NovelToon NovelToon
Identitas Suami Miskin

Identitas Suami Miskin

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pernikahan Kilat / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Kaya Raya
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Halu

Anesha dan Anisha adalah kakak beradik yang terpaut usia tiga tahun. Hidup bersama dan tumbuh bersama dalam keluarga yang sama. Namun mereka berdua dibesarkan dengan kasih sayang yang berbeda. Sebagai kakak, Nesha harus bekerja keras untuk membahagiakan keluarganya. Sedangkan Nisha hidup dalam kemanjaan.

Suatu hari saat mereka sekeluarga mendapat undangan di sebuah gedung, terjadi kesalah pahaman antara Nesha dengan seorang pria yang tak dikenalnya. Hal itu membuat perubahan besar dalam kehidupan Nesha.

Bagaimanakah kehidupan Nesha selanjutnya? Akankah dia bahagia dengan perubahan hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencari Solusi

Nisha menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan Bu Rumi, karena ia harus menanggung sebagian kerugian perusahaan.

Ia yang disinyalir bersekongkol dengan Ernita, Staff administrasi ekspor, terbukti tidak bersalah. Namun ia dinilai lalai dalam mengerjakan pekerjaannya, sehingga memudahkan orang lain mampu memanipulasi data. Maka ia dituntut perusahaan dengan mengganti rugi sebesar seratus juta rupiah dan di PHK secara sepihak tanpa pesangon.

"Kamu itu gimana, sih, Nis!" teriak Bu Rumi yang geram mendengar penjelasan Nisha. Ia memijat keningnya yang berdenyut ketika mendengar kata 'seratus juta'. Darimana Nisha bisa mendapatkan uang sebanyak itu?

"Kamu ngapain aja kok sampai bisa kecolongan?!" kini air mata Bu Rumi tak bisa lagi terbendung. Membayangkan uang segitu banyaknya harus diserahkan pada perusahaan besar yang bahkan tak akan kekurangan uang sepeserpun.

"Bu tenangkan diri dulu. Jangan terbawa emosi. Semua masalah nggak akan selesai kalau cuma teriak-teriak", ujar Nesha seraya mengusap bahu ibunya. Namun dengan cepat Bu Rumi menepis tangan Nesha.

"Kamu seneng kan kalau adikmu dapat masalah? Hah?" Sentak Bu Rumi sambil berkacak pinggang di depan Nesha.

"Bu, cukup! Kenapa malah marah sama Nesha?" sentak Pak Edi yang melihat Nesha tiba-tiba di marahi tanpa sebab.

"Bela terus! Emang si Nesha itu anak kesayanganmu!" bentak Bu Rumi melotot.

"Astaghfirullah, Bu. Istighfar! Kita cari jalan keluar, bukan cari masalah baru", ujar Pak Edi meredam emosinya sendiri.

Bu Rumi pun terdiam, lalu duduk di samping Nisha seraya mengelus pundak anak kesayangannya.

"Fandi, tolong bilang sama Papamu. Apa nggak bisa papamu membujuk atasannya?" tanya Bu Rumi.

"Dikira perusahaan besar itu seperti pabrik tempe yang bosnya bisa diajak bicara", batin Fandi sambil menggeleng kepala.

"Kalau begitu, papa mu bisa kan pinjami uang seratus juta ke Nisha?" Bu Rumi berharap kalau besannya itu bahkan mau memberinya secara cuma-cuma karena Nisha adalah menantunya.

"Saya akan bicara sama papa, Bu", ucap Fandi.

Mendengar ucapan Fandi, Bu Rumi merasa sedikit lega.

"Emang nggak salah kalau punya besan orang kaya", ujar Bu Rumi dengan bangga.

"Bu, kita jangan mengandalkan besan. Malu, Bu. Lagian uang segitu bukan nominal kecil", Pak Edi berusaha memberi pengertian pada istrinya. Namun wanita itu merasa tak terima dan mulai memojokkan Pak Edi.

"Kamu mau anakmu masuk penjara, Pak?" bentak Bu Rumi.

"Bu, Nisha nggak mau masuk penjara", ucap Nisha di sela-sela tangisnya.

Nesha hanya terdiam mendengarkan orang tua mereka berdebat. Jika ia membuka mulut lagi, pasti ibunya akan beralih menyalahkannya. Karena memang seperti itulah arti kehadirannya. Apapun kesalahan yang adiknya perbuat, Bu Rumi akan selalu membelanya dan akan membuat dirinya ikut bersalah.

"Mas, cepat telpon Papa." Rengek Nisha seraya menggoyang-goyangkan lengan Fandi.

"Iya, iya". Segera Fandi menelepon Pak Faris. Dalam deringan kelima, papa nya baru menerima.

"Papa tahu kan kalau Nisha kena masalah?" Tanya Fandi sedikit ragu.

"Heh Fandi. Istrimu itu bisanya cuma cari masalah, ya?! Gara-gara dia, papa mu kena skorsing karena papa mu yang membawa dia masuk ke perusahaan!" Teriak Bu Reni dari seberang telepon.

Mendengar makian dari besannya, Pak Edi merasa malu dan merasa bersalah. Karena kelalaian anaknya, besannya pun harus kena imbasnya. Tapi tidak dengan Bu Rumi. Mendengar anaknya di maki, justru memicu adrenalin Bu Rumi untuk meladeni ucapan besannya.

"Situ yang kena skorsing, kenapa nyalahin anak saya?!" sentak Bu Rumi sambil berteriak di atas ponsel Fandi.

Fandi melotot kaget mendengar ucapan ibu mertuanya. Begitu pun dengan Nesha dan Pak Edi. Mereka sangat terkejut dengan ucapan Bu Rumi yang tak punya empati. Padahal ini semua adalah akibat ulah Nisha.

"Anak kalian itu beban banget buat anak saya! Bisanya cuma minta duit sama minta barang-barang mahal. Tapi nggak bisa melayani Fandi dengan baik!" Teriak Bu Reni kesal dan penuh amarah.

"Ma, udah. Jangan berantem sama besan", ucap Pak Faris menenangkan istrinya yang tersulut emosi.

Dengan cepat Pak Faris mematikan sambungan telepon. Ia tak mau terjadi perang antar besan. Meskipun ia pun kecewa dengan perkataan Bu Rumi.

Pak Pak Edi memijat keningnya yang terus berdenyut. Kini semua terdiam, kecuali Nisha yang masih tergugu.

"Biar suami mu saja yang cari jalan keluar, Nis. Kamu kan lagi hamil, jangan banyak pikiran, nanti stress. Nggak baik buat perkembangan janin", tutur Bu Rumi seraya melirik kearah Fandi yang terdiam seraya memejamkan mata. Perkataan Bu Rumi memang benar, tapi terasa tak enak terdengar.

Saat semua terdiam, terdengar suara motor Garvi yang baru tiba di pekarangan rumah. Segera Nesha menyambut suaminya dengan senyum terkembang.

Setelah mengucap salam, Garvi pamit ke kamar mandi untuk cuci tangan dan kakinya. Ia melihat semua orang sedang berkumpul dengan wajah muram, ia pun bertanya pada Nesha saat mereka sedang berada di dapur.

"Kenapa semuanya kok pada diem, Nes?" tanya Garvi seraya menggulung lengan kemejanya.

Kemudian Nesha menceritakan semua kronologi pada Garvi. Pria itu mendengarkan cerita istrinya seraya manggut-manggut.

"Kamu bilang tadi nama perusahaannya PT. Bumi Laut Jaya, ya?" tanya Garvi, lalu diiyakan dengan anggukan cepat oleh Nesha.

Garvi menatap langit-langit rumah, seolah sedang menerawang sesuatu. Lalu ia tersenyum simpul.

"Ada apa, Mas? Kok senyum-senyum?" tanya Nesha penasaran karena melihat tingkah aneh suaminya.

"Nggak apa-apa, kok. Aku cuci tangan dan kaki dulu, ya?"

Tak lama kemudian Garvi ikut bergabung di ruang tamu bersama seluruh anggota keluarga. Namun ia memilih diam di samping Nesha yang tampak terdiam pula. Mendengarkan 'siaran radio' dari Bu Rumi yang tak ada habisnya bercerita ngalor-ngidul. Sedangkan Nisha masih setia dengan air mata yang tampak mulai surut. Fandi dan Pak Edi memilih menyandarkan kepala di sofa seraya memijat kening masing-masing. Pemandangan yang membuat Garvi ingin tertawa.

Karena sudah semakin malam dan tak ada yang menemukan solusi untuk Nisha, akhirnya mereka membubarkan diri dan beristirahat di kamar.

Selang beberapa menit di dalam kamar, Garvi pamit ingin menelepon seseorang. Entah siapa orang di seberang sana, namun Garvi terus menerus memanggilnya dengan 'bro'. Seakan mereka akrab sekali. Nesha hanya memperhatikan suaminya dari atas ranjang. Sesekali lelaki itu menatap dirinya seraya melempar senyum. Membuat hati Nesha selalu berdesir setiap hari karena ketampanan suaminya yang bak artis korea baginya.

Setelah hampir setengah jam bercengkrama di telepon, akhirnya percakapan itu pun usai. Garvi menghampiri Nesha di atas ranjang dan segera memeluk tubuh istrinya. Mencium bibirnya dengan lembut dan mulai meraba-raba.

Malam ini mereka menghabiskan lagi satu malam yang penuh gairah.

1
na Nina
lamaaa bgt ga up
na Nina
lanjut kak
Yogya Sasmito
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!