Ha Yun adalah seorang dokter yang lahir dari keluarga kaya raya dan terpandang. Tepat di usianya yang ke 13 tahun ia harus kehilangan ibunya sehingga ia pun mengalami trauma berat yang membuatnya enggan membuka hati kepada seorang gadis.
Namun tiba-tiba datanglah seorang gadis sederhana nan lugu yang membuat hatinya luluh. Sayang seribu sayang, hubungan keduanya pun terhalang oleh masa lalu keluarga keduanya yang penuh polemik.
Akankah keduanya mampu menyatukan permus*Han keluarga mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zeyn Seyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14(pertemuan tak terduga)
“Apa sekarang aku punya penyakit jantung?” gumam Ha Yun dalam hatinya sambil terus menatap wajah Sheny.
Sheny yang tersadar dari lamunannya langsung menjauhkan tubuh Ha Yun dengan mendorong bagian dada Ha Yun.
“Maaf.” Ucap Ha Yun seraya menyalakan mesin mobilnya.
Ha Yun kemudian melajukan mobilnya, Sheny yang takut akan di bawa kemana pun bertanya, “Kita mau kemana sih?”
“Nanti kamu juga tahu sendiri,” jawab Ha Yun.
Setelah beberapa puluh menit, Ha Yun pun menghentikan laju mobilnya. Ia keluar lebih dulu dan membukakan pintu mobilnya untuk Sheny.
“Aku bisa buka sendiri kok.” ujar Sheny yang sudah membuka pintu mobilnya.
“Sebagai laki-laki sudah sepantasnya melakukan hal itu.” Jawab Ha Yun seraya menutup kembali pintu mobilnya.
Sheny melihat sekitar tempat itu, penasaran itu tempat apa namun ia sendiri tak ingin bertanya kepada Ha Yun karena gengsinya.
“Ayo!” ajak Ha Yun seraya menarik lengan Sheny.
Sheny yang refleg hanya mengiakan dan mengikuti langkah Ha Yun seraya terus melihat tangan Ha Yun yang memegang lengannya. Di situ terlihat banyak sepeda, ternyata itu adalah tempat jasa peminjaman sepeda.
“Kamu bisa naik sepeda kan?” tanya Ha Yun.
“Bisalah,” sahut Sheny.
“Bagus kalau begitu, ayo kita naik sepeda,”
“Ha… kita mau naik sepeda?” tanya Sheny dengan ekspresi terkejut.
Ha Yun mengangguk sebagai tanda membenarkan pertanyaan Sheny. Keduanya akhirnya mulai menaiki sepeda, Ha Yun juga mengajak Sheny balapan.
“Ayo siapa takut.” Sahut Sheny seraya terus mengayun lebih keras.
Meski terlihat kelelahan namun terlihat sebuah kebahagian terpancar dari wajah Sheny, hal itulah yang ingin di lihat oleh Ha Yun, Sheny dapat melupakan masalahnya.
“Kita beli air di warung depan,” usul Ha Yun.
“Boleh.” Jawab Sheny seraya terus focus mengayun.
Keduanya pun berhenti di sebuah warung sembako untuk membeli minuman.
“ternyata Dokter Ha Yun tidak milih-milih soal makanan,” gumam Sheny dalam hatinya.
“Aku tahu kamu bersedih, namun itu tidak penting bagi aku untuk tahu apa penyebabnya, karena yang terpenting bagi aku itu adalah untuk mengembalikan senyumanmu,” gumam Ha Yun dalam hatinya.
“Dokter Ha Yun terima kasih ya, karena sudah ngajak aku main sepedanya,”
“Itu memang harus kamu berterima kasih sama aku,” balas Ha Yun dengan bangga.
Sheny hanya mengagguk untuk mengiyakan perkataan Ha Yun.
“Oh iya, aku ini dokter yang tampankan? Juga cute kata adik kamu?” ujar Ha Yun saat akan menaiki kembali sepedanya.
“Seharusnya dokter itu tidak pantas jadi dokter ahli bedah,”
“Betul sih kamu bilang, aku kan dokter yang multitalent, aku tidak hanya ahli dalam menangasi pasien-pasienku, tapi aku juga ahli membuat kamu tersenyum,”
Mendengar itu seketika Sheny langsung tertawa terbahak-bahak hingga ia menghentikan ayunannya.
“aku tidak mengerti tapi yang pasti aku tidak ingin kamu menangis,” gumam Ha Yun dalam hatinya seraya ikut menghentikan sepedanya.
“Ayo cepat, sebentar lagi waktunya mereka tutup,” ujar Ha Yun.
“Ayo.” Ujar Sheny kembali melajukan sepedanya.
Hari ini Sheny benar-benar merasa bahagia, ia sangat jarang menggunakan waktu liburnya untuk jalan-jalan, sehingga moment ini serasa berarti baginya dan seakan ia dapat melupakan sejenak rasa sakit hatinya.
Melihat jam sudah menunjukkan pukul 19;46 WIB dan ia baru ingat jika ia ada acara makan malam bersama dengan keluarga om nya yang mana janjinya itu pukul 19;00 WIB. Mengetahui hal itu Sheny meminta Ha Yun untuk segera pulang, namun Ha Yun menolaknya karena ia tak akan membiarkan Sheny pulang sendiri. Meski Sheny telah menolaknya kali ini Ha Yun bersikeras untuk tetap mengantar Sheny.
Sedikit demi sedikit Sheny mulai sadar akan sisi baik dari Ha Yun, meski ia terlihat usil dan menyebalkan namun Ha Yun adalah pria yang bertanggung jawab dan menghormati seorang wanita terutama seorang ibu.
Sekitar jam delapan lebih, Ha Yun baru sampai di rumah Bisma, itu artinya Bisma sudah telat lebih dari satu jam. Namun ternyata meski sudah telat lebih dari satu jam mereka belum makan malam di karenakan mereka menunggu Ha Yun, mendengar hal itu Ha Yun sangat terharu di karenakan betapa keluarga dari kakak almarhumah ibunya sangat menyayangi dirinya.
“Maaf karena Ha Yun membuat kalian menunggu,” pinta Ha Yun dengan wajah penuh penyesalan.
“Tidak apa-apa sayang, ayo langsung duduk saja,” sambung Ibu Nayla.
Ha Yun pun duduk sambil menoleh ke sana-sini kemudian berkata, “Dimana pacar kamu?”
“Dia lagi ke kamar mandi,” jawab Bisma.
Tak berselang lama kekasih Bisma pun datang, melihat wanita yang di sebut sebagai kekasih Bisma itu membuat Ha Yun terkejut. Bagaimana tidak ternyata wanita yang di ceritakan dan di puja-puja oleh Bisma tak lain dan bukan adalah dokter Saira.
“Dokter Ha Yun.” Ujar Saira dengan nada pelan seraya kembali duduk namun pandangannya terus terarah pada Ha Yun.
“Kamu kenal sama Kak Ha Yun?” tanya Bisma.
“Kami bekerja di rumah sakit yang sama,” jelas Saira.
Di meja makan keduanya terlihat canggung dan sesekali mencuri pandang satu sama lain. Perasaan Saira seakan bercampur aduk, banyak hal yang ia takutkan, takut jika Bisma mengetahui jika pria yang ia sukai selama ini adalah Ha Yun, kakak sepupunya sendiri.
Hal itu tentu akan menjadi boomerang bagi hubungan antara Ha Yun dan Bisma.
“Apakah di rumah sakit tidak ada perempuan cantik apa! Soalnya kakak sepupu ini tidak pernah pacaran,” beber Bisma kembali memulai pembicaraan.
“Bisma!” tegur Ha Yun seraya mengangkat sendok yang ia pegang sebagai peringatan pada adik sepupunya itu.
“Bercanda,” ujar Bisma sambil bercanda.
Ayah dan ibunya Bisma hanya tersenyum melihat kelakuan Bisma dan Ha Yun.
“Eh tapi aku kenapa begitu bodoh, kenapa aku tidak tahu jika Kak Ha Yun bekerja di rumah sakit Mitra,” lanjut Bisma.
“Karena kalian kalau ketemu sibuk sama game, jadi mana sempat bahas pekerjaan,” sambung Pak Radit.
“Benar juga, tapi aku beberapa kali kesana tidak pernah bertemu dengan Kak Ha Yun,” keluh Bisma.
“Ya karena kamu kesana carinya Dokter Saira,” sahut Ha Yun.
Mendengar hal itu Pak Radit juga Ibu Nayla menjadi tersenyum seraya melihat kearah Saira dan hingga membuat Saira tersipu malu, dan wajahnya menjadi memerah.
Selesai makan malam bersama, Bisma pun mengantar Saira pulang. Sedangkan Ha Yun menginap di rumah mereka, sambil menunggu Bisma datang, Ha Yun hanya berdiam di halaman belakang.
“kenapa dari banyak gadis, harus Dokter Saira yang di sukai Bisma?” keluh Ha Yun.
Tak berselang lama Bisma pun datang, keduanya kembali mulai berbincang-bincang dan Bisma memberi Ha Yun pesan agar jika ada pria yang menganggu atau menggoda Saira, Ha Yun harus memberi tahu Bisma.
Hal itu tentu membuat Ha Yun merasa tak nyaman dan di rundung rasa bersalah. Di situ Bisma mengatakan jika ada pria lain di hati Saira, meski Saira kini tengah berusaha membuka hati untuk dirinya.
Dengan penuh percaya diri Bisma menegaskan bahwa ia akan berusaha keras mengambil hati Saira dan ia juga yakin seiring berjalannya waktu Saira akan membuka hati untuknya.
“Bagaimana jika Bisma tahu jika pria yang di sukai dokter Saira ada di depannya?” gumam Ha Yun.
“Kak Ha Yun!” ucap Bisma seraya menepuk Pundak Ha Yun hingga membuat lamunannya buyar.
“Apa kak Ha Yun tahu siapa pria yang di sukai oleh kakak senior?” pertanyaan Bisma benar-benar membuat Ha Yun tersentak.
“Atau jangan-jangan pria yang di sukai itu justru Kak Ha Yun?” lanjut Bisma membuat Ha Yun semakin bingung.
ada yg ingin saya tanyakan tentang dialog apa itu ya aksi sama apa itu yg pernah saya bc dari komentar kk di karya orang lain 🙏🙏
🐠🐠 + 𝚞𝚙𝚍𝚊𝚝𝚎