NovelToon NovelToon
GAURI, PENGANTIN PILIHAN DEVAN

GAURI, PENGANTIN PILIHAN DEVAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Anak Yatim Piatu / Teen School/College / Romantis / Cintamanis / Idola sekolah
Popularitas:370.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Devan kaget saat tiba-tiba seseorang masuk seenaknya ke dalam mobilnya, bahkan dengan berani duduk di pangkuannya. Ia bertekad untuk mengusir gadis itu, tapi... gadis itu tampak tidak normal. Lebih parah lagi, ciuman pertamanya malah di ambil oleh gadis aneh itu.

"Aku akan menikahi Gauri."

~ Devan Valtor

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semua keluar!

Gauri masih menangis seperti tersengat listrik, tubuhnya bergetar hebat di dalam pelukan Devan. Boneka basah di tangannya meneteskan air, menodai lantai yang sudah penuh bercak. Napas gadis itu tersengal-sengal, serak, kadang terputus seperti ia kehabisan udara. Devan memeluknya semakin erat, lengan kuatnya mengunci bahu dan pinggang Gauri agar gadis itu tidak memukul dirinya sendiri lagi.

"Semua keluar! SEKARANG!" suara Devan pecah, kuat, penuh perintah yang tak terbantahkan.

Tidak ada yang berani melawan. Bahkan yang tadinya ingin mendekati Gauri langsung mundur. Sari menahan satu wanita alumni yang sudah hendak mendekat, lalu menarik semua orang keluar.

"Bram, ayo. Kita ke luar. Biar Devan dan Gino yang urus," bisik Sari tegas.

Bram mengangguk, menarik napas panjang melihat pemandangan itu, Gauri yang meraung, Devan yang menahan gadis itu, lengan dan bahunya basah oleh air dan air mata, wajahnya tegang sekali.

Pintu kolam di geser ditutup dari luar. Hanya terdengar samar suara langkah-langkah mereka yang menjauh. Lalu hening.

Kini hanya ada tiga orang di ruangan itu, Devan, Gauri, dan Gino yang berdiri tak jauh, wajahnya penuh kekhawatiran.

Gauri masih menggeliat, mencoba meraih lantai, mencoba meraih kolam, mencoba memukul badannya sendiri karena rasa takut yang begitu besar. Tangannya beberapa kali hampir mencakar wajahnya, tapi Devan menahan pergelangan gadis itu dengan sigap.

"Gauri! Hei, hei, jangan, jangan sayang, jangan…" Devan menahan kedua tangan itu ke bawah, memeluk tubuh Gauri dengan lebih kuat. Gadis itu menangis hingga suaranya pecah.

"BONEKA… mati… mati… mati lagi… jangan … jangan teng,"

"Nggak mati."

"JANGAN NINGGALIN GAURI! JANGAAAN!"

Gino memejamkan mata sejenak, tidak sanggup melihat gadis itu yang tampak begitu hancur.

"Devan, kau masih kuat, kan?"

Devan tidak menjawab, hanya mengerahkan seluruh tenaganya memegangi Gauri yang tantrumnya makin brutal. Gadis itu menendang, meronta, bahkan hampir menggigit lengannya sendiri jika Devan tidak sigap memalingkan wajahnya.

"Gauri! Sayang, lihat aku. Lihat aku!" Devan memegang kedua sisi kepala gadis itu tapi Gauri menggeleng keras-keras, menangis sambil menjerit.

"BONEKA NANTI MATI LAGI!"

"GAURI!"

Suara Devan kali ini lebih keras. Bukan marah, tapi putus asa. Gino tersentak mendengarnya. Dia dapat melihat wajah putus asa seorang Devan.

Gauri membeku setengah detik karena teriakan itu, tapi tangisnya kembali pecah lebih keras dari sebelumnya.

Gino mundur sedikit, memegangi rambutnya, tidak tahu harus berbuat apa. Devan saja kewalahan, apalagi dia.

Devan mulai kehilangan nafas. Dadanya naik turun cepat, tapi ia tidak melepaskan pelukannya sedikit pun. Gadis itu begitu kuat, begitu panik, ketakutan hampir membuatnya tidak bisa dikendalikan.

"Gauri, denger aku, denger kakak," bisik Devan dekat telinganya, napasnya gemetar.

"Kakak di sini… nggak akan pergi, bonekanya juga nggak pergi … semuanya selamat. Kamu selamat… kamu aman … sama kakak,"

Tidak ada reaksi. Gauri tetap menjerit dan memukul lantai dengan tangan yang masih terjepit dalam genggaman Devan.

Devan memejamkan matanya, menguatkan diri. Lalu ia mencondongkan tubuhnya ke telinga Gauri, suaranya turun menjadi sangat pelan, sangat lembut.

Kalimat yang tidak ada seorang pun di ruangan itu selain Gauri yang mendengarnya. Dan begitu kata-kata itu keluar…

Tantrum Gauri mulai mereda.

Secara perlahan. Tidak langsung berhenti, tapi suaranya menurun. Tangan yang meronta melemah. Napasnya masih sesenggukan, tapi tidak lagi tersengal histeris.

"Tenang… begitu, bagus… bagus, kakak di sini."

Devan mengusap punggung gadis itu berkali-kali. Gauri terisak, lalu akhirnya tubuhnya melemah sepenuhnya. Seperti boneka kain yang kehilangan semua tenaganya. Devan memeluknya erat-erat, memindahkan posisi agar Gauri bersandar nyaman di dadanya.

Gauri perlahan berbalik, wajahnya yang penuh air mata menempel di dada Devan. Ia menggenggam kaus Devan erat sekali, seperti takut dilepas lagi.

Melihat itu, Gino menghembuskan napas lega panjang.

"Akhirnya …"

Devan memandang Gino sambil mengelus rambut Gauri, masih tanpa melepaskan pelukan.

"Aku akan membawanya ke kamar."

Gino mengangguk cepat.

Devan mengangkat tubuh Gauri perlahan, menggendongnya dengan hati-hati, seolah gadis itu rapuh sekali. Gauri tidak protes. Tidak menolak. Tidak meronta. Ia hanya memeluk Devan, wajahnya terkubur di dada pria itu, boneka basah tetap di satu tangan, tidak mau dilepas.

Gino membuka pintu dan berjalan di depan, memastikan tidak ada orang yang melihat. Rombongan alumni sudah kembali ke luar ruangan kolam, menjauh, sebagian kembali sibuk mempersiapkan barbeque.

Devan membawa Gauri ke salah satu kamar tamu villa. Begitu masuk, ia meletakkan gadis itu di kasur, namun Gauri langsung menggenggam lengan Devan.

"Jangan pergi …"

Suara itu begitu lirih sampai membuat hati Devan runtuh.

"Kakak nggak pergi," jawab Devan lembut.

Gino berdiri di pintu.

"Aku panggil Sari, ya? Biar gantiin bajunya."

Begitu mendengar nama orang lain, Gauri langsung menggeleng keras, matanya melebar panik.

"NGGAK!! Nggak mau!! Nggak mau orang lain!!"

Devan langsung menepuk bahu Gauri pelan.

"Oke, oke… tenang… tenang. Nggak ada orang lain."

Gino mendekat sedikit.

"Sari cuma bantu ..."

"NGGAAAAK!!" jerit Gauri, wajahnya langsung tegang dan menangis lagi.

Devan mengangkat tangan ke arah Gino.

"Kau keluar dulu. Biar aku saja."

Gino mengunci mulutnya.

"Oke. Tapi… kau yakin kuat?"

Devan mengangguk. Semalam juga dia malah membantu Gauri mandi.

"Kalau gitu aku panggil Sari ke sini, tapi dia nggak masuk. Dia tunggu di luar, cuma supaya gak ada gosip lain."

Devan mengangguk. Dari semua mantan teman kelas mereka, memang Sari yang paling bisa di percaya.

Sari datang beberapa menit kemudian setelah di telepon Gino, begitu melihat Gauri memeluk Devan erat-erat dan tidak mau melihat orang lain, ia langsung mengangguk paham.

"Aku tunggu di luar. Kalau butuh apa-apa panggil," kata Sari lembut.

Devan mengangguk sopan.

"Makasih, Sari."

Mereka menutup pintu, meninggalkan Devan dan Gauri di dalam.

Devan duduk di sisi kasur, mencoba menarik selimut agar Gauri hangat. Namun gadis itu justru memegangi kausnya.

"Ganti baju dulu ya," bujuk Devan pelan.

Ia duduk lebih dekat dan mengusap pipinya.

"Kakak bantu, ya?"

Gauri mengangguk kecil, wajahnya menunduk. Devan menelan ludah. Ia tidak ingin membuat Gauri merasa tidak nyaman atau takut, jadi ia bergerak pelan-pelan, penuh kehati-hatian. Ia mengambil handuk, lalu membantu melepas baju basah Gauri, memastikan gadis itu tetap tertutup dengan selimut dan tidak merasa terancam. Gauri patuh, hanya sesekali mengusap air matanya, masih syok tapi tidak tantrum lagi.

Setelah pakaian bersih terpasang, Devan mengeringkan rambut Gauri dengan handuk kecil. Gadis itu diam, hanya memandangi boneka yang kini tergeletak di pangkuannya.

"Kakak, boneka nggak mati, kan?" suaranya kecil sekali.

Devan tersenyum lemah, mengelus rambutnya.

"Nggak. Dia cuma basah. Nanti kita keringin bareng, ya?"

Gauri mengangguk. Di luar kamar, Gino dan Sari berdiri berdampingan.

"Sar, jangan gosipin Devan yang gantiin baju Gauri ya."

Sari menatap pintu kamar, lalu mengangguk.

"Aku tahu kamu panggil aku ke sini buat apa. Tenang saja, dari dulu kau juga sudah tahu aku bukan tukang gosip kan?"

Gino tertawa kecil.

"Nanti aku kirim foto baru Agam." katanya. Tahu benar apa yang Sari suka. Lihat saja, matanya langsung bersinar.

"Beneran? Awas nggak ya!"

"Tenang bos. Kamu nggak akan rugi berbisnis denganku."

Mereka berdua tertawa kecil. Sangat kecil, takut mengganggu Gauri di dalam. Lalu Gino mulai cerita kenapa Gauri bisa sakit begitu. Dan Sari tertegun. Merasa kasihan, ikut sedih dengan apa yang di alami Gauri, juga Agam. Ternyata tunangan Agam yang meninggal itu, adalah kakak kandungnya Gauri.

Sari pernah galau berat waktu dengar Agam akan nikah sama tunangannya, tapi juga pernah mendoakan kebahagiaan pria itu setelah menikah. Siapa yang tahu akan terjadi masalah seperti ini.

1
Anonim
Peringatan dari Agam perlu dipahami Devan - tapi bunda Vini pingin banget segera menimang cucu 😄.

Ayah Rudy memberi masukan - bulan depan nikahnya.

Agam menambahkan - di akhir pekan.

Devan siap dong kapan saja.
Anonim
Gauri, Devan di jemput Agam dan Ares, mereka langsung pulang ke rumah keluarga Agam dan Ares.
Mereka ke sana untuk membicarakan tanggal pernikahan Devan dan Gauri.

Mobil sampai di halaman rumah keluarga Agam - terdengar teriakan menyebut nama Gauri.

Gauri dipeluk hangat bundanya Agam dan Ares - yang disebut Bunda juga oleh Gauri.

Pembicaraan tentang pernikahan Devan dan Gauri - pihak keluarga Agam menghendaki secepatnya. Devan sepemikiran.
shenina
bunda vini uda g sabar nimang cucu 😁
dnr
bagaimana dg kakek devan ? apakah setuju devan nikah sma gauri?
Septi
Devan Minggu depan juga oke-oke aja kan..
btw ini Devan keluarganya gimana? perasaan belum di ceritain, atau aku lupa ya 😅, taunya Rumah Sakit tempat Agam kerja itu punya ayahnya Devan.
Septi
bersyukur Gauri disayangi semua keluarga Agam
Al Fatih
AQ ikut berbahagia utk kak Devan dan Gauri.
TriAileen
gimana dgn keluarga Devan
faridah ida
pasti siap ya Dev ...😂😂😂
semoga pernikahan kalian lancar tidak ada pengacau ..
hansen
jika diberi shok terapi ingatan Gauri kembali nga yah🤭
hansen
kapan sembuh nya Gauri thor
ari sachio
mgkn akn sedikit mengadung bawang merah bila gauri punya ank sdngkn mentalny blm sembuh.mgkn saat it bg gauri anknya akan dianggap boneka
Rita
smg dilancarkan,otw sah on
Santi Nuryanti
ud jgn lma2 klo bs mgg dpn🤣🤣🤣
Dwi Winarni Wina
lebih cepat lebih baik niat devan menikahi gauri, smg ingatan gauri kembali dan gauri sembuh...

tapi gauri tidak akan menolak disentuh sm devan telah jadi suami istri, gauri menempel terus sm devan...
Dengan tulus dan telaten devan akan merawat gauri sampai sembuh, keadaan gauri sakit aja mampu membuat hati devan dingin dan datar luluh...

keadaan gauri sakit devan menerima gauri apa adanya, devan mencintai gauri sangat tulus, sabar ya devan nanti jadi suami istri pelan-pelan aja ajarin gauri😀
RiriChiew🌺
yuhuuu tiba² aja udh mauu nikahh, dan siapa tau Devan bisa dgn pelan² jadi obatt buat Gauri sembuhh . duh gak sabarr bnget 😁
Munasiyah Kiy
akhirnya yg di tunggu² up jga
Ita rahmawati
boleh disentuh dg perlahan tp ya jgn dulu dijadiin cucu dong bun 🤦‍♀️
gimana ceritanya gauri yg sprti anak² tetiba hamil eh tp sapa tau sg bgtu sakitnya bisa sembuh 🤣🤣
Dian Rahmawati
wah devan salah tingkah 🤣🤣
Hanima
👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!