Karena kesalahpahaman, Mavra dan Enrique berpisah cukup lama. Namun, dengan bantuan saudara kembarnya, Mavra berhasil mengatur skema untuk menjebak Enrique. Pada Akhirnya Enrique masuk dalam jebakan Mavra si putri mafia.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Simak kisah mereka di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. I Love You
Mavra baru saja selesai mandi. Dia tidak menyangka Enrique telah benar-benar menyiapkan semuanya, entah sejak kapan.
Mavra tersenyum melihat deretan perlengkapan mandi yang Enrique siapkan untuknya. Dari shampoo, sabun mandi, bom bath, lilin aroma terapi, semuanya sama persis dengan apa yang dia pakai selama ini. Seperhatian itu dia sekarang.
Mavra mengusap botol parfum yang ada di wastafel. Itu parfum yang sama yang dia pakai sampai saat ini. Senyum Mavra semakin mengembang kala mengingat tingkah manis Enrique.
Jika kalian bertanya kenapa Mavra bisa sebahagia ini, padahal dia melupakan Enrique. Jawabannya adalah karena Mavra tidak benar-benar amnesia. Dia hanya berakting dengan sempurna atas saran dari saudara kembarnya.
Dua anak kembar itu, memang bocah dakjal karena berhasil mengelabuhi seluruh keluarganya. Ingatan Mavra terbang ke beberapa hari yang lalu sebelum dia melukai dirinya sendiri.
Marvel merasa iba dengan kondisi Mavra. Meski begitu dia tiba-tiba mencetuskan satu ide untuk membuat Enrique berbalik mengejar Mavra. Tentu saja sebagai seorang gadis yang sangat menyukai Enrique, Mavra tertarik dengan ide tersebut.
Mavra mendengarkan banyak nasehat dari Marvel mengenai percintaannya dengan Enrique. Lucu memang, karena faktanya Marvel sama sekali tidak suka berdekatan dengan wanita selain keluarganya.
"Kau harus bisa memetakan antara rasa kecewamu dan rasa cintamu. Menurutmu lebih besar mana? Jika besar rasa cintamu, maka kau harus mempertahankan dan memperjuangkannya," ujar marvel saat itu.
Mavra tentu saja tahu apa yang hatinya inginkan. Dia menginginkan Enrique lebih dari apapun, terlepas betapa kecewanya dia.
Marvel sudah menjelaskan sejelas-jelasnya tentang hari itu pada Mavra. Dia akkhirnya mulai bisa lebih menerima keadaannya. Dan dia pun mulai mengikuti rencana Marvel untuk membuat Enrique lebih peduli padanya. Bahkan kebohongan besar itu sampai harus melibatkan semua anggota keluarga ibunya.
Gila! Satu kata itu lah yang menggambarkan karakter dua bersaudara itu.
Saat Mavra keluar dari kamar, dia mencium bau masakan yang begitu menggoda. Lagi-lagi dia hanya bisa tersenyum tipis, merasakan ketulusan Enrique.
"Kau sudah selesai? Kemarilah. Aku memasak untukmu."
"Kau bisa masak? Sejak kapan?" tanya Mavra penasaran.
"Sejak Mommy mendiamkanku, karena calon menantunya kabur."
"Jadi kau sudah mempunyai calon istri? Oh, kau benar-benar ...."
"Calon menantu yang ibuku maksud adalah dirimu, Mavra. Aku bersumpah hanya dirimu lah satu-satunya wanita yang berhasil mempengaruhi seluruh sendi kehidupanku. Tidak ada yang lain. Hanya kamu."
Jika Mavra tidak sedang pura-pura amnesia, dia pasti akan menerkam Enrique dan melahap bibirnya. Sayangnya dia sedang berpura-pura sekarang, jadi yang bisa Mavra lakukan hanyalah diam tidak memberikan reaksi apapun.
"Percayalah padaku. Hanya kau satu-satunya wanita yang mencuri seluruh hatiku. Bagaimana mungkin aku menghadirkan wanita lain dalam hubungan kita."
"Memang kita memiliki hubungan apa?" tanya Mavra. Enrique menunduk kecewa, tapi sejurus kemudian, pria itu menatap Mavra dengan lembut.
"Jika kau tidak mengingat hubungan kita dulu, bagaimana jika kita memulainya lagi dari awal?"
"Aku tidak mau."
"Kenapa?"
"Ini tidak romantis dan aku juga lapar."
Enrique segera menyajikan makanan yang dia buat ke hadapan Mavra, meski hidangannya hampir dingin, Mavra tetap memakannya. Ini masakan pertama dari Enrique, tentu dia tidak akan menyia-nyiakannya.
Enrique senang karena Mavra makan dengan lahap. Dia tidak menyentuh makanannya dan malah asik memandangi kekasihnya itu.
"Masakanmu lumayan," puji Mavra.
"Kau bisa memakan milikku juga, jika kau mau."
"Tidak, aku tidak mau melihatmu mati kelaparan. Jadi sebaiknya cepat makan makananmu."
Meski nada bicara Mavra terdengar ketus, tapi Enrique senang karena mendapat perhatian dari Mavra.
Selesai makan, Mavra membereskan piringnya, Enrique menahannya. Dia merebut piring ditangan Mavra dan membawanya ke bak cuci piring.
"Beristirahatlah. Nanti sore aku akan mengantarmu pulang."
"Bagaimana denganmu?"
"Aku ada sedikit urusan yang harus aku selesaikan."
"Kau akan pergi?"
"Tidak, aku hanya akan berada di ruang kerjaku. Jika kau membutuhkanku, kau bisa memanggilku."
"Baiklah."
Saat berjalan, Mavra memikirkan ide agar Enrique menemaninya tidur siang. Mata Mavra terpejam, dia tahu Enrique masih mengawasinya. Akhirnya selintas ide tiba-tiba muncul di otak cerdasnya. Mavra memperlambat jalannya, Enrique masih terus mengawasi Mavra. Keningnya berkerut saat melihat Mavra berjalan terhuyung sembari memegangi kepalanya.
Dengan gerakan cepat, Enrique menangkap tubuh Mavra yang tiba-tiba limbung ke belakang. Mata Mavra terpejam erat dan dia mendesis.
"Ada apa?"
"Kepalaku sakit sekali, bagaimana ini?"
Tanpa banyak bicara lagi, Enrique mengangkat Mavra ala bridal style. Dengan hati-hati Enrique membaringkan tubuh Mavra di atas ranjang. Saat Enrique akan beranjak, Mavra memegang ujung kaos Enrique.
"Temani aku di sini. Aku tidak mau sendirian."
Enrique mengalah. Dia mengusap puncak kepala Mavra dengan sedikit memberikan pijatan di pelipis Mavra. Siapa yang tidak meleleh mendapat perlakuan semanis ini.
Mavra memejamkan matanya karena takut tidak bisa menahan hasratnya pada Enrique. Mavra tanpa sadar melingkarkan tangannya di perut Enrique, dia meringkuk semperti bayi. Enrique tersenyum melihat Mavra tertidur sembari memeluk dirinya.
"I Love You."
...----------------...