Mendadak Nikah

Lingga sudah sampai di rumah dan di sambut oleh Leo yang membantunya menurunkan semua belanjaan Lingga. Ada Mey juga yang turut membawa semua belajaan Lingga ke dapur.

"Mey ... Tolong simpan semua dan rapihkan. Saya mau masak sekarang," ucap Lingga pada Mey.

"Iya Nona," jawab Mey sopan.

Mey undur diri dengan beberapa kantung belanja yang di bawanya ke dapur.

"Mas Diko ekhmmm maksud saya, Tuan Diko belum pulang?" tanya Lingga pada Leo.

"Sudah. Ada di kamar," ucap Leo pelan.

"Ohhh oke. Kalau Oma Anna?" tanya Lingga kemudian.

"Oma Anna sepertinya marah dengan Nona, karena tadi Oma Anna ke kantor, Nona Lingga tidak ada, dan sampai sekarang belum pulang," ucap Leo jujur.

Nampak penyesalan di wajah Lingga. Posisinya serba salah. Tadi, tba -tiba saja Diko mengajaknya pergi.

"Tapi, tadi Tuan Diko mengajak saya pergi. Mana mungkin saya tolak," ucap Lingga bingung.

"Itu sih deritanya Non Lingga," ucap Leo santai.

"His ... Kok gitu sih? Saya kan nanya beneran." ucap Lingga kesal sambil mengehntakkan kakinya lalu masuk ke dalam.

Lingga yang mau naik ke atas menuju kamarnya sedikit ragu. Lingga tahu, Diko sedang marah. Kakinya tetap melangkah ke atas menuju kamarnya. Apapun yang terjadi, Lingga sudah siap.

Lingga mengetuk pintu kamarnya dan memanggil Diko dengan suara pelan.

"Mas Diko ... Mas ...." panggil Lingga pelan sambil mengetuk pintu tapi sama sekali tidak ada pergerakan dari dalam.

ceklek ...

Lingga masuk ke dalam kamar Diko. Benar sekali Diko sedang tertidur tengkurap di atas kasurnya. Satu botol minuman ada di lantai dan sudah kosong. Itu tandanya, Diko habis minum minuman keras. Di atas nakas juga terdapat gelas berisi cairan hitam yang entah apa? Tapi sudah habis di minum. Aromanya seperti jamu.

Lingga mengambil botol minuman itu dan meletakkannya di nakas. Tubuh Diko bergerak dan kini terlentang sambil meracau nama Anggie, nama kekasihnya sekaligus wanita yang seharusnya di nikahi oleh Diko. Wajah Diko sudah memerah karena mabuk.

"Mas ... Mas Diko," panggil Lingga pelan.

Lingga meninggalakna Diko menuju kamar mandi dan mengganti pakaiannya.

Shitt!!

"Bajunya belum ada, sepertinya Mas Diko belum membawa pakaian yang sudah di belinya tadi," gerutu Lingga dengan kesal.

Terpaksa Lingga mencari kaos milik diko di lemari. Merasa aman, karena Diko sudah terlelap walaupun ia tertidur karena sedang mabuk. Lingga keluar dengan tubuh yang hanya di lilit oleh handuk saja.

Diko yang sudah terbangun dan duduk di atas kasur melihat Lingga yang begitu cantik dengan tubuh indah membuat jiwa kelaki -lakiannya muncul. Ada yang terasa sesak di bawah sana.

Pelan sekali langkah Diko menuruni ranjang dan berjalan mendekati Lingga yang telah menurunkan handuknya dan akan memakai kaos oblong yang ia temukan secara asal. Diko yang masih dalam pengaruh alkhohol dan obat perangsang yang sengaja di letakkan di kamarnya oleh Oma Anna, membuat Diko kalap seketika.

Dalam bayangan Diko hanya ada Anggie, ia kecewa pada perempuan yang telah lama ia pacari. Rasanya ingin merusak gadis itu dan akan di lampiaskan pada Lingga, sosok wanita yang ada di depannya saat ini.

Tangan Diko terulur dan langsung memegang perbukitan yang masih kencang milik Lingga, membuat gadis itu membalikkan tubuhnya dan ketakutan. Tanpa sengaja dan spontan, Lingga menampar pipi Diko dengan sangat keras.

PLAK!!