Sang Dokter Cinta
Sheny Ardiansyah atau yang biasa di panggil Sheny adalah seorang mahasiswi yang sangat cerdas dan berprestasi, namun polos. Karena kepolosannya ia sering di manfaatkan oleh teman-temannya. Tiga kali menjalin hubungan namun sebatas di manfaatkan kepintarannya saja. Namun gadis berponi dan berambut sebahu serta berkacamata itu masih mengimpikan dapat menemukan pria Romantis layaknya di drama Korea.
Meskipun pada faktanya realita tak seindah di drama-drama Korea. Dan kehidupan realita nya justru berbanding terbalik.
“Lihatlah si gadis berkacamata itu, rajin amet,” ledek teman-temannya.
“Hahah betul, tapi meski pintar siapa yang mau temanan sama cewek cupu seperti dia,” sambung satunya.
Di situ Sheny hanya diam, mencoba tak memedulikan apa yang mereka katakan. Hal itu sudah menjadi biasa bagi Sheny semenjak SMP karena memakai kacamata dan gaya rambutnya serta stylenya yang di anggap culun. Ia memang merasa sakit, namun ia mencoba sabar, karena ia tahu, tidak semua orang dapat menyukainya. Meski begitu siapa orang yang tak sakit hati, saat dirinya di kucilkan, di r*ndahkan dan di hina. Tapi satu hal yang pasti, hal yang utama bagi Sheny adalah bisa berkuliah, dan membiayai hidup Bunda dan adiknya.
Jam telah menunjukkan di mana waktu jam pelajaran akan di mulai. Mengingat ini adalah pelajaran Ekonomi yang Dosen nya lumayan galak, Sheny pun segera merapikan bukunya dan bergegas menuju kelas.
Langkahnya mulai terhenti saat melihat tempat duduknya di pakai Jenny, Ketua geng yang cukup terkenal di kampus itu.
“Kenapa loe liatin gue begitu?” sungut Jenny.
“Ini kan tempat duduk aku,”
“Tuh di depan, di tempat gue,” balas Jenny.
“Udah duduk aja di tempat Jenny,” sambung Yerry teman si Jenny.
Terlihat Ibu Melisa, Dosen mata pelajaran Ekonomi pun datang. Mau tak mau Sheny pun duduk di depan, meski ia sendiri tidak cukup pintar dalam mata pelajaran Ekonomi. Ia sebenarnya tidak begitu menyukai pelajaran ekonomi, hanya menurut Almarhum ayahnya, hal itu akan berguna untuknya kelak.
Sheny yang biasanya duduk di bangku urutan ke empat dari depan, namun karena Jenny dan geng-geng nya, Sheny yang akhirnya duduk di depan. Ya bukan tanpa alasan selain galak, ibu Melisa sering menanyakan kepada mahasiswa-mahasiswi yang duduk di depan. Sehingga yang biasanya, jika bukan Ibu Melisa, Jenny suka duduk depan agar dapat cari muka pada dosen kini memilih mundur. Dan betul saja Sheny menjadi korban yang sering di tanya, sedangkan Sheny sering mendapatkan Nilai C ketika Ekonomi, berbeda dengan pelajaran lainnya.
“Sheny kamu harus meningkatkan nilai Ekonomi kamu, bukannya kamu ingin bisa dapat beasiswa?”
“Baik Bu,”
“Ibu lihat nilai mata pelajaran matematika kamu bagus, tapi kenapa Ekonomi tidak bisa naik?”
“Saya akan meningkatkan kembali,”
“Harus bukti, jika ingin mengajukan beasiswa kamu harus bisa.” ucap Ibu Melisa kemudian bergegas pergi dari kelas itu.
“Jadi loe lagi usaha buat dapet beasiswa?” ledek Jenny seraya melangkah ke arah Sheny.
“Kita kan tahu, Sheny itu pulang kuliah aja masih kerja.” Sambung Maria teman Yerry yang juga melangkah ke arah Sheny.
“Kasian lah jangan di ejek, lebih baik kita bantu doa agar dia bisa dapat beasiswa,” Ucap Jenny dengan nada meledak.
Sheny pun tidak menghiraukan ucapan dari mahasiswi yang populer di kampus nya itu.
Sepulang kuliah, ia pun lanjut bekerja sebagai pengantar bunga.
Dia memang seorang yang pekerja keras, karena ia tidak hanya membiayai kuliahnya melainkan ia juga biaya sekolah adik perempuannya juga sang ibu.
Setiap pulang kuliah dia akan bekerja di toko bunga.
Hingga suatu ketika Sheny mendapatkan pesanan untuk di antar ke sebuah rumah sakit sekaligus langganan di toko itu. Biasanya orang tersebut membeli langsung di toko, namun hari itu orang itu justru meminta untuk di antar.
“Kamu harus kasih langsung ya sama Dokternya.” Pesan Ibu Merry pemilik toko bunga itu seraya menyerahkan bunganya pada Sheny.
“Baik Bu,” Jawab Sheny.
Sheny pun mengantar bunga satu persatu dengan menggunakan motor toko. Hingga akhirnya ia pun sampai di sebuah rumah sakit.
Ia mencoba menanyakan ruangan Dokter Ha Yun Seckly ke salah satu suster di sana. Yaitu nama pemesan bunga tersebut.
“Dokter Ha Yun tengah mengoperasi pasien, mungkin 1-2 jam lagi beliau akan selesai,” jelas sang suster.
“Wah lama sekali,”
“Ya Mbak,”
“Terima kasih sus,” Ucap Sheny cengengesan.
Ia pun berpikir untuk mengantar pesanan lain, tapi di liat arah dengan rumah sakit ini cukup jauh, sehingga ia akan membutuhkan banyak waktu untuk balik ke rumah sakit ini lagi.
“Aku tunggu saja kali ya?” Pikir Sheny.
Ia mencoba menunggu dokter itu mondar-mandir di rumah sakit itu hingga akhirnya ia tak sengaja bertabrakan dengan salah seorang di dokter di sana hingga bunga yang di pegang Sheny terjatuh. Segera Sheny juga dokter itu mengambil bunga itu secara bersamaan. Namun tangan Sheny lebih dulu meraih bunga itu.
“Ah maaf,” Pinta dokter itu dengan wajah menyesal.
“Tidak apa-apa kok,” balas Sheny.
“Dok... Pasien ruang 59 tak sadarkan diri,” Ucap suster yang baru saja menghampiri dokter itu.
“Baik, ayo kita ke sana.” Ucap sang Dokter.
Dokter itu pun melangkah pergi namun kemudian berhenti dan membalikkan tubuhnya.
“Sekali lagi saya minta maaf.” Ucap Dokter itu kemudian kembali melangkah pergi dengan cepat.
Melihat jam di tangan telah menunjukkan lebih dari satu jam ia menunggu sang Dokter, namun ia belum juga bertemu Dokter Ha Yun, Sheny pun berniat pergi dari rumah sakit itu. Namun tiba-tiba seorang memanggilnya.
“Mbak, tadi yang mencari Dokter Ha Yun?” Ucapan itu menghentikan langkah Sheny.
“Ya.” Jawab Sheny saat membalikkan tubuhnya.
“Dokter Ha Yun baru saja keluar dari ruang operasi,”
“Terima kasih,”
“Ya, mari saya antar ke ruangan Dokter Ha Yun.” Ucap seorang suster yang baik hati itu.
Sheny pun mengikuti langkah suster itu menuju ruangan Dokter Ha Yun.
Terlihat seorang Dokter bertubuh tinggi tengah berbicara dengan seorang Ibu-ibu yang menangis juga seorang pria, yang mungkin pria di samping ibu-ibu itu adalah suaminya. Terlihat dokter itu meminta agar wanita paruh baya itu lebih tegar dengan mengatakan memang butuh kesabaran untuk kesembuhan dan pemulihannya. Di situ sang pria itu juga meminta ibu-ibu itu untuk tenang dan membawa wanita itu pergi.
“Ayo!” ucap suster itu pada Sheny karena Sheny menghentikan langkahnya.
“Iya.” Jawab Sheny kembali melanjutkan langkahnya mendekat ke ruangan Dokter Ha Yun.
“Dokter ada yang mencari Dokter.” Ucap suster itu.
“Maaf anda Dokter Ha Yun kan? Saya ingin mengantar bunga pesanan Dokter,” Ucap Sheny.
Dokter Ha Yun melihat ke arah suster itu.
“Saya permisi.” Ucap sang suster itu.
“Sekali lagi terima kasih.” Ucap Sheny pada sang suster.
“Sama-sama, saya ada kerjaan lain jadi saya harus pergi.” Balas suster itu kemudian pergi.
Sheny pun melihat ke arah dokter Ha Yun. Kemudian Dokter itu berkata.
“Mana bunga saya.” Pinta Dokter itu seraya menadahkan tangannya.
“Ini.” Ucap Sheny menyodorkan bunga tersebut.
Dokter Ha Yun pun mengambil bunga itu seraya mencium aroma bunga itu sambil melihat bunga itu dengan teliti.
“Sepertinya ada beberapa kelopak bunga yang jatuh?” ujar sang Dokter dengan wajah sinis.
“Wah tadi pas aku tabrakan sama dokter di rumah sakit ini ada sekitar tiga kelopak bunganya yang jatuh, tapi masak dia bisa tahu,” gumam Sheny dalam hati.
“Saya tidak mau, saya mau yang baru.” Ucapan Dokter Ha Yun membuat netra Sheny membulat.
“Apa?” tanya Sheny dengan wajah tak percaya.
“Iya, bunga ini untuk wanita yang Special untuk saya, jika seperti ini saya tidak mau, pokoknya kamu harus ganti, kamu pasti kerja tidak benar, makanya bunganya seperti ini.” Ucap Dokter Ha Yun seraya menyodorkan kembali bunga itu pada Sheny.
“Tidak bisa seperti itu, bunganya masih bagus kok, masak di balikin, kalau mau yang lain boleh, tapi ini harus bayar dulu,”
“Mana mungkin saya mau bayar bunga yang seperti ini,”
“Ini bunganya masih bagus, matamu saja yang katarak,”
“Bukannya kamu yang katarak, kamu kan pakai kacamata,” sungut Dokter Ha Yun balik.
“Pokoknya kamu harus ganti atau saya laporin sama Ibu Merry,” Ancam Dokter Ha Yun.
Sheny terdiam, Sheny ingat jika Dokter Ha Yun adalah langganan Special di tetap toko itu.
Namun Sheny juga tidak mungkin mengganti bunga itu.
“Habis uang aku nanti,” gumam Sheny dalam hatinya.
Tak ingin kehilangan pekerjaannya, Sheny pun mengiyakan permintaan Dokter yang bernama lengkap Ha Yun Seckly itu.
Sheny pun melangkah pergi sambil memegang bunga itu kembali.
“Hati-hati ya! Oh iya jangan lupa panjangkan sedikit kakimu,” ledek Dokter itu.
Sheny langsung terhenti dengan rasa yang kesal.
“Bukan kaki saya yang pendek, Dokter saja yang tinggi, tinggi saya 159,” Balas Sheny saat membalikkan tubuhnya mendekat ke arah Dokter Ha Yun.
jangan lupa like dan komennya terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
〈⎳Mama Mia
maaf kak, bisakah ikuti saya.
ada yg ingin saya tanyakan tentang dialog apa itu ya aksi sama apa itu yg pernah saya bc dari komentar kk di karya orang lain 🙏🙏
2024-08-01
1
Anonymous
.
2024-07-07
0
Amelia
salam kenal ❤️🙏
2024-06-04
0