yang berusaha memecahkan kaca jendela. Namun, itu sia-sia karena kaca itu begitu tebal dan tidak mudah pecah, bahkan kaca ini anti peluru.
Beberapa orang mencoba membuka pintu sebelum air sungai banyak yang masuk. Mereka berpacu dengan volume air yang semakin bertambah banyak.
"Cepat! Cepat!" teriak seorang laki-laki berbadan tinggi besar.
Begitu pintu bisa terbuka, para penumpang keluar dan harus berenang melawan kuatnya arus sungai. Jika tidak pandai berenang, maka dia akan ikut terseret arus dan kemungkinan besar tidak akan bisa selamat.
"Tolong! Tolong!" teriak seorang perempuan yang timbul tenggelam di sungai yang terbawa arus. Tidak ada yang bisa menolong wanita itu, karena semuanya juga sedang berjuang menyelamatkan nyawanya masing-masing.
Terlihat beberapa orang berenang ke tepi melawan kuatnya arus sungai. Begitu sampai daratan, kebanyakan mereka merasa kelelahan. Ada juga yang langsung tidak sadarkan diri. Di antara mereka banyak yang mengalami luka-luka memar dan berdarah.
"Anakku! Tolong anakku!" teriak keras seorang laki-laki yang baru teringat kalau putranya tidak ada.
Ada juga beberapa orang lainnya meneriakan nama orang-orang yang bersama mereka tadi. Kejadian ini berlangsung begitu cepat dan tidak ada yang tahu kalau jembatan tua itu akan ambruk.
Mengerikan, itu ungkapan keadaan saat ini di sana. Putus asa itu yang dirasakan oleh kebanyakan dari korban yang masih hidup. Begitu juga mereka yang berada di sungai sedang berusaha untuk selamat dari kecelakaan maut ini.
***
Sementara itu, di tempat lain masih di negeri yang sama, hujan malam ini membuat tanah di sebuah pegunungan longsor. Tanah bercampur air itu bergerak dengan cepat ke bawah dan menimbulkan suara gemuruh yang keras dan memekakkan telinga dari bebatuan dan pohon-pohon yang bergerak cepat turun ke bawah.
Penduduk yang tinggal di bawah kaki gunung dibuat terkejut oleh bunyi keras yang mengerikan. Warga yang terbangun langsung berlari menyelamatkan diri berlari keluar rumah, begitu sadar kalau sedang terjadi tanah longsor dan akan menimbun tempat tinggal mereka.
Dengan mata kepala sendiri mereka menyaksikan bagaimana tanah longsor itu menimbun rumah dan beberapa warga yang masih terjebak di dalamnya. Mereka yang selamat berteriak dan menangis histeris. Suara tangisan dan teriakan memanggil minta bantuan menggema di antara suara derasnya hujan.
"Kita tidak akan bisa menolong mereka. Kita membutuhkan tim SAR untuk menyelamatkan mereka," ucap laki-laki yang merupakan kepala desa di sana.
Salah seorang warga menghubungi tim SAR untuk segera melakukan penyelamatan terhadap korban. Mereka sangat berharap orang-orang itu bisa diselamatkan.
"Tolong segera kirim kirim bantuan! Di sini sedang terjadi bencana, beberapa orang tertimbun longsor," pinta seorang laki-laki bicara lewat telepon.
"Baiklah kami akan mengirimkan tim SAR ke lokasi secepatnya," balas seseorang di sebrang sana.
***
Seorang pemuda memasukan beberapa buku pelajaran ke dalam tas ransel miliknya. Ekspresi dia datar, tidak ada senyum yang menghiasi wajah tampannya.
"Altair, cepat sarapan! Kakek tidak mau menunggu," ucap seorang laki-laki tua membuka pintu kamar.
"Ya," balas Altair singkat.
Semenjak kematian kedua orang tuanya setahun yang lalu, Altair dan adiknya tinggal bersama Sirius, kakeknya yang merupakan seorang profesor. Sementara kedua orang tuanya dahulu merupakan seorang ilmuan, walau di bidang yang berbeda. Mendiang ayahnya seorang ahli biokimia dan ibunya seorang ilmuan geofisika.
Altair melihat ada Rigel di meja makan. Adiknya itu tersenyum begitu melihat ke arahnya, karena dia tidak bisa bicara dengan jelas, hanya satu suku kata yang bisa diucapkan olehnya ketika bicara. Orang-orang pun tidak ada yang paham apa yang ingin dikatakan oleh bocah berusia empat tahun itu.
"Cepat makan!" perintah Sirius dengan tatapan tajam kepada Altair.
Ruang makan itu menyatu dengan ruang televisi, hanya terhalang oleh dasboard tanda sebagai pemisah kedua ruangan itu. Kebiasaan Sirius setiap pagi selalu menyala televisi untuk mengetahui berita terbaru yang sedang terjadi di dunia ini.
"Terjadi sebuah kecelakaan di Jembatan Rainbow. Kereta api Shinku jatuh dari atas jembatan. Hal ini diduga karena jembatan yang sudah tua itu tidak mendapatkan perawatan dari dinas terkait.
"Sebelumnya sudah diketahui kalau pengecekan sering dilakukan setahun sekali. Namun, sudah lebih dari sepuluh tahun ini tidak ada pergantian bahan kerangka besinya. Padahal kita semua tahu kalau polusi udara, cuaca ekstrem sering terjadi. Hal inilah yang diduga mempercepat proses perkataan pada besi, sehingga jembatan yang sering dilalui oleh kereta api ini tidak kuat lagi menanggung beban berat.
"Dalam kecelakaan ini korban meninggal sebanyak 113 orang. Korban luka berat 77 orang, korban luka ringan sebagai 15 orang dan korban menghilang sekitar 57 orang. Saat ini pemerintah menurunkan bentak tim SAR untuk mencari korban hilang dan pengangkatan bangkai kereta dari sungai agar tidak menghambat aliran air sungai."
Seorang pembawa acara berita memberi informasi tentang kecelakaan kereta api yang terjadi semalam. Ini merupakan kecelakaan lalulintas terburuk di selama dua puluh tahun belakangan ini. Video di mana banyak tim SAR yang terdiri dari pemadam kebakaran dan kepolisian terlihat di dekat pinggir sungai dan di atas jembatan yang runtuh sebagian.
Altair dan Sirius menatap ke arah televisi dengan mulut terbuka ketika beberapa petugas pemadam kebakaran itu berhasil mengevakuasi korban dari dalam bangkai kereta yang tenggelam di dasar sungai.
"Mengerikan sekali kecelakaan ini. Penduduk negeri ini berkurang banyak hanya dalam semalam," ucap Sirius.
"Apa sebelumnya pernah terjadi kecelakaan seperti ini, Kek?" tanya Altair ketika melihat rekaman CCTV yang berhasil menangkap detik-detik bagaimana jembatan itu hancur dan kereta terjatuh ke sungai.
"Tidak. Kejadian ini baru pertama kali terjadi," jawab Sirius.
"Kok, aku merasa pernah melihat hal seperti ini sebelumnya, Kek!" balas Altair dengan sangat yakin.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
😘Mrs. Hen😘
like👍👍
2024-04-05
1
Diah Elmawati
Lho kenapa Altair berkata pernah melihat kecelakaan seperti itu? Dimana Altair melihatnya? Apakah dari gambar-gambar yang dibuat oleh adiknya.
2024-03-16
1
🙃 ketik nama 💝🎀🌈🌴
mampir kak...
semangat..
lanjut....
2024-03-16
1