Karenina, gadis cantik yang periang dan supel. Dia hidup sebatang kara setelah kehilangan seluruh keluarganya saat musibah tsunami Aceh. Setelah berpindah dari satu rumah singgah ke rumah singgah lainnya. Karenina diboyong ke Bandung dan kemudian tinggal di panti asuhan.
Setelah dewasa, dia memutuskan keluar dan hidup mandiri, bekerja sebagai perawat khusus home care. Dia membantu pasien yang mengalami kelumpuhan atau penderita stroke dengan kemampuan terapinya.
Abimanyu, pria berusia 28 tahun yang memiliki temperamen keras. Dia memiliki masa lalu kelam, dikhianati oleh orang yang begitu dicintainya.
Demi membangkitkan semangat Abimanyu yang terpuruk akibat kecelakaan dan kelumpuhan yang dialaminya. Keluarganya menyewa tenaga Karenina sebagai perawat sekaligus therapist Abimanyu.
Sanggupkah Karenina menjalankan tugasnya di tengah perangai Abimanyu yang menyebalkan? Apakah akan ada kisah cinta perawat dengan pasien?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ngga Romantis
Nina menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Abi. Matanya yang sayu melihat ke arah Abi yang terus menatapnya.
“Katakan apa maumu mas? Aku akan segera melakukannya.”
“Menikahlah denganku.”
“Apa?”
“Permintaanku sebagai pemenang taruhan kita adalah, menikahlah denganku.”
Sekar menutup mulut dengan kedua tangannya. Dia cukup terkejut Abi melontarkan kalimat itu. Juna meng*lum senyum tipis. Rahma berbisik di telinga Teddy.
“Tuh anak ngelamar perempuan ngga ada romantis-romantisnya.”
Teddy hampir saja tertawa mendengarnya namun segera ditahannya. Dia memberi kode pada semuanya untuk bubar jalan. Memberikan waktu pada pasangan ini untuk berbicara. Kompak semuanya pergi meninggalkan kedua orang tersebut. Abi menarik tangan Nina masuk kembali ke kamarnya. Diambilnya koper Nina lalu dimasukkan kembali ke dalam lemari.
“Sekarang kamu istirahat, sudah malam.”
“Apa maksud mas Abi tadi?”
Abi yang hampir meninggalkan kamar membalikkan tubuhnya lalu mendekati Nina. Ditatapnya gadis itu yang sepertinya masih linglung mendengar lamarannya.
“Apa kamu masih belum jelas mendengarnya? Menikahlah denganku.”
“Kenapa mas mau menikahiku?”
“Apa kepalamu tadi terbentur saat di makam?”
“Hmm..?”
Abi melipat kedua tangannya di dada. Matanya memperhatikan Nina yang masih terus menatapnya, menunggu jawabannya.
“Sepertinya besok kita harus ke rumah sakit. Kepalamu perlu di CT scan.”
“Mas iih..”
Abi menundukkan kepalanya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Nina. Tangannya kini memegang kedua bahu Nina.
“Aku mengajakmu menikah karena aku mencintaimu Nin. Apa sikapku selama ini masih belum jelas untukmu? Atau perlu aku menciummu agar kamu lebih mengerti?”
“Ish.. ngga romantis banget sih nyatain cintanya.”
Abi tersenyum seraya menegakkan tubuhnya, kemudian menarik Nina ke dalam pelukannya. Diciumnya puncak kepala Nina beberapa kali.
“Aku mencintaimu Nin.. mungkin aku ngga pandai mengungkapkan kata-kata cinta tapi aku akan membuktikannya dengan sikap dan perbuatanku.”
“Aku bukan ABG yang senang digombali. Aku suka gayamu. Aku juga mencintaimu mas.”
Abi mengurai pelukannya, lalu menangkup wajah Nina dengan kedua tangannya. Pria itu nampak bahagia, Nina memiliki perasaan yang sama dengannya.
“Gaya mana yang kamu sukai?”
“Sedikit bicara banyak bekerja.”
“Seperti ini?”
Abi menyambar bibir Nina lalu me**matnya dengan dalam. Pagutan demi pagutan langsung tercipta di antara mereka. Abi mengakhiri ciumannya sebelum dirinya berbuat lebih jauh.
“Sekarang kamu tidur, wajahmu pucat. Apa kamu sudah makan?”
“Belum mas.”
“Kenapa?”
“Aku nunggu mas tadi.”
“Kamu tunggu sini, aku ambil makanan dulu.”
Abi bergegas keluar kamar. Tak lama kemudian dia kembali sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman. Dengan telaten Abi menyuapi Nina sampai makanan di piring habis dilahapnya. Kemudian Abi memberikan obat pada Nina.
Nina menyandarkan punggungnya di headboard ranjang. Abi duduk di tepi ranjang, tepat di sisinya dengan posisi berhadapan. Tangannya terus menggenggam tangan Nina yang terasa dingin.
“Apa yang mau kamu lakukan pada Danial juga tante Marisa? Katakan saja, aku akan menghukum mereka untukmu.”
“Ngga usah mas. Aku sudah tidak mau berhubungan dengan mereka lagi. Sudah cukup kak Nial mempermalukanku di hadapan semua orang tadi. Aku harap mas tidak termakan ucapannya.”
“Kamu pikir aku percaya kebohongannya? Aku tidak sebodoh itu Nin.”
“Maafkan aku mas.”
“Karena sudah berusaha pergi dariku?”
Nina mengangguk, Abi menarik Nina lalu memeluknya erat. Nina balas memeluk pinggang Abi. Nyaman sekali rasanya berada dalam dekapan lelaki itu.
“Apapun yang terjadi, jangan pernah pergi dariku. Jika kamu sudah tak mencintaiku, katakan saja, aku akan melepasmu.”
“Aku bukan perempuan bodoh seperti Fahira, yang melepaskan berlian demi kerikil tak berharga. Aku bersyukur dicintai lelaki sepertimu mas. Bahkan sampai saat ini aku masih belum percaya kalau mas mencintaiku.”
“Kalau begitu aku akan membuatmu percaya. Setiap hari aku akan meyakinkan hatimu kalau aku mencintaimu.”
“Gombal.”
“Kalau begitu aku akan menciummu setiap hari biar kamu percaya aku mencintaimu.”
“Dasar mesum!”
Nina memukul pelan punggung Abi. Pria itu tertawa kemudian melepaskan pelukannya. Dia membaringkan tubuh Nina lalu menyelimutinya.
“Tidurlah, sudah malam. Aku akan menemanimu sampai tertidur.”
Nina mengangguk lalu mulai memejamkan matanya. Tangannya menggenggam erat tangan Abi seakan tak ingin ditinggalkan. Abi tersenyum menatap wajah cantik yang sudah terpejam. Sebelah tangannya bergerak mengusap puncak kepala Nina dilanjut dengan memberikan kecupan di keningnya.
“Mimpi indah, sayang,” bisik Abi.
☘️☘️☘️
Nina membuka matanya lalu memandang berkeliling. Pepohonan besar mengelilingi dirinya. Udara dingin terasa menusuk kulitnya. Nina mengusap lengan dengan kedua tangannya. Dia terus berjalan berusaha keluar dari rimbunan pepohonan oak yang berjejer di kanan kirinya.
Nina terus melangkahkan kakinya, berharap ada ujung yang membawanya keluar dari sini. Gadis itu beristirahat sebentar. Dia kembali melihat sekeliling namun sepertinya sedari tadi dirinya hanya berputar-putar saja. Kemudian dia melihat seseorang berjalan ke arahnya. Orang itu berhenti beberapa meter di depannya. Nina tak dapat melihat dengan jelas wajah orang itu karena terhalang kabut yang mulai turun.
“Kak Nina..” panggil orang itu.
“Anfa... apa itu kamu? Anfa...”
Nina bergegas menuju orang yang memanggilnya. Dia yakin sekali kalau itu adalah Anfa, adiknya. Melihat Nina mendekat, orang itu justru beranjak pergi. Nina mempercepat langkahnya. Dia berlari mengejar sosok di depannya sambil terus memanggil namanya.
“Anfa! Tunggu Fa! Anfa...”
Semakin kencang Nina berlari maka semakin kencang pula sosok itu berlari. Kabut yang turun menghalangi pandangannya. Di sebuah jalan cagak dia kehilangan sosok yang dikejarnya.
“Anfa... di mana kamu? Anfa... Anfa..”
Abi yang sedang menyelesaikan pekerjaan dengan laptopnya terkejut mendengar suara igauan Nina. Dengan cepat dia meletakkan laptop di atas sofa lalu menghampiri Nina. Ditepuknya pelan pipi Nina untuk membangunkan gadis itu.
“Nin... Nina..”
“Anfa!”
Nina membuka matanya. Bukan Anfa yang dilihatnya, melainkan Abi. Nina bangun dari tidurnya lalu langsung memeluk Abi.
“Kamu kenapa?”
“Anfa mas... tadi dia datang tapi pergi lagi.”
“Itu hanya mimpi sayang.”
Abi mengurai pelukannya lalu mengusap dahi Nina yang dipenuhi peluh. Dia mengambil gelas dari atas nakas lalu memberikannya pada Nina. Setengah gelas air diteguk oleh Nina.
“Sekarang kamu tidur lagi.”
“Sekarang jam berapa mas?”
“Jam satu.”
“Mas sendiri kenapa belum tidur?”
“Sebentar lagi, tanggung belum beres kerjaannya. Udah kamu tidur aja. Aku akan temani kamu sampai tidur.”
Nina mengangguk lalu membaringkan tubuhnya lagi. Abi menyelimuti Nina sampai ke batas dada. Dia tetap duduk di sisi ranjang menemani Nina sampai tertidur kembali. Begitu dilihatnya Nina sudah terlelap, Abi kembali ke sofa lalu melanjutkan pekerjaannya.
☘️☘️
Nina terbangun ketika alarm di ponselnya berbunyi. Dengan cepat dia mematikan alarm lalu bangun. Dilihatnya Abi tertidur di sofa. Pria itu benar-benar menemaninya semalam. Nina beranjak dari kasur lalu mendekati Abi. Diguncangkannya pelan tubuh pria itu, namun Abi bergeming. Nina menepuk-nepuk pelan pipi Abi.
“Mas.. bangun mas, udah shubuh.”
Abi bergeming, Nina kembali membangunkannya. Kali ini dia menepuk lengan Abi lebih keras. Perlahan kelopak mata Abi bergerak, lalu tiba-tiba saja tangannya menarik tangan Nina hingga gadis itu jatuh di atasnya. Abi membuka matanya, wajah keduanya begitu dekat. Alih-alih bangun, Abi malah menggeliat dan mengeratkan Pelukannya di tubuh Nina.
“Mas.. iih.. lepas.. ayo bangun.. susah amat sih dibangunin.”
“Bentar lagi sayang. Aku masih ngantuk.”
“Ini lepas dulu iih..” Nina berusaha melepaskan diri dari Abi. Tubuhnya bergerak-gerak di atas Abi.
“Diem Nin..”
“Makanya bangun.”
“Kamu bangunin yang mana? Kalau cara kamu bangunin kaya gini, yang ada adikku yang bangun.”
Nina karuan panik mendengarnya. Abi terkekeh seraya melepaskan pelukannya. Buru-buru Nina bangun dari tubuh Abi, wajahnya sudah seperti kepiting rebus saja. Dengan cepat dia masuk ke kamar mandi. Tawa keras Abi terdengar melihat Nina yang salah tingkah. Dia segera beranjak keluar kamar menuju kamarnya sendiri.
☘️☘️☘️
**Abi beneran ngga romantis nyatain cintanya😂
Udah gitu jahilnya ngga berhenti, yang sabar ya Nin.
Hai readers keceku.. mamake mau minta tolong nih.. Tolong bantu protes ke NT dong biar cover yang dulu balik lagi.
Caranya masuk ke Q & A terus klik yg pergi beri masukan, tinggal ketik deh. Tolong bantu ya🙏
Ini cover yang dulu**
klo Mimin NT minta gambarnya krm aja gambar ini. Makasih sebelumnya🙏