Siapa yang tidak bahagia bisa menikah dengan laki-laki yang selama ini aku cintai. Laki-laki yang sangat sempurna menurut ku. Dia baik, perhatian dan pekerja keras.
Namun Aku salah menduga, ketika pernikahan tidak seindah yang Aku bayangkan.
Berharap akan menjadi teman hidup yang bisa berbagi cerita,tempat ternyaman untuk berbagi kisah berdua dengan suaminku, nyatanya itu tak sesuai harapan.
Akan kah bisa seorang istri menghilangkan rasa sepi di hatinya, meluapkan apa yang menjadi beban fikirannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Amza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Fatma, sini mamah mau bicara ber dua sama kamu."
Panggil mamah mertua ku ketika aku di dalam kamar. Mas Bagas masih tertidur pulas, sedangkan Raya baru selesai aku mandikan.
"Iya mah ada apa ?"
Tanya ku sambil membuka kan pintu kamar dan keluar.
Aku dan mamah duduk di ruang belakang dekat dapur. Ruangan itu di buat khusus untuk tempat istirahat, menenangkan pikiran juga bisa ya, dengan desain yang sederhana, ada jendela berukuran sedang dengan menghadap luar, jika jendela di buka terlihat sekali pemandangan indah taman kecil yang ada di belakang rumah ibu mertuaku. Kebayang gak sih?
"Ada apa mah? Tidak biasanya mamah ingin bicara dengan ku empat mata saja."
Aku membuka obrolan dengan pertanyaan ku.
"Ah tidak ada apa-apa nak, santai saja. Kapan terakhir kali kita ngobrol kaya gini kan ya, sepertinya sudah sangat lama."
Ibu mertua ku menjawab santai dengan senyum nya yang manis.
"Ah, iya mah. Sudah lama sekali kaya nya ya."
Aku meng iya kan.
"Fatma, gimana suami mu ?"
Tiba-tiba ibu mertua bertanya soal Mas Bagas. Mau heran tapi ini mamah, iya mamah mertuaku memang selalu menanyakan tentang perlakuan anak nya terhadapku selama menjalani Rumah tangga. Biasanya dia bertanya hanya gia telpon saja, tapi kali ini dia bertanya langsung padaku. Bagaimana ini, aku takut tak bisa menyembunyikan kesedihan ku di depan mamah mertua ku.
"Bagaimana apa nya maksud mamah?"
"Iya soal anka mamah, suami kamu Mas Bagas. Apa dia menjadi laki-laki yang penuh kasih sayang dan tanggung jawab untuk anak dan istrinya?"
"Kenapa tiba-tiba mamah bertanya seperti itu? Mamah tidak usah cemas. Mas Bagas masih seperti Mas Bagas yang dulu, dia menjadi suami dan ayah yang baik buat aku dan Raya."
Jawab ku lembut. Jujur ingin sekali rasa nya aku ceritakan semua rasa sepi ku pada ibu mertua, tapi aku tak bisa. Berharap ucapanku pada ibu mertua tadi menjadi do'a yang akan terkabul. Amin ...
"Alhamdulillah .. Mamah lega mendengar nya. Mamah harap kalian berdua bisa menjalani dan menghadapi semua rintangan dalam rumah tangga ya nak."
"Iya Mah, do'akan selalu aku dan Mas Bagas ya Mah."
"Pasti sayang, tanpa di minta pun Mamah selalu do'akan kalian. Mamah harap tidak ada yang kamu sembunyikan, kalau pun ada hal yang tak mengenakan dari sikap suami mu, jangan kamu pendam ya. Bicarakan pada nya apa yang kamu tak suka. Ibu muda seperti mu memang harus selalu menjaga mental dengan baik, karena kamu punya anak yang benar-benar pertumbuhan nya itu harus di perhatikan."
Mendengar perkataan ibu mertua, aku merasa akhir nya da orang yang bisa memahami aku, bahkan tanpa aku bicara. Ibu mertuaku menjadi orang tua ke dua , dia begitu baik sama aku tak bisa membedakan siapa anak nya dan siapa menantu nya.
"Iya mah. Terima kasih atas perhatian mamah sama aku, semoga mamah selalu sehat."
Kami saling berpelukan, setetes air mataku jatuh dari sudut mata. Segera aku mengusap nya agar tak terlihat oleh ibu mertua. Aku benar-benar terharu, pembicaraan yang singkat namun penuh dengan makna. Masha allah ...
...*****...
Aku berjalan-jalan sore bersama Raya mengelilingi komplek rumah , kami masih berada di rumah ibu mertua. Mas Bagas tidak ikut, biarkan saja untuk saat ini aku ingin ber dua bersama Raya. Para tetangga di sekitar yang aku lewati kita saling sapa, orang-orang nya begitu ramah. Salah satu dari mereka ada yang menyapaku dengan pertanyaan
"Kapan nambah anak lagi Fatma?"
"Anak nya sudah besar ya, udah cocok punya adik nih Fatma."
"Nambah lagi cowok , biar satu pasang Neng."
Berbagai pertanyaan dan saran mengenai anak ke 2. Bukan aku tak mau, aku pun sedang berikhtiar untuk menambah momongan lagi ko. Mungkin Allah belum ngasih rezeki nya aja buat aku.
Aku hanya bisa tersenyum manis menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka semua, dan meminta do'a juga agar di segerakan hamil anak ke dua.
Semenjak Raya ber umur dua tahun, aku memang sudah tidak menggunakan KB apapun, karena aku ingin hamil anak ke dua. Tapi sekarang Raya sudah ber umur empat tahun dan qodarullah .. Mungkin Allah belum mengizin kan aku hamil anak ke dua.
"Kamu dari mana ? Aku cari-cari"
Tanya Mas Bagas ketika aku sampai di rumah Ibu mertua lagi.
"Habis keliling komplek Mas, ajak Raya jalan-jalan sore. Kan tadi aku izin ke kamu, aku ajak kamu tapi kamu gak mu."
"Emang iya ? Kapan ? perasaan kamu gak ngomong ke aku."
"Itu perasaan kamu Mas. Fokusnya ke ponsel mulu, jadi istrinya ngomong gak nyadar kan."
Jawab ku agak sinis. Sambil masuk ke dalam rumah.
"Eh malah pergi, bikinin aku cemilan. Aku laper."
Teriak nya dari luar.
Ibu mertua hanya tersenyum, langsung mengajak Raya main di dalam rumah, sedangkan aku menyiapkan cemilan kecil untuk Mas Bagas.
"Bikin apa kak?"
Tiba-tiba adik ipar ku, yaitu Safira adik Mas Bagas menghampiri ku yang sedang menggoreng di dapur.
"Ini kakak lagi bikin gorengan bakwan buat Mas mu. Kamu mau?"
"Wah, mau dong Kak. Minta ya nyobain satu "
Jawab nya riang sambil mengambil satu gorengan bakwan yang ada di piring, langsung di santap nya.
"Eh .. Eh hati-hati itu masih panas loh."
Ucap ku sambil mengingatkan nya. Aku menggelengkan kepala dengan kelakuan adik ipar ku yang satu ini, dia emang periang banget anak nya. Tak seperti kakak nya yang so cool gitu.
Selesai menggoreng semua adonan bakwan, kami semua menyantap nya di ruang keluarga sambil menonton acara sore di televisi, tidak dengan Mas Bagas. Fokus nya masih dengan ponsel.
Cuaca di luar mulai gelap, seperti nya hujan akan turun. Sore - sore begini enak kan makan gorengan bakwan panas di cocol sama sambal kecap terus minum nya teh tawar hangat. Ah mantap !
Terdengar ponsel ku berdering, aku langsung mengambil nya di kamar. Ternyata telpon dari Vino adik laki-laki ku.
"Iya Vin kenapa ?"
"Kak, Ayah sudah bisa pulang malam ini dari Rumah Sakit. Alhamdulillah kondisi nya sudah membaik. Ini aku lagi urus-urus dulu administrasi dan lain nya."
Mendengar kabar baik itu aku bahagia sekali. Tak luput hati dan mulut ku mengucapkan syukur.
"Masha Allah .. Alhamdulillah Vin. Kakak senang mendengar nya. Oiya kakak masih di rumah ibu mertua, paling besok kakak langsung ke rumah ibu ya."
"Iya kak gak apa-apa, aku cuman ngabarin kakak aja ko. Salam buat semuanya ya kak, terutama buat safira. Hihi"
Belum juga aku menjawab dia malah sudah menutup telpon nya.
Vino memang suka iseng ke safira, sepertinya dia suka. Tapi aku tak menghiraukan, namanya juga anak muda ya kan.
"Siapa yang telpon?"
Tanya Mas Bagas.
"Vino Mas, ngabarin kalo ayah sudah bisa pulang malam ini."
"Wah alhamdulillah dong kalo begitu. Kamu mau ke ibu sekarang?"
Tanya Mas Bagas lagi.
"Besok saja Mas, pulang dari sini kita langsung ke rumah orang tua ku. Gimana kamu gak keberatan kan?"
"Iya hayu gak apa-apa."
Jawab nya singkat.
Ibu mertua dan safira juga ikut senang dengan kabar baik yang aku terima.
"Besok mamah juga ikut ya, sekalian jengukin besan."
Ucap ibu mertua sambil menatapku. Aku pun mengangguk, mengartikan ku setuju.
Malam nya aku membereskan barang-barang ku yang ku bawa dari rumah. Biar besok ku tinggal berangkat. setelah itu aku duduk di atas kasur, mendekati Mas Bagas yang sedang duduk diam melihat layar ponsel nya.
"Mas, tadi pas aku keliling komplek banyak ibu-ibu yang nanya soal adik Raya, gitu lah pokok nya. Aku tuh ngerasa kenapa ya emang gak ada pertanyaan selain itu ? Kan ke aku nya jadi gimana."
Aku sengaja membuka obrolan, aku ingin memperbaiki hubungan ku dengan suami ku. Bahwa sesama pasangan tuh gak boleh cuek-cuek, makanya biar aku yang memulai pembicaraan.
"Yaudah sih gak usah kamu layani aja mereka, gampang kan."
"Mas gak gitu juga dong respon nya. Oiya gimana kerjaan kamu?"
"Masih seperti biasa ."
"Besok kamu antarkan aku dulu kan, baru masuk kantor?"
"Gimana besok deh."
"Ko gimana besok? Harus dari sekarang dong pastikan Mas."
"Bawel banget sih kamu, udah ah ini kau jadi gak fokus nonton nya kamu ajak ngobrol terus."
Aku langsung terdiam kaku. Padahal istrinya lagi mau ngobrol ber dua, sedang berjuang memperbaiki suasana membangun keharmonisan lagi tapi dari awal obrolan, respon nya begitu simpel dan dingin. Aku ingin bersikap manja sama suamiku, tapi melihat respon nya seperti itu kaya nya gak mungkin. Aku harus berusaha serba bisa, apa-apa harus bisa sendiri.
Dan benar, besok nya aku pergi ber dua dengan Raya ke rumah orang tua ku. Karena Mas Bagas harus berangkat pagi sekali ke kantor. Sedangkan ibu mertua gak jadi ikut karena tiba-tiba harus menemani Ayah mertua ke salah satu acara penting di tempat kerja nya. Terpaksa aku memesan taxi online, padahal jarak ke rumah orang tua ku tak begitu jauh dengan arah ke kantor Mas Bagas. Tidak tau kenapa, pagi itu dia begitu semangat dan ingin cepat sampai ke kantor pagi sekali.
Di perjalanan aku telpon Nuri, barang kali dia tau soal ada apa di kantor, ada rapat atau apa yang membuat semua karyawan harus masuk pagi sekali.
Tapi Nuri menjawab bahwa di kantor tidak ada acara penting yang membuat karyawan harus masuk pagi sekali. Malahan Nuri masih di rumah, dia menunggu aku sampai ke rumah ibu karena ingin bertemu, setelah itu dia baru berencana untuk pergi ke kantor walau agak siang.
"Mungkin sedang datang semangat nih Mas Bagas, sampai-sampai masuk kerja pagi sekali. Ya allah buang rasa curiga ku terhadap suamiku, jaga dia dimanapun berada. Amin"
Do'aku dalam hati sambil menatap kosong ke arah jalanan kota bandung yang aku lewati.
...*****...