NovelToon NovelToon
Casanova Kepincut Janda

Casanova Kepincut Janda

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perbedaan usia / Romansa-Percintaan bebas
Popularitas:184.9k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bari abdul jalil, nama yang religius. Kedua orang tuaku pasti menginginkan akun tumbuh menjadi pribadi yang sesuai dengan nama yang diberikan. Tapi kenyataan justru sebaliknya. Saat dewasa justru aku lupa dengan semua ajaran yang diajarkan oleh mereka di waktu kecil. Aku terlalu menikmati peranku sebagai pecinta wanita. Hingga suatu ketika aku bertemu dengan seseorang yang sangat berbeda dari wanita yang aku pacari.
Mau tahu apa bedanya? dan bisakah aku mendapatkan apa yang aku mau?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

"Ibu sudah sadar?" tanyaku berjalan mendekati ranjang ibu.

"Alhamdulillah udah dari dokter periksa tadi. Kamu kemana aja? Kenapa nggak langsung masuk begitu dokter selesai periksa?"

"Ngabarin Farah dulu bu. Harus pinjam telepon rumah sakit buat telepon ke rumah. Aku nggak bawa hape tadi. Nunggu lama ya? Maaf ibuku sayang." Aku menggenggam tangan ibu dan mencium punggung tangannya.

Mataku beralih manatap Arumi, aku tahu dia tersenyum kecil di balik cadarnya. Hal itu bisa terlihat dari matanya yang sedang menatap ibuku.

"Ibu kenal Arumi?"

"Kamu kenal juga?" Bukannya menjawab pertanyaan ku, ibu malah melempar pertanyaan balik.

"Baru kenal beberapa minggu yang lalu. Ibu kenal dari mana?"

"Arumi ini anak teman ibu. Teman arisan."

Aku hanya manggut-manggut saja. Aku tak ingin bertanya lebih jauh mengenai perkenalan ibu dan juga Arumi. Kenapa dunia ini sempit sekali?

Syukurlah, aku jadi tak harus memikirkan topik untuk bicara berdua dengan Arumi. Pembicaraan kami mengalir begitu saja, membahas banyak hal. Justru ibuku dan Arumi lah yang banyak bicara, aku hanya mendengar mereka saja. Tak apa, aku sangat nyaman melihat pemandangan ini. Aku tak perlu lagi membuat mereka akur atau akrab satu sama lain. Mereka sudah pas jika menjadi menantu dan juga ibu mertua.

Aku menikmati obrolan para wanita di depanku. Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan, aku hanya fokus pada wanita bercadar di depanku. Hingga di detik berikutnya salah satu suster memanggil dokter kandungan sholehah itu.

"Sekali lagi terimakasih ya Rum," ucapku sebelum Arumi pergi.

"Iya sama-sama. Saya permisi, cepat sembuh ya bu. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Kami mengantar kepergian Arumi dengan senyum yang sedikit mengembang.

"Kamu kenapa ngelihat begitu? Jangan sampai jadikan dia korban kamu juga ya. Ibu akan benar-benar marah sama kamu kalau sampai kamu melakukan itu."

"Nggak kok bu. Ibu suka sama dia?"

"Suka lah. Nggak ada yang nggak suka sama Arumi. Dia baik, sholehah, lemah lembut. Wanita idaman laki-laki sejati dia itu. Ibu kenal sama Arumi dan ibunya sudah lama. Bahkan sebelum Arumi pakai cadar."

"Apa? Jadi ibu tahu wajahnya Arumi bagaimana?"

"Iya lah. Kan Arumi pakai cadar baru beberapa bulan."

Jujur saja pernyataan dari ibu membuat aku terkejut. Itu artinya Arumi baru-baru ini memakai cadar. Ah kenapa aku mengenalnya terlambat.

"Ngapain kamu diam? Jangan mikir yang nggak-nggak ya. Ibu hajar kamu," ancam ibu yang melihat gelagat aneh dariku.

"Apaan sih bu. Curigaan banget sama anak sendiri, heran. Jodohin aku sama dia bu. Aku udah berusaha mendekati dia beberapa minggu ini, tapi dianya kayak nggak mau."

"Wajarlah. Kamunya aja macam buaya."

"Bantuin aku deketin dia bu," rengek ku seperti anak kecil minta mainan.

"Nggak. Ibu nggak mau jodohin kamu sama dia, Arumi memang menantu idaman ibu, tapi kalau kamu nggak berubah ya ibu nggak mau. Ibu takut kamu belum berubah betul, ibu takut kalau nanti kalian beneran nikah, penyakit kamu kambuh. Ibu nggak mau menyakiti Arumi sedalam itu."

"Ibu aku sudah berubah. Pacarku tinggal satu, nanti akan aku tinggalkan dia. Dan menikah dengan Arumi."

Plak!

Ibu memukul lenganku sekeras kerasnya. Meskipun sakit, tanaga ibu seperti tak berkurang sama sekali. Pukulan tangannya masih terasa panas di kulit lenganku.

"Sakit ibu," keluh ku kesal.

"Bodo amat. Ibu mau tidur aja dari pada dengar kamu, darah ibu makin tinggi ngomong sama kamu," ucap ibu kesal lalu mengubah posisi tidurnya menjadi membelakangi ku.

Aku hanya menghela nafas panjang. Ibuku belum percaya bahwa aku benar-benar berubah. Tapi tak apa, wajar saja jika semua orang tak percaya dengan perubahan ku yang terbilang tiba-tiba.

Aku membiarkan ibu tidur dengan sesuka hatinya. Aku beranjak dari kursi dan memindahkan tubuhku di sofa. Aku melihat jam dinding yang terpasang di sana. Masih jam sembilan pagi, masih terlalu pagi untuk tidur, tapi badanku rasanya sangat lelah. Selesai lari pagi langsung menggendong ibu dalam jarak yang cukup jauh. Aku merebahkan diri, dan tiba-tiba saja mataku berat. Akhirnya aku tertidur di sofa.

Baru saja memejamkan mata, aku di kejutkan dengan suara deritan pintu yang dibuka. Aku melihat dua sejoli yang tadi pagi berniat ingin aku interogasi.

"Heh, lo ngintil adek gue mulu perasaan," ucapku pada Firdaus.

"Baru juga hari ini. Geseran dikit bang."

Aku tercengang dengan apa yang baru saja aku dengar. Bang? Sejak kapan dia se lancang ini memanggilku dengan sebutan bang. Kang parkir kali ah.

"Cinta banget lo sama adek gue?" tanyaku penasaran.

"Iya lah ma..."

"Kok bisa darah tinggi ibu kambuh lagi sih kak?" Potong Farah dengan cepat. Nampaknya, adikku ini tak mau jika permasalahan pribadinya di ulik oleh kakaknya.

Aku dan ibu memang membatasi Farah dalam pergaulan. Baik teman laki-laki maupun perempuan. Jaman sekarang tak ada yang menjamin penampilan sama dengan sikap dan perilakunya. Ibu takut jika Farah salah pergaulan seperti ku dan bisa merugikan diri sendiri.

Ibu juga melarang keras Farah berpacaran dengan siapapun jika belum lulus kuliah. Tapi hari ini membuat aku curiga, bahwasanya Farah sedang melanggar aturan ibu. Dia pasti menyembunyikan sesuatu, tapi apa mungkin jika Firdaus dan Farah benar-benar menjalin hubungan serius? Tapi tidak semudah itu juga. Farah sangat pemilih dalam pergaulannya karena batasan itu tadi. Mana mungkin jika Farah mau menjalin hubungan dengan pria slengean begini. Tak mungkin.

"Ibu kecapean kata dokter. Biasa lah namanya juga manusia udah berumur. Hal yang wajar jika keluar masuk rumah sakit. Yang penting kita jaga pikiran ibu biar nggak mikir aneh-aneh."

"Kakak tuh yang bikin ibu mikir terus. Kelakuan bukannya dibenerin, udah tua juga," protes Farah dengan bibir mengerucut.

"Apaan sih dek. Kakak nggak melakukan apapun, kenapa jadi kakak yang di salahin," protes ku tak terima.

"Jangan berisik, bu Rahma lagi tidur!" sela Firdaus.

"Udah ah gue pulang. Lo berdua jaga ibu bentar, gue mau mandi sekalian sarapan."

Aku beranjak pergi tanpa menunggu jawaban dari keduanya. Biarkan saja mereka mau melakukan apapun asal tidak yang neko-neko. Aku kenal Firdaus, meskipun dia ngeselin dan slengean, dia pria yang baik dan tidak neko-neko. Dia cukup dewasa jika hanya menghadapi seorang Farah.

Aku melipir ke kantin terlebih dahulu. Perutku sangat lapar, sejak pagi tak memakan nasi, hanya bubur saat lari pagi tadi, itupun hanya sedikit.

Aku duduk dengan menopang dagu dengan salah satu tanganku. Aku merasa bosan jika bepergian tanpa ponsel. Aku sengaja duduk di kursi paling dekat dengan etalase dengan memasang wajah melas agar penjualannya peka dan segera memberiku makan. Ya Tuhan, wajahku sudah jelas sekali melas kenapa orang-orang tak peka.

"Mbak, jus alpukat dong satu."

Aku mendengar suara wanita yang aku bayang-bayangi beberapa minggu terakhir. Aku seketika menoleh ke sumber suara.

"Arumi." panggil ku.

Arumi menatap ku sebentar lalu menunduk lagi.

"Duduk sini Rum. Nggak deketan kok. Cuman duduk di satu bangku aja. Dan kita nggak berduaan," kataku yang sudah mulai mengerti dengan cara pikir Arumi.

"Terimakasih kasih Bari, tapi aku sedang buru-buru. Lain kali saja jika ada kesempatan."

Jawaban Arumi tidak lagi segalak dahulu. Meskipun kata-kata halusnya berisi penolakan, aku senang Arumi berbicara halus denganku. Tak lagi ketus seperti sebelumnya. Alhamdulillah, setidaknya ada kemajuan. Aku tak ingin gegabah lagi kali ini. Akan aku ikuti saja apa yang jadi maunya.

"Saya permisi ya." Arumi pamit setelah menerima satu cup jus alpukat.

Aku hanya menggangguk tersenyum, menunjukkan aku tetap cool meski Arumi sudah mulai ramah. Padahal dalam hati aku jingkrak-jingkrak ingin jungkir balik di tempat.

Bersambung

1
Harjanti
lha tegas gitu dong bari..
Ani Yuliana
itu dia 5thn baru hamil, keguguran, trus rahimnya d angkat sis 🙏
Harjanti
arumi belagu...
Duda Fenta Duda
bukan kumpul sapi bari tapi kumpul monyet😁😁
Kusii Yaati
celap celup tp di bibir sama aja bohong bari,itu bibir kamu bekas lumatan cewek2 kamu🙉
Erlinda
kok aq seperti membaca diari ya bukan novel
langit
mantap cerita nya
langit
apakah tasbih? benda kecil yg dimaksud?
Fitriyani
bgtu syng nya Arkan sm istrinya,tp bs bgtu brutalnya Dy SM Arumi,,,🤦
emang sih Dinda org yg Dy cinta,tp bs Dy lgsg brubah psiko SM Arumi..
Fitriyani
untung tiba2 Aksan bs menyikapi bijak...
Fitriyani
apa sih krj Arkan tu Thor,kq Dy bs LBH brkuasa gt dr bari....
Fitriyani
mgkin sebagian orang akan menganggap sikap Arumi salah n brlebihan,tp mnrt q,,sikap Arumi udh benar.mengingat gmn sikap Arkan terdahulu.klo q ada d posisi Arumi,aq jg akan mlkukn hal yg sm,aq g akan rela org yg dulunya g prnh mngakui ank,bhkn mnyiksa lahir batin,skrg tb2 dtg butuh pengakuan,,
mamp*s aja Lo Arkan😠
Fitriyani
jgn bilang nti xan sibuk mau ngrebut hak asuh Caca y.....
Abid
Biasa
linamaulina18
BNR t ibu, msh single blm tentu menjaga k hormatnya
linamaulina18
lumayan
linamaulina18
jgn2 anknya dokter yg bercadar itu lg
linamaulina18
🤣🤣🤣🤣
linamaulina18
bgs deh kirain ska celap celup
linamaulina18
selain tampan dirimu ska celap celup jg gt aja bangga ckckck
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!