Birgitta, nama gadis yang kerap disapa dengan Bita. Gadis ceria yang tidak pernah bergantung pada siapapun, dan selalu menyelesaikan masalahnya sendiri dengan baik. Hidupnya hanya sebatang kara, tanpa memiliki sanak keluarga di mana pun.
Kehidupannya yang dulu warna-warni kini terjebak dalam kehidupan hitam-putih seorang pria yang mengikatnya dalam pernikahan yang disengaja.
Alhambra Zeroun, pria itu menarik Bita untuk duduk di pelaminan, dan memaksa gadis itu menjadi istrinya hanya untuk menghindari pernikahannya yang hampir saja terjadi dengan gadis lain pilihan orang tuanya.
Tidak memperdulikan tatapan tajam dari semua orang disana karena kelakuan gilanya, yang penting ia terbebas dari desakan orang tuanya yang terus memintanya untuk menikah.
Akankah Bita bisa menerima Alze menjadi suami dadakannya? Lalu bagaimana pernikahan mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WaterBlue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Kebebasan
"ish,Lo buat malu kami aja kak!" gerutu Azza menghentak-hentak kakinya,bagaimana tidak malu? Alze berteriak seperti orang kesetanan memaksa bianglalanya berhenti,tidak peduli image tampannya jatuh,toh walaupun ia sudah begitu masih banyak yang menggilainya dengan kagum.
"anjiir rusak citra gue jadi orang tampan. Lo malu-maluin kak,sumpah yaa astaga!!" gusar Sam mengusap wajahnya kasar. Alze tidak peduli ocehan para adik-adiknya,matanya terus celingak-celinguk mencari seseorang yang terus menganggu pikirannya.
"ck,sekarang kita mau kemana sih???" tanya Azza kesal,daritadi mereka hanya keliling tidak jelas didalam pasar malam. Entah apa yang dicari kakaknya itu,yang jelas saat ini kakinya sudah tidak kuat lagi berjalan.
"guee capek kak!!" rengek Azza.
"iyaa,ngapain sih kita muterin ini muluk? Lo mau cari apa sih?!" Sam kesal,Alze berdecak pelan melirik kearah dua adiknya. "apasih?? diam aja kalian,kalian harus ikut aku sebagai hukumannya!" sentak Alze membuat keduanya bungkam saling melirik satu sama lain.
Sam dan Azza berdecak kesal,ingin rasanya mereka menggetok kepala kakaknya itu,namun mereka hanya bisa menghela napas pelan mengingat beban masalah yang dipikul kakaknya ini berat bagi mereka.
Sam sedikit curiga menatap kakaknya seperti mencari seseorang,bukan lelaki tetapi seorang gadis. Sebagai pemegang jabatan playboy tentu ia tahu gelagat orang seperti itu. Senyumnya melengkung keatas saat tanpa sengaja melihat gadis yang ia kenali diujung sana bersama kedua gadis kecil didekatnya.
Oh, ternyata Lo penyebabnya. gumam Sam menggeleng-geleng pelan melihat Alze dan Bita secara bergantian. Benar saja,Alze tanpa sadar berhenti lalu menoleh kearah Bita dari kejauhan.
Bita asyik memainkan pancing-pancingan lele bersama kedua bocah kecil itu. Seolah tidak mengenal waktu,mereka terus asyik mencoba memainkan apapun yang ada disini sesuai dengan uang yang dibawa mereka.
"mbak tangkap lele yang itu!!" seru Clara menepuk berkali-kali bahu Bita. Bita mengangguk dengan bersemangat menangkap lele itu dengan jaringan ditangannya. "yey dapat!!" serunya.
"lagi mbak,iiih lele yang itu menggeliat kali,gelii!!" Lila merasa merinding melihat lele yang terus menggeliat didalam kolam.
"wait yaa,ini masih mbak usahakan!" seru Bita fokus menatap satu ekor lele targetnya. "awas putus ekornya mbak,jangan ditangkap kayak gitu!" protes Clara merinding melibat betapa bar-barnya Bita.
"tenang...tenang,santai dia nggak bakalan kesakitan kok." ucap Bita menenangkan mereka berdua. Usai mereka mengumpulkan beberapa ekor lele didalam ember,mereka pun langsung melepaskan lelenya lagi kedalam kolam.
"loh,kok mbak masukin lagi lelenya?" tanya Lila bingung. Sudah susah-susah ditangkap,eh malah dibuang dengan mudah. Bita mengacak rambut Lila gemas, "ini bukan punya kita sayang,ini punya orang yang punya kolamnya. kita cuman main-main aja." ucap Bita langsung berjalan menuju pemilik permainan lele tersebut sambil menyodorkan uang ditangannya.
"makasih ya mbak." seru pemilik itu lalu dianggukan Bita. Bita melirik jam tangannya,terkejut melihat sudah pukul sepuluh malam. "waduh,tidak baik gadis kecil diluar malam kali,ayo pulang!" ajaknya cepat,beruntung saat mereka dihalte kebetulan ada bus terakhir yang mengangkut orang disana,dengan cepat mereka masuk kedalam bus dan duduk bersampingan.
***
Sam menepuk pelan bahu Alze,ia mati-matian menahan tawa melihat betapa kagetnya Alze saat ia tepuk tadi. "dia sudah pulang,yok kita pulang." sindir Sam berjalan mendahului Alze. Sedangkan Azza sudah terlebih dahulu berjalan menuju mobil Sam untuk tidur. Alze sedikit tersentak saat Sam menyadari tingkah konyolnya itu.
"huft,kak sampai jumpa dirumah." serunya sebelum masuk kedalam mobil,sedangkan Alze mengangguk pelan sambil menghidupkan mobilnya. "aku duluan." ucapnya singkat langsung melajukan mobilnya keluar dari area pasar malam.
Sam berdecak pelan melihat Azza tidur seperti tidak selayaknya perempuan pada umumnya. Adiknya itu sesekali mengelap air liurnya pada jok mobil Sam.
"ish,dasar bocah jorok. Ya ampun,gimana mau punya cowok Lo kalau sejorok ini?"
"apa sih,ribut!" gerutu Azza masih menutup matanya. Ia membalikkan posisi membelakangi kakaknya. Sam hanya mengumpat kesal,dan melajukan mobilnya menuju rumah.
Sampai rumah,ia menyerngit bingung melihat mobil Alze terparkir diluar,lalu ia melirik mobil asing didepan mobil Alze membuat jiwanya penasaran. Siapa Pemiliki mobil asing itu?
Sam menepuk keras bahu Azza,agar adiknya itu segera bangun. "woi bangun!! sahur woi! sahur!"
Azza menepis tangan Sam dan mengeratkan jaket yang membalut tubuhnya. "jangan ganggu!"
"idih,gue nggak gangguin Lo yaa!! tapi,tolong buka mata tuh lebar-lebar,ada tamu dirumah!"
"lalu? gue harus bilang wow gitu??" kesalnya sambil mengucek matanya. Lagi enak-enak tidur,malah diganggu oleh kakaknya yang menyebalkan itu.
Sam kesal langsung memukul kepala Azza pelan, "ish,ada tamu bego. Kita liat yok!" ajak Sam menarik tangan Azza tanpa persetujuan dari pemilik tangan itu. Azza yang masih mengumpulkan nyawa terpaksa berjalan linglung mengikuti kakaknya masuk kedalam rumah.
Sampai didalam mereka mendengar samar-samar,ada orang yang berbincang-bincang dan nama Alze terus disebut didalam perbincangan tersebut. Sontak telinga mereka menguping dibalik dinding rumah sambil mencerna maksud dari pembicaraan orang dewasa itu.
"kita akan menikahkan mereka dua hari lagi,kalau dua minggu takutnya kelamaan." usul wanita paruh baya itu.
"oh bagus juga,ya udah nanti kami akan siapkan dekorasinya!"
"akan kami bantu nantinya."
"bagus,yey Alhamdulillahlah mereka segera menikah." seru Haura menepuk pelan bahu Alze. "mama senang kamu setuju nak." ucap mama.
Sedangkan dua anak yang lainnya hanya diam dan merasa kasihan melihat kakaknya terlihat diam sesekali mengangguk menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya. Usai mereka hendak beranjak pulang, buru-buru Sam dan Azza berlari keluar sambil bersembunyi dibalik semak.
Tetapi,Haura memergoki anak-anaknya sudah pulang terlebih dahulu dan tidak berniat masuk. Ia mempersilakan calon besannya pulang,barulah ia mendatangi anaknya. "ckckckck,kemana saja kalian hah?"
"heheheh kan tadi aku sudah foto maa,kalau mau pulang telat." ucap Azza membela dirinya.
"huft,mama tau kok. Ya sudah ganti baju sana,ya ampun anak gadis bukannya pulang cepat malah jalan-jalan dia." gerutu Haura menatap heran kearah anak gadisnya.
"hehehehe,aku ke kamar dulu yaa maa." pamit Azza sambil menyalami mamanya dan berlalu masuk kedalam sedangkan Sam yang hendak berdiri langsung ditahan oleh mamanya.
"mau kemana kamu??" tanya Haura menatap tajam kearah putra keduanya.
"mau masuk ke kamar maa,mau tidur."
"enak aja tidur,kamu bukannya disiplin dihari pertama jadi mahasiswa malah bolos!" cerca Haura saat mendapat surat peringatan dari kampus Sam. Ia begitu gemas melihat putra keduanya itu sangat bertolak belakang dengan putra pertamanya yang menurut dan patuh padanya.
"tapi maa,kan baru dihari pertama,bisalah toleransi dong."
"haduh ini anak menjawab trus! kamu masukin semua mobil kedalam bagasi,jangan harap bisa masuk sebelum kamu menyelesaikan semuanya!!" titah Haura melenggang masuk meninggalkan Sam diluar.
"ya ampun apes banget. Orang lagi capek nih,huft." gerutunya pelan,namun ia kembali melirik kearah rumahnya dengan tatapan yang sudah diartikan.
"maaf maa,aku bukan orang yang bisa menuruti kemauan mama,aku juga butuh kebebasan hakku. Begitu juga dengan kak Al yang mama bilang anak penurut itu." gumamnya pelan lalu berjalan menuju mobil yang akan dimasukkan kedalam bagasi.
kalo bahasa Indonesia yg saya tahu itu mengernyit