Awalnya semua begitu indah untuknya. Memiliki keluarga yang sempurna dengan ayah dan ibu yang sangat mencintai dan menyayanginya, tapi kebahagian itu hanya sementara. Cinta pertamanya di dunia ini direnggut darinya, seketika semuanya berubah menjadi duka.
Kehidupan baru mulai dijalani saat seseorang datang dan dikehidupan ibunya. Menjadi anak tiri dari seorang pengusaha yang sukses dan hidup dengan kemewahan yang dirasakannya.
Tapi..., semua tidak seindah yang dijalaninya. Hanya ada kesedihan yang dirasakannya karena penghinaan yang didapatnya dari orang yang sangat disayanginya.
Wanita itu hanya berharap mendapatkan kebahagian, memiliki sosok pelindung yang baru untuknya. Sampai akhirnya sebuah takdir kehidupan yang tak terduga, menikah dengan seorang pria yang tak dikenalnya.
Tidak ada cinta,tidak ada kebahagian yang dirasakannya, hanya ada sebuah rahasia besar yang tersimpan di dalam pernikahan itu.
Hanya menunggu kapan Rahasian itu terbongkar dan menjadi Bom waktu di pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Hasutan
Matahari mulai muncul di balik awan cerah pagi ini, gwen perlahan membuka matanya dari tidur pulas sepanjang malam. Butuh waktu beberapa menit untuk dia menyadarkan dirinya sepenuhnya, lalu bangkit dari ranjang tidurnya untuk bersiap-siap memulai aktivitasnya pagi ini.
Hari weekend yang seharusnya dia beristirahat, namun tidak bisa dilakukannya untuk hari ini karena dia harus menemui Kenichi. Meski masih pagi, tapi dia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat dimana dia bisa bercerita sepuasnya tentang hal apa yang dialaminya selama satu minggu ini, sebelum dia menemui Kenichi nanti siang.
Hanya terdengar langkah kaki Gwen yang dari tadi mondar- mandir di dalam kamar. "Baiklah, waktu berangkat", ucap Gwen, tapi tepat diambang pintu dengan satu tangannya yang memegang pegangan pintu dia berhentikan langkah kakinya.
"Sebaiknya aku periksa lagi", ucapnya, lalu memutar badannya berjalan kearah cermin untuk memastikan penampilannya, dia memutar badannya beberapa kali, memperbaiki pakaian yang dikenakannya.
"Baiklah, sekarang sempurna", ucapnya, lalu pergi meninggalkan kamarnya.
"Selamat pagi ibu", sapa Gwen.
"Oh astaga! Kamu mengagetkan ibu saja", gumam minori.
"Maaf ibu, tapi dimana ayah. Aku tidak melihatnya?"tanya Gwen dengan satu tangannya memegang segelas susu coklat dan satu tangannya lagi memegang roti yang telah disiapkan minori.
"Ayah ada diruang kerjanya. Ibu dan ayah sudah dari tadi selesai sarapan. Kalian berdua selalu melewatkan sarapan pagi saat hari libur", kata minori.
"Ah kak yukari juga belum bangun?"tanya Gwen, sambil memasukan roti kedalam mulutnya.
"Belum sayang, mungkin sebentar lagi. Tapi kamu mau kemana, kenapa sudah rapi sekali?"tanya minori.
"Aku ingin ke makam ayah bu, sudah lama sekali aku tidak mengunjungi makam ayah", ucap Gwen.
Minori hanya mengelus- elus rambut putrinya itu, merasa bersyukur memiliki putri seperti Gwen yang masih mengingat orang tuanya, meski telah lama tiada."Pergilah dan segera kembali jam makan siang nanti, mengerti?"
Gwen langsung teringat dengan janjinya bersama Kenichi , hampir saja dia melupakan janjinya dengan pria dingin tersebut dan mengiyakan permintaan ibunya. "Maaf bu, tapi sepertinya aku tidak bisa makan siang bersama hari ini?"
Minori langsung menunjukkan ekspresi kecewanya kepada Gwen. "Tapi kenapa?"
"Siang nanti aku sudah ada janji dengan Kenichi bu. Ada banyak hal yang ingin kami bicarakan", jelas Gwen.
Mendengar alasan yang diberikan putrinya itu,sedikit mengurangi rasa kecewanya dan mencoba menerimanya. "Yasudah kalau begitu, kita bisa melakukan nya dilain waktu. Ibu akan memberitahu ayah nanti ."
Gelas yang dari tadi dipegang kini telah diletakan nya, lalu melirik jam tangan yang dikenakannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 09:00. "Ibu, aku pergi dulu. Aku takut nanti jalanan macet saat hari weekend seperti ini", ucap Gwen.
"Baiklah sayang, pergilah. Hati-hati", ucap minori.
"Oke", ucap Gwen sambil pergi meninggalkan ibunya.
Hari ini tidak seperti hari biasanya yang selalu bepergian naik bus, khusus dihari weekend dia mengemudikan mobil yang sudah lama tidak digunakannya selama penyamarannya berlangsung. Tepat di parkiran pemakaman, mobil yang dikemudikannya berhenti. Baiklah, sudah sampai", gumamnya, sambil membuka pintu mobil dan keluar.
Langkahnya selalu terasa berat saat menginjakkan kaki di tempat pemakaman, meski ini bukan yang pertama, tapi kesedihan itu langsung terasa saat dia melangkahkan kakinya setapak demi setapak menujuh tempat ayahnya beristirahat.
"Aku datang ayah", gumamnya, dia berjalan pelan ke pemakaman itu.
Wajahnya memerah, menahan kesedihan yang di rasakan nya.
"Aku sangat merindukan mu, ayah", suaranya terdengar bergetar sambil duduk dan mengusap- usap batu nisan ayahnya itu.
Banyak hal yang ingin diceritakannya kepada ayahnya, meski telah lama meninggalkan dirinya, namun baginya ayahnya seperti selalu ada didekatnya dan selalu menjaga dirinya. Bagi seorang anak perempuan, ayah adalah cinta pertama mereka di dunia ini. Begitu pula yang dirasakan Gwen, kepergian ayahnya untuk selamanya disaat usianya yang masih membutuhkan sosok seorang ayah membuatnya sangat terpukul.
Perasaannya semakin hancur saat melihat teman-teman seumurannya mendapatkan cinta dan kasih sayang dari seorang ayah, tapi tidak dengannya. Namun perlahan kerinduan dirinya terhadap sosok seorang ayah mulai didapatnya saat ibunya minori memutuskan menerima lamaran Arata dan menikah dengannya, sejak saat itu dia kembali merasakan kasih sayang seorang ayah meski tidak dapat menggantikan sosok itu sepenuhnya.
"Banyak hal yang ingin aku ceritakan ", ucapnya, dia mulai mengutarakan semua perasaan yang dirasakannya di pusaran makan ayahnya.
•
•
Terlalu lelah dengan pekerjaan beberapa minggu ini membuat waktu tidurnya berkurang hingga membuatnya bangun kesiangan. Cacing - cacing didalam perutnya seperti sedang demo dan membangunkan tidurnya karena kelaparan.
Dia membuka matanya, merenggangkan otot-otot badannya sebentar, lalu turun dari ranjang tidurnya dan keluar kamar untuk mencari makanan. Tidak ada seorang pun yang dilihatnya saat dia turun kebawah, dia berjalan ke ruang makan dan menemukan ibu sambungnya itu sedang menata bunga yang ada dimeja makan.
"Ibu", sapa nya.
Minori langsung menoleh kebelakang dan tersenyum melihat yukari. "Selamat siang sayang, kamu sudah bangun."
"Maaf aku kesiangan, bu", kata yukari dan berjalan mendekat ke arah minori.
"Tidak apa-apa sayang, tadi pagi ibu sudah menyuruh seorang pelayang membangunkan kamu, tapi sepertinya kamu sangat lelah hingga tidak bangun dan melewatkan sarapan pagi", ucap moniro.
"Karena itu aku sangat lapar , bu", ucap yukari.
"Duduklah, ibu akan menyuruh seorang pelayang untuk menyiapkan makanan untuk mu", ucap miniro, lalu memanggil seorang pelayang.
"Ibu, dimana Gwen? Aku tidak ada melihatnya?"tanya yukari.
"Gwen dari tadi pagi sudah pergi sayang", jawab minori sambil memotong-motong tangkai bunga.
"Pergi?" Kemana?"tanya yukari.
"Dia pergi ke makam ayahnya", jawab monori.
"Ohhh, tapi kenapa sampai sekarang dia belum kembali?"tanya yukari, disela-sela pembicaraan mereka seorang pelayan datang membawa makanan untuknya.
"Kalau ibu tidak salah, setelah dari makam dia langsung menemui Kenichi karena sudah ada janji dengannya", jawab minori.
Obrolan yang tadi berlangsung santai, kini mulai terasa tidak nyaman untuknya. Dia mulai merasa gelisah , dan sama sekali tidak nyaman mengetahui bahwa Gwen akan bertemu dengan Kenichi hari ini. Dia berharap bahwa pertemuan itu tidak akan pernah terjadi, karena dia sama sekali tidak menginginkan keduanya lebih sering bertemu.
Otaknya mulai bekerja mencari cara untuk menggagalkan semua rencana pernikahan itu. Sampai akhirnya dia menemukan seseorang yang dirasanya bisa membantunya saat ini, ditatapnya minori yang ada di depannya. Dia langsung bangkit dari bangkunya dan menghampiri minori, digenggamnya kedua tangan ibunya itu dengan wajah yang terlihat gelisah dan tentu saja membuat minori bingung.
"Ada apa, yukari?"tanya minori.
"Ibu ada yang ingin aku katakan, duduklah dulu", ucapnya.
Minori langsung duduk mengikuti perintah yukari. "Ada apa, yukari?".
"Ibu..., ibu tahukan meski Gwen bukanlah adik kandung ku, tapi aku sangat menyayanginya", ucapnya.
"Tentu saja ibu tahu, putriku", ucap minori yang menggenggam tangan yukari.
"Ibu tolong katakan kepada Gwen untuk membatalkan niatnya untuk menikah dengan pria itu", ucapnya.
Tangan yang dari tadi menggenggam erat perlahan mulai merenggang saat minori mendengar ucap yukari. "Apa maksud kamu yukari, kenapa Gwen harus menolaknya?"
"Ibu, aku sering mendengar tentang pria yang bernama Kenichi itu. Dia adalah pria yang tidak baik bu, dia sering mempermainkan para wanita hanya karena dia memiliki segalanya. Aku tidak ingin Gwen akan merasa tersiksa jika menikah dengan dia", ucap yukari, dia terus mencoba meyakinkan minori.
"Apa?" minor terlihat shock mendengar semua yang dikatakan yukari, hal yang pertama terlintas di dalam pikirannya adalah wajah Gwen.Tentu saja dia tidak ingin melihat putri satu- satu yang dimilikinya itu menderita.
Sekilas terlihat senyum singkat di wajah yukari saat melihat minori mulai termakan dengan ucapannya."Lebih mudah dari dugaan ku",batinnya.
"Apa yang kamu katakan, yukari!!"teriak arata.
Sontak saja teriakan arata mengagetkan yukari dan minoro dan langsung menoleh kerahnya.
"A-yah", ucapnya.
"Kenapa kamu mengatakan hal-hal seperti itu kepada ibu mu, yukari?"tanya arata, ditatapnya yukari yang terlihat bingung untuk menjawab pertanyaan arata.
"Aku hanya tidak ingin Gwen menderita ayah", jawabnya dengan terbata-bata.
"Kenichi bukanlah pria seperti itu, ayah sudah lama mengenalnya meski secara tidak langsung. Semua rekan kerja yang bekerja sama dengannya selalu mengatakan bahwa dia adalah anak muda yang baik dan pekerja keras. Dari siapa kamu mendapatkan informasi seperti itu, yukari?"tanya arata.
Dia hanya diam,tidak berani menatap mata ayahnya dan tertunduk. Dia menghembuskan napasnya, beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan ruang makan tanpa berkata apapun.
"Yukari!" Kembali ayah bilang,ayah masih menunggu jawabanmu!!!"teriak arata.
Yukari sama sekali tidak menggubris teriakan ayahnya itu dan berlari menaiki anak tangga ke kamarnya.
"Suamiku, cukup", ucap minori yang mencoba menenangkan arata.
"Kenapa dia bersikap seperti itu. Ada apa sebenarnya dengan dia", ucap arata.
"Sudahlah, suamiku", pinta minori.
Dia merasa ada sesuatu yang sedang disembunyikan yukari, dia sangat mengenal putrinya itu. Yukari bukanlah tipe orang yang peduli dengan orang lain, apa lagi dengan Gwen yang selama ini arata tahu bahwa putrinya itu tidak pernah menyukai gwen yang kini telah menjadi adik tirinya.
"Apa yang kamu sembunyikan dari ayah sebenarnya", batin arata.
Bersambung.....
penasaran nih gmna ending nya,msa ya d cut aja smpe dsni???
kok gantung gini crtanya??