[ Beberapa Bab belum di revisi ] Mohon maaf jika tidak update, ya. 🙏
Berkisah dari seorang gadis cantik yang bernama Amelia Andini Wijaya. Gadis yang kerap disapa Amel memilik sahabat yang sudah bagaikan saudara baginya, namun sahabatnya itu malah mengkhianatinya. Sahabat Amel berselingkuh dengan seseorang yang paling Amel cintai.
Hubungan Amel kandas setelah 3 tahun bersama. Membuat Amel begitu frustasi tak dapat menerima pengkhinatan dari sahabat dan pacarnya.
Demi melampiaskan rasa sakit hatinya, Amel memutuskan untuk mencari seorang gigolo. Hingga malam itu terjadilah penyatuan tanpa cinta.
3 tahun kemudian. Amel menyandang status sebagai seorang singgle Mommy. Amel dibantu Si Tukang ojek online cantik yang dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.
Tidak disangka-sangka seorang gigolo yang melakukan malam bersama Amel adalah seorang CEO sekaligus Direktur perusahaan besar yang ada di kota H.
Bagaimana kehidupan mereka setelah itu?
Simak ceritanya di sini.😉
Happy Reading All! 📚☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irwti Asnn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FOMC 12
"Terus," sergah Azka, acuh tak acuh dengan perkataan Asistennya. Bahkan posisi duduknya masih tetap sama.
"Di dalam salah satu berkas lamaran pekerja ada seorang wanita, yang mirip dengan wanita yang Tuan cari selama ini," jelas Asisten pribadi Azka lantang dengan satu tarikkan nafas.
Azka belum bergeming dari tempat duduknya, dan masih tetap fokus mengerjakan pekerjaannya, berkutat dengan laptop pribadi miliknya. Dia kemudian mencernah kembali, apa yang di sampaikan oleh asisten pribadinya tadi dan kemudian ...
"Apa itu benar?!" tanya Azka sedikit berteriak, dan berhenti dari pekerjaannya.
"Silahkan Tuan periksa dulu berkas yang ada di tangan saya! Ini Tuan berkasnya!" ucap Asisten pribadi Azka, lalu menyodorkan berkas yang ada di tangannya.
"Sekarang juga kamu hubungi dia! Dan katakan bahwa, dia sudah diterima kerja di sini dan besok dia sudah harus menandatangani kontrak kerjanya!" ucap Azka memberi perintah, karena tidak sabar bertemu dengan wanita yang ditemuinya tiga tahun lalu.
Arya tak banyak bicara lagi dan langsung menghubunggi Amel.
Tut ... tut ... tut ...
Bunyi panggilan keluar dari handphone Arya, tidak lama kemudian teleponnya diangkat. Arya membuka pembicaraan.
"Hallo, selamat siang." Tegas Arya.
"Iya. Siang Pak," ucap wanita, dibalik telepon dengan ramah.
"Apa benar ini dengan Nona Amelia Andini Wijaya?" tanya Arya memastikan.
"Ya, benar dengan saya sendiri. Ada apa ya, Pak?" tanya wanita di seberang telepon.
"Saya dari perusahaan Abraham Group Agency. Menerima lamaran kerja anda, besok anda sudah boleh datang untuk menandatangani kontrak kerja,"jelas Arya.
"Baik Pak. Terima ka--" Azka segera memberi isyarat agar menutup teleponnya.
Melihat itu Arya langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuannya. Tapi, Arya sudah sempat mendengar wanita di seberang telepon mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya teleponnya terputus.
"Bagaimana?" tanya Azka datar.
"Sudah Tuan. Saya telah menyelesaikan tugas yang Tuan perintahkan," ucap Arya kepada Azka, orang yang memberi perintah padanya.
"Bagus," ucap Azka penuh arti, dan sedikit menyunggingkan senyuman di bibirnya.
Apa tadi aku tidak salah lihat? Ini baru pertama kalinya, aku melihat dia tersenyum, batin Arya heran dengan tingkah Azka.
...----------------...
☉Keesokan harinya.
Azka mengetahui bahwa sekretaris pribadinya bekerja sama dengan seseorang, untuk menghancurkan perusahaan yang di kelolahnya. Azka bahkan tidak mendapatkan petunjuk apapun mengenai pengkhianatan yang dilakukan oleh sekretaris pribadinya.
Sudah lama sekretarisnya itu bermain gelap, Azka baru mengetahui saat sekretarisnya teledor hingga membuatnya ketahuan. Azka sangat yakin bahwa sekretarisnya adalah tameng dari dalang di balik semuanya.
Pasti ada pendukung besar yang mendukungnya. Jika tidak bagaimana mungkin dia berani mengkhianatiku, batin Azka.
"Arya. Segera pergi dan bawahlah Amel ke ruangan saya. Tidak lupa panggil Bayu juga untuk menghadap saya di sini," ucap Azka memberi perintah.
"Baik Tuan. Saya permisi," patuh Arya berjalan keluar ruangan.
Beberapa menit kemudian setelah Arya berlalu.
Tok ... tok ... tok ...
Terdengar ketukkan pintu dari luar ruangan.
"Masuk!" ucap Azka dingin.
Bayu setelah mendapatkan panggilan dari Azka bergegas pergi keruangan Azka.
"Berani-beraninya Anda mengkhianati saya!" ucap Azka tersulut emosi membuang berkas ke wajah Bayu.
"Am--Ampun T--Tuan. Sa--Saya juga ... juga ter--terpaksa!" jelas Bayu gugup. Mulutnya bergetar ketakutan memohon pengampunan dari Azka.
Azka paling benci dengan orang yang tidak setia, dia tidak akan sungkan lagi untuk melakukan hal yang kejam pada orang yang berani mengkhianatinya.
Kriet ...
Bruukk!
Bunyi pintu terbuka dan tendangan Azka hampir bersamaan.
Azka melihat Amel yang terkejut sedang menatap orang yang baru saja dia tendang. Azka langsung memberi isyarat pada Arya untuk segera menyeret pengkhianat itu. Azka terus memperhatikan Amel yang masih mematung.
"Ehem," Azka berdehem agar Amel sadar dari lamunannya. Tetap saja Amel masih menundukkan kepalanya.
Apa dia takut dengan yang apa yang telah aku lakukan? tebak Azka dalam hati.
"Ada keperluan apa sampai kamu datang ke ruangan saya?" tanya Azka datar, pura-pura tidak tahu.
Kenapa dia diam? batin Azka.
"Kok diam?" tanya Azka datar.
"Ma--Maaf Pak," jawab Amel gugup.
"Terus?"
"Sa--Saya ke sini untuk menandatangani kontrak pekerjaan Pak,"ucap Amel lagi, masih saja menunduk.
Padahal aku ingin sekali melihat wajahnya, batin Azka geram.
"Kalau bicara itu yang sopan," ucap Azka dingin.
Akhirnya Amel mendongak melihatnya dan menatapnya cukup lama.
Deg!!!
Jantung Azka berdetak kencang. Ternyata benar Amel adalah wanita asing tiga tahun yang lalu. Kecantikan wajahnya masih dapat Azka bayangkan dalam ingatan masa lalunya.
Azka pun mulai berjalan mendekati Amel yang masih menatapnya dalam diam.
"Apakah wajah saya setampan itu? Sampai kamu tidak bisa berpaling dari wajah saya?"ucap Azka melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Amel.
"Apa yang sedang kamu fikirkan? Apakah kita pernah bertemu?"tanya Azka datar mengintimidasi.
"T--Tidak Pak. Ini kali pertama kita bertemu." ucap Amel sedikit gugup dan canggung. Amel mencoba untuk tetap tenang dan tersenyum membalas tatapan intimidasi Azka.
Cih, rupanya pura-pura tidak ingat padaku, batin Azka mendecih.
"Kalau begitu kemarilah dan tandatangani kontrak," ucap Azka berjalan menuju meja kerja, mengambil dokumen yang harus Amel tandatangani.
Setelah Amel menadatangani kontrak. Azka tidak sadar bahwa dia sedang menyungingkan sedikit senyumannya.
"Kapan saya sudah mulai bekerja, Pak?" tanya Amel mulai berani.
Mendengar Amel berbicara Azka secepatnya merubah raut wajahnya.
"Hari ini juga boleh. Besok juga boleh," ucap Azka asal. Tanpa ekspresi di wajahnya.
Dia tidak melihatku tersenyum, kan? batin Azka bertanya pada dirinya sendiri.
"Kamu, mulai sekarang bekerja sebagai sekretaris pribadi saya," sambungnya lagi.
"Baik Pak."
"Tugasmu menuliskan jadwal sehari-hari saya dan menemani saya saat sedang rapat," jelas datar Azka.
"Baik Pak."
Hei, kelinci kecil. Apa cuma kata itu yang dapat kamu katakan padaku? batin Azka jengkel.
"Hari ini kamu sudah bisa pulang. Besoknya datang dan mulai bekerja. Ingat saya paling tidak suka dengan orang yang tidak tepat waktu," tegas Azka lagi.
Dia diam. Apa yang sedang dia fikirkan? batin Azka.
Azka terus menatap Amel. "Kenapa kamu diam? Atau kamu sedang mengumpat saya?" tanya Azka datar, asal menebak.
"Eh. Ti-Tidak kok Pak," ucap Amel tersenyum paksa, melambaikan tangannya berulang-ulang.
Masih mau menyangkal rupanya, batin Azka kesal.
"Jika sudah tidak ada yang perlu dibahas lagi. Saya permisi undur diri, Pak." Amel pamit pada Azka.
"Kali ini aku membiarkanmu pergi. Ke depannya tidak akan lagi," batin Azka.
Hais ... secepat itukah kamu mau melarikan diri dariku, batin Azka melihat Amel yang sudah keluar dari ruangannya.
Setelah Amel keluar, beberapa menit kemudian Arya masuk ke dalam ruangan Azka.
"Apakah dia sudah pergi?"
"Baru saja pergi Tuan. Tapi, itu an--anu Tuan ..." ucap Arya tidak meneruskan perkataannya.
"Katakanlah!" tegas Azka.
"Begini Tuan. Waktu saya sedang berdiri di luar ruangan. Tiba-tiba nona Amel keluar tergesa-gesa dari ruangan Tuan dan tidak menyadari keberadaan saya di sana. Lalu, saya mendengar Nona sedang mengumpat Tuan," jelas Arya panjang lebar.
"Apa yang dia umpatkan?" tanya Azka penasaran.
"Itu an--anu Tuan ..." Arya tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi takut menyinggung Azka.
"Tidak apa-apa. Katakan saja apa yang kamu dengar," ucap Azka menyakinkan Arya.
"Nona Amel membuang nafasnya dengan kasar. Lalu ... lalu mengatakan. 'Hampir saja aku mati kehabisan nafas, dadaku serasa sesak, badanku panas dingin, dibuatnya. Untunglah aku dapat menahan diri saat berada di dalam ruangan itu. Kalau tidak, mungkin aku sudah membeku, udah gitu wajahnya itu menyebalkan, kejam pula lagi'," ucap Arya meniru apa yang Amel katakan waktu itu.
Puftt ... hampir saja Azka tertawa lepas.
"Tuan tidak apa-apa?" tanya Arya sedikit khawatir.
Azka yang hampir tertawa itu merubah ekpresinya dengan cepat, agar Arya tidak mengetahuinya.
"Saya baik-baik saja," ucap Azka tanpa ekspresi.
Kelinci kecil ini licik juga. Di depanku sok penakut, nyatanya di belakangku malah mengumpatku diam-diam. Awas saja kamu, batin Azka menahan senyum.
"Lalu, apalagi yang kamu dengar?" tanya Azka lagi pengen mendengar kelanjutannya.
"Tidak ada lagi. Hanya saja setelah itu saya mengagetkannya Tuan dan dia langsung pamit buru-buru pergi," terang Arya. Azka memilih menganti topik pembicaraan.
Haha. Mungkin dia takut. Kelinci kecilku semakin lucu saja," batin Azka tertawa.
"Apakah siang ini ada jadwal buat saya?" tanya Azka.
"Pukul 12:00 siang, Tuan harus menghadiri meeting bersama klien di Restoran xx," jawab Arya.
"Baiklah. Kamu sudah boleh pergi sekarang," ucap Azka mengakhiri pembicaraan mereka.
Bersambung❣
jdi rd MLS klmaan