Mimpi Seorang Hasna

Hari sudah berganti dan sepertinya Hans benar-benar menyesali kejahilannya kemarin, karena sepanjang hari ini Hasna terus menghindarinya.

contohnya pagi tadi saat Hans menyapa Hasna yang kebetulan mau masuk kelas karena jam masuk kelas telah dimulai, dan entah dimana Hasna menunggu bel masuk berbunyi, Hans pun tidak tahu.

"Pagi Na" sapa Hans dan Hasna tanpa perduli langsung masuk begitu saja meninggalkan Hans.

Sakitnya di cuekin, dongkol sungguh sampai-sampai Hans yang kesal langsung duduk di kursi yang ada di depan kursi Hasna, tempat duduk yang memang tak bertuan, dan kursi yang diduduki Hans sudah dia rubah posisinya menjadi menghadap Hasna.

"Hei, kamu kenapa? lagi datang bulan Ya?" dan seketika ucapan Hans barusan langsung menarik perhatian semua orang yang ada dikelas, karena tidak menyangka seorang Hans yang biasa irit dalam berbicara tiba-tiba berkata seperti itu.

Banyak yang berbisik sambil menatap kearah Hans dan Hasna dengan pertanyaan mereka "ada hubungan apa mereka?" dan pertanyaan itu ditanggapi dengan gelengan kepala, dari tiap-tiap lawan bicara mereka masing-masing.

"Kayanya sih mereka udah jadian terus sekarang lagi marahan" celetuk seseorang menebak.

"Mungkin sih, eh tunggu jangan bilang kalau bekal yang diposting Hasna itu dari Hans?" ucap Seesorang yang kebetulan berteman dengan Hasna dengan akun palsunya.

"Bekal? bekal apa?" temannya bertanya karena dia tidak tahu perihal Bekal yang di posting Hasna.

"Bentar aku tunjukin postingan Hasna" ucap orang tersrbut sambil meraih ponselnya yang dia simpan didalam tas.

"Lihat!!! kemarin dia posting ini dan disini ada huruf I L U" ucapnya sambil menunjuk huruf tersebut dan dia pun menceritakan komen yang menyertai postingan Hasna itu, dan seketika yang mendengar penjelasan orang tadi langsung menutup mulutnya, tidak percaya dan disaat mereka ingin memastikan dengan bertanya langsung apakah tebakan mereka benar atau tidak, mereka malah tidak sengaja melihat wadah bekal yang berada di atas meja Nana yang baru dikeluarkan Hans dari dalam tasnya dan setelah Hans menaruh kotak bekal itu dia berkata "ini untuk mu, aku harap kita bisa berteman lagi seperti kemarin."

Semua tebakan teman sekelas Hans dan Hasna ternyata salah karena setelah mendengar perkataan Hans barusan, setelah menyimpan kotak bekal jelas dia berkata jika mereka hanya berteman.

Hasna tidak merespon benar-benar tidak merespon sungguh dia sudah bertekad tidak akan berteman terlalu dekat lagi dengan Hans yang menurutnya berbahaya dan ancaman Tari yang terus terngiang dibenaknya.

Hans yang didiamkan Hasna berpikir diamnya Hasna hanya akan terjadi dalam hitungan Hari ternyata salah, karena Hasna tidak lagi mau berbicara dengannya sampai mereka lulus dari Sekolah menengah atas.

Ya Hasna benar-benar mengabaikan Hans sampai Hans lelah sendiri dan saat hari kelulusan Hasna yang merasa bersalah pada Hans, atas sikapnya menghampiri Hans dengan niatnya untuk memberi selamat atas prestasi Hans juga mengucapkan salam perpisahan pada Hans yang dia tahu akan berkuliah diluar negri dan mungkin mereka hanya akan bertemu diakherat kelak saat perhitungan dosa pikir Hasna.

"Hans," panggil Hasna dan Hans menoleh dan dia tidak percaya jika yang memanggil namanya adalah Hasna yang sudah berbulan bulan tidak mau berbicara dengannya.

"Tumben" balas Hans yang kini kembali bersikap seperti dulu, sebelum mereka sempat dekat.

Hasna tidak menjawab pertanyaan Hans karena dia lebih memilih berkata "Selamat atas perestasimu yang membanggakan dan semoga sukses terus" lalu Hasna mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Hans tapi sayang Hans mengacuhkannya, mungkin Hans ingin membalas perbuatan Hasna atau mungkin Hans ingin memberitahu jika diabaikan itu rasanya perih dan jika alasan kedua benar maka berhasil karena hasna kini sedang berkata, "Gini ternyata rasanya dicuekin".

"Tapi tak apa Hans, ini lebih baik agar kamu tidak selalu berharap padaku, dan bisa melupakan aku untuk selamanya" Hasna berucap sambil menatap punggung Hans yang semakin jauh dari dirinya.

Entah mungkin sudah ada rasa didalam sana, jadi saat melihat punggung itu semakin menjauh Hasna merasakan perasaan yang luar biasa sedih sampai kedua matanya berrembun.

"Selamat jalan dan semoga kita tidak akan pernah bertemu lagi" dan Hasna pun memutar tubuhnya untuk pulang, karena sudah tidak ada yang bisa dia lakukan disekolah dan saat Hasna berbalik, Hans pun berbalik, melihat kearah Hasna dan dia pun mengucapkan hal yang tidak jauh berbeda dengan Hasna "Selamat tinggal Nana jika kita berjodoh mungkin saat kita sudah benar-benar dewasa kita akan berjumpa lagi."