Cakra Atlas, seorang pria rupawan yang bekerja di sebuah bar, rela menerima pernikahan dadakan demi membayar hutang janji orang tuanya di masa lalu. Namun, siapa sangka, wanita yang dia nikahi adalah Yubie William, seorang wanita yang baru saja gagal menikah karena calon suaminya memilih menikahi wanita lain.
Yubie, yang masih terluka oleh kegagalan pernikahannya, berjanji untuk menceraikan Cakra dalam setahun ke depan. Cakra, yang tidak berharap ada cinta dalam hubungan mereka, justru merasa marah dan kesal ketika mendengar janji itu. Alih-alih membenci istrinya, Cakra berusaha untuk menaklukan Yubie dan mengambil hatinya agar tidak menceraikannya.
Dalam setahun ke depan, Cakra dan Yubie akan menjalani pernikahan yang tak terduga, di mana perasaan mereka akan diuji oleh rahasia, kesalahpahaman, dan cinta yang tumbuh di antara mereka. Apakah Cakra akan berhasil menaklukan hati Yubie, atau akankah Yubie tetap pada pendiriannya untuk menceraikannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13.
"Ha-hallo, Pak. I-tu...anu, Pak. Bu Yubie dikunci di ruang kerjanya oleh Tuan Kanny."
Deg!
Cakra langsung berdiri dari duduknya saat mendengar laporan dari sekretaris Yubie, yang mengatakan; istrinya sedang dikunci oleh Kanny!
"Kenapa, Cak? Apa ada masalah?" tanya Kevin yang duduk di sebelah Cakra, ia melihat ekspresi kesal dari sahabatnya itu.
"Aku harus segera ke perusahaan Yubie. Bisakah kau menyelesaikan meeting ini untukku?"
"Pak Cakra, Anda sudah ingin pergi? Lalu bagaimana dengan kerja sama kita?" Seorang pria berumur sekitar lima puluhan itu langsung bertanya saat melihat Cakra sudah berdiri dan tampak ingin beranjak pergi meninggalkan pertemuan mereka.
"Maaf, Tuan Houston. Kerja sama kita tetap berjalan. Aku pastikan, perusahaan Anda akan bisa bekerja sama dengan Safir Corp dan William Group."
Tuan Houtson sempat terkejut dengan ucapan Cakra. Namun, setelahnya ia tersenyum penuh keantusiasan. Ia bahkan langsung berdiri, meraih dan menjabat tangan Cakra, sebelum akhirnya pria muda itu meninggalkan dirinya bersama Kevin.
"Dia memiliki aura yang kuat," gumam Tuan Houston seraya menatap Cakra yang pergi dengan langkah cepat. Ada sesuatu yang menarik tentang pria muda itu, sepertinya Tuan Houtson menyukai sosok Cakra. "Teguh, tapi tidak keras. Apa dia sudah menikah?" Tuan Houtson menoleh pada Kevin.
Kevin langsung mengangguk. "COO William Group adalah istrinya."
"Apa?!" Tuan Houtson tampak tercengang. "Jadi dia menantu yang Tuan William maksud itu? Yang digadang-gadang akan menjadi penerusnya?"
Kevin hanya tersenyum kecil. Tidak menanggapi terlalu jauh pertanyaan Tuan Houtson, dan lebih memilih untuk melanjutkan kembali pembicaraan mereka mengenai pekerjaan.
"Pantas saja...," ucap Tuan Houtson menggantung penuh makna seraya masih menatap kepergian Cakra. "William tidak salah pilih. Saya berharap sekali tadi kalau dia masih jomblo, saya juga sedang mencari menantu soalnya," celetuk Tuan Houtson dengan tertawa ringan, yang membuat Kevin menaikkan alis dan balas tersenyum meringis mendengar niat Tuan Houtson itu.
"Kenapa tiba-tiba banyak yang menginginkan kau menjadi menantu dadakan, Cak?" batin Kevin tidak habis.
*
*
*
Plak!!
Suara tamparan itu begitu keras. Membuat wajah Kanny tertoleh ke samping dan menimbulkan kemerahan di wajahnya yang cukup rupawan.
Yubie menatap Kanny dengan kilatan amarah. Dada wanita itu naik turun karena menahan emosi atas ucapan kejam Kanny barusan terhadap suaminya.
"Kau menamparku hanya karena pria sialan itu?" Kanny bertanya dengan suara rendahnya. Ia menatap Yubie. Sejauh ini belum ada wanita yang bisa bersikap seberani ini terhadap Kanny. Dan sialnya, Kanny menginginkan wanita itu untuk menjadi istrinya. Semua laki-laki pasti menginginkan wanita baik-baik sebagai pasangan mereka, sekalipun mereka sendiri adalah pria brengsek.
Yubie adalah wanita yang mandiri, tidak pernah menye-menye dan tidak banyak tuntutan. Karena itu, Kanny menginginkan Yubie lah yang menjadi istrinya. Terlebih Yubie merupakan putri pertama keluarga William.
"Sekali lagi kau berkata buruk tentang suamiku, tidak hanya tamparan, aku akan langsung mendepakmu keluar dari perusahaan ini!" ancam Yubie tidak main-main. Ia sungguh muak dengan Kanny. Tidak di kediaman keluarga William, di perusahaan pun Kanny selalu saja memancing amarahnya.
"Sekarang keluar dari ruanganku!!" pekik Yubie kencang dengan amarahnya. Wajahnya memerah, dan ia berbalik, membawa dengan terseok-seok kakinya yang masih nyeri itu untuk duduk di kursi kerjanya.
Namun, Kanny tidak membiarkan hal itu terjadi. Ia menarik keras tangan Yubie, sehingga tubuh wanita itu berputar dan terdorong maju, jatuh ke dalam pelukannya.
"Aku tidak akan membiarkanmu melakukan itu." Kanny menahan tubuh Yubie yang berontak dan memukulinya. Karena perasaan kesal, serta marah. Bukan pada Yubie, tapi karena melihat Yubie yang begitu membela Cakra, membuat Kanny ingin mencari pengakuan akan dirinya yang masihlah bisa memenangkan hati wanita itu dengan mencium bibir Yubie.
Ceklek!
Pintu ruang kerja Yubie terbuka. Seseorang yang baru masuk itu melotot tajam, melihat apa yang sedang terjadi di dalam ruangan.
"Apa-apaan kalian, hah?!" Lusy bersuara keras. Ia merengsek masuk dan langsung memisahkan Kanny dari Yubie, yang di matanya sedang berpelukan dan berciuman mesra.
Wanita yang tengah hamil muda itu menatap kakaknya begitu nyalang. Ia terbakar rasa cemburu karena mendapati langsung, Kanny dan Yubie yang berduaan di dalam ruang kerja kakaknya.
"Apa yang kau lakukan pada suamiku, Kak? Kau menggodanya?! Kau lupa, Kak Kanny itu bukan lagi kekasihmu! Dia suamiku!! Suami adikmu!!" Lusy bersuara keras pada Yubie yang dirangkul langsung oleh sekertarisnya. Ia mencerca sang kakak dengan tuduhan sepihaknya.
Sekertaris Yubie juga sempat terkejut melihat apa yang terjadi saat pintu dibuka oleh Lusy. Ia sama sekali tidak menduga. Saat adik tiri dari atasannya itu datang, dan mencari suaminya, juga kakaknya. Lalu mendapati ruang kerja sang kakak terkunci, Lusy langsung memanggil pihak maintenance perusahaan untuk membuka pintu. Dan terlihatlah, apa yang seharusnya tidak mereka lihat.
Namun, sekertaris Yubie sangat yakin; atasannya pasti tidak sedang menggoda sang mantan, seperti yang dituduhkan. Pasti sesuatu telah terjadi. Sekertaris itu sampai menatap tajam pada Kanny yang diam saja di belakang tubuh Yubie. Seakan sengaja membiarkan sang istri untuk meledakkan amarahnya pada Yubie dan berpikir bahwa Yubie lah yang menggodanya.
"Kau tega, Kak! Kau tahu aku sedang hamil, tapi kau malah ingin merebut calon ayah dari anakku!" Lusy menangis, ia menitikkan air mata. Entahlah air mata kesedihan karena benar-benar kecewa, atau hanya sebuah sandiwara.
"Jangan menuduh istriku sembarangan."
Suara ringan dan terdengar begitu tenang, nyaris tak memiliki emosi itu tiba-tiba menyeruak, masuk ke dalam ruang kerja Yubie.
Sosok Cakra sudah berdiri di ambang pintu. Semua mata seketika mengarah padanya. Sesaat hening menyelimuti. Netra semua orang kompak melebar memperhatikan penampilan Cakra yang sangat berbeda.
Pria itu mengenakan stelan formal lengkap. Kemeja hitam dan jas yang rapi membalut tubuh tegapnya. Ia bahkan mengenakan gelang jam tangan mewah. Persis seperti seorang executive muda, yang sukses dan tentunya sangat tampan.
"Kakimu masih sakit?"
"Hah?" Yubie sampai terperanjat karena Cakra sudah berdiri di depannya, dan mengambil alih tubuhnya dari sang sekertaris.
Cakra begitu cepat bergerak, sepersekian detik setelah bertanya, pria itu malah sudah berjongkok memeriksa langsung kaki Yubie. Kaki istrinya tampak sedikit memerah, sepertinya Yubie banyak bergerak, atau memaksa untuk bergerak.
"Setelah ini kita ke rumah sakit," kata Cakra seraya berdiri dan berbalik dengan merangkul Yubie, ia menghadap Lusy yang berkedip-kedip dengan mata basahnya saat memperhatikan sosok Cakra, sang kakak ipar. Tidak hanya penampilan pria itu, tapi sikapnya terhadap Yubie, berhasil membuat hati Lusy bergetar.
"Kenapa menuduh istriku ingin merebut calon ayah dari anakmu?" tanya Cakra langsung pada Lusy.
Lusy tidak langsung menjawab, ia memperhatikan Cakra dari dekat untuk beberapa saat. Lalu ia melirik kakaknya, dan tatapan Lusy jatuh pada tangan Cakra yang merangkul mesra Yubie.
"Aku... Tidak nyaman mengatakannya." Lusy memasang raut wajah ambigu. "Aku hanya tidak suka, jika Kakak masih saja mengusik masa lalu. Kakak sekarang sudah memiliki Kakak ipar 'kan. Aku hanya mengingatkan." Lusy bertutur kata dengan sangat lembut dan terlihat tidak ingin melukai perasaan Cakra. Terkesan tidak menginginkan keributan.
Mendengar itu, Cakra pun tersenyum simpul. "Sepertinya kau salah paham, Lusy. Istriku sudah lama membuang sampah masa lalunya. Karena sekarang dia sudah miliki aku, masa depan indahnya." Cakra berkata cukup manis dan penuh percaya diri, tapi matanya tajam menatap ke arah Lusy dan Kanny.
"Tapi, Kakak sudah mencium suamiku, Kakak ipar."
Deg!
"Aku melihatnya langsung. Bahkan dia juga melihatnya." Tunjuk Lusy pada sekertaris Yubie yang tiba-tiba gelagapan. Lusy tersenyum samar, terutama saat melihat ekspresi Yubie yang juga terkejut dan tampak panik karena melaporkan apa yang terjadi sebenarnya pada Cakra.
Lusy memperhatikan wajah Cakra yang berubah. Ia akan pastikan, bahwa kakak iparnya itu tidak akan lagi bisa bersikap manis pada Yubie setelah hari ini.
syukurlah retensimu tembus, jadi mapple emang sayang kamu.
queen salam buat mapple dan tears, ya
kamu gak suka galau lagi kan di gc atau gak bisa galau lagi, berbagi air mata
/Facepalm//Smug/