SIAPKAN KANEBO UNTUK MENYEKA AIR MATA!!!
"Manakah yang akan membunuhnya, siksaan suami atau penyakit mematikan?"
Demi menghindari perjodohan dengan seorang pria yang merupakan mafia, ia menjebak seorang montir dan memaksa menikahinya. Tanpa disadari olehnya, bahwa sang montir ternyata adalah bekas seorang bos mafia.
Bukannya bahagia, Naya malah mendapat perlakuan buruk dari sang suami. Mampukah Naya bertahan dengan siksaan Zian di tengah perjuangannya melawat maut akibat penyakit mematikan yang menggerogoti tubuhnya?
IG otor : Kolom Langit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ultah Kia Group
Keesokan harinya...
Zian dan Naya sedang sarapan pagi. Zian terlihat sangat lahap menyantap nasi goreng buatan Naya. Senyum bahagia pun terbit di bibir gadis itu, melihat sang suami begitu menikmati makanan buatannya.
Setelah sarapan, tanpa sepatah katapun Zian beranjak menuju kamarnya dan mengambil sebuah tas ransel miliknya. Nayapun hanya mampu menatap Zian yang seperti sedang terburu-buru.
"Kau tidak perlu menyiapkan makan malam. Aku tidak pulang malam ini. Hari ini aku juga tidak ke bengkel," kata Zian lalu beranjak begitu saja.
"Tapi aku mau..." Naya baru saja akan minta izin untuk bermain piano di ulang tahun Kia Group. Namun, belum sempat meminta izin, Zian sudah berlalu meninggalkan rumah.
Aku rasa tidak apa-apa kalau aku keluar malam ini. Zianku juga tidak akan pulang malam ini kan... Tapi dia akan kemana? batin Naya.
Naya pun kembali ke meja makan dan membersihkan piring bekas Zian sarapan.
****
Di sebuah gedung tinggi menjulang, tampak seorang pria tampan sedang di sibukkan dengan menandatangani berkas-berkas yang bertumpukan di meja.
Seorang wanita yang menjadi asistennya memasuki ruangan dengan membawa beberapa map.
"Kau akan datang ke perayaan ulang tahun Kia Group, kan?" tanya wanita itu.
"Tentu saja, Anita..., tapi sepertinya aku akan terlambat, kau tidak lihat pekerjaanku bertumpuk," ucap pria itu.
"Baiklah, kita akan kesana bersama, kan?"
"Kau atur saja. Bagaimana persiapan acaranya? Semuanya sempurna kan?" tanya pria itu tanpa menoleh.
"Kau tenang saja. Mereka tahu seperti apa Tuan Zildjian Maliq Azkara yang selalu ingin kesempurnaan."
"Baguslah," jawab pria itu singkat.
Wanita itu kemudian mengambil satu map di atas meja dan menunjukkan pada tuannya, "Kau tahu, beberapa hari lalu ada seseorang yang mendonasikan dana yang cukup besar untuk Yayasan Kia," kata wanita itu.
"Benarkah? Dari perusahaan mana? Mereka tidak sedang cari muka kan?"
"Ini dana pribadi, di sini tertera atas nama Zian," kata wanita itu seraya tersenyum penuh arti.
Pria itu seperti terkejut mendengar ucapan asistennya, lalu dengan segera mengambil map itu. Tampak donatur atas nama Zian dengan jumlah yang sangat besar di sana.
"Menurutmu itu siapa?" tanya sang asisten.
"Sudahlah, bagikan saja uang itu untuk orang-orang yang kurang mampu. Pastikan pembagiannya merata," titah pria itu.
"Baiklah, seperti biasa..." sahut Wanita itu lalu segera meninggalkan ruangan bosnya itu.
Sementara pria itu duduk bersandar di kursi kebesarannya, menatap keluar jendela. Pikirannya sedang melayang kemana-mana.
"Naya..." gumamnya pelan.
"""
Sore hari, seperti kesepakatannya dengan Rafli, Naya sudah menunggu di tempat kemarin dia janjian dengan Rafli. Sesekali gadis itu melirik jam di pergelangan tangannya.
Tidak lama kemudian, datanglah Rafli dengan mengendarai sebuah mobil.
"Ayo, Nay..." ajak Rafli ketika melihat Naya duduk di kursi di sisi jalan. Nayapun segera naik ke mobil itu.
"Kita mau kemana?" tanya Naya.
"Kita akan ke salon dulu. Kau harus tampil cantik di acara itu kan?" kata Rafli seraya menyetir.
Tidak lama kemudian, mereka telah sampai di sebuah salon ternama di kota itu. Rafli mengajak Naya masuk ke sana.
Naya pun langsung di layani bagai seorang ratu oleh para pegawai salon itu. Mereka mendandani Naya sehingga gadis itu terlihat seperti seorang putri sungguhan.
Rafli duduk di sofa ruang tamu seraya memainkan ponselnya, pria itu menunggu dengan sabar Naya yang sedang berada dalam ruangan perias.
Tidak lama kemudian, Naya keluar dari ruangan itu dengan memakai gaun yang sudah di siapkan oleh Rafli. Pria itupun menatap Naya tanpa berkedip.
Kau kah itu Naya? Kau terlihat seperti seorang peri. Pantas saja Evan begitu tergila-gila padamu. batin Rafli.
Pria itupun melirik jam di pergelangan tangannya, "Ayo, Naya... Aku tidak mau di penggal jika terlambat."
***
"Memangnya, tuan pemilik Kia Group itu semenyeramkan itu, ya?" tanya Naya di tengah perjalanan menuju hotel tempat berlangsungnya acara itu.
"Sebenarnya dia itu orang baik... Kau tahu, dia sedang membangun sebuah gedung Yayasan amal dan rumah sakit gratis untuk orang yang kurang mampu. Hanya saja, dia tidak akan mentoleransi kesalahan sekecil apapun."
"Benarkah? Jadi Yayasan Kia itu miliknya juga?" tanya Naya yang teringat saat menyumbangkan semua uang hasil jual mobilnya ke Yayasan Kia.
"Iya, itu miliknya. Kalau kau sedang sakit dan butuh biaya untuk berobat. Yayasan amal Kia siap membantu. Tinggal ajukan bantuan saja," kata Rafli.
"Masih ada ya, orang sebaik itu di dunia ini...?" gumam Naya.
Naya pun teringat pada pengobatannya yang membutuhkan uang banyak.
Zianku tidak suka menerima bantuan dari orang lain. Jadi aku akan hidup hanya dari hasil kerjanya. Aku akan menjalani hidupku dengan bergantung padanya.
Tibalah Naya dan Rafli di hotel tempat berlangsungnya acara malam itu. Rafli mengajak Naya masuk melalui pintu karyawan.
Suasana ballroom hotel itu sudah sangat ramai oleh para tamu yang berdatangan.
Evan datang menghampiri Naya yang sedang bersiap-siap naik ke panggung. Pria itu pun terkagum-kagum oleh penampilan Naya malam itu.
Ya ampun, kenapa aku merasa bidadari dari surga sedang lepas dan turun ke bumi. batin Evan.
"Kau sudah siap, Nay?" tanya Evan.
"Iya... Tapi aku agak gugup. Terakhir kali aku bermain piano di hadapan orang sebanyak ini empat tahun lalu."
"Haha, anggap saja kau sedang bernyanyi di cafe. Penampilanmu di cafe kemarin benar-benar bagus," ucap Evan yang mencoba membangkitkan kepercayaan diri gadis itu.
Naya pun mengintip dari balik tirai, tampak suasana di ruangan itu sudah di padati para tamu.
Beberapa saat kemudian, seorang pria masuk di antara kerumunan orang-orang itu. Naya melihat pria itu dari kejauhan. Tampak pria itu di kawal oleh beberapa orang. Hingga beberapa tamu mendekat dan membungkuk hormat.
Naya mencoba menajamkan penglihatannya yang samar-samar itu. Namun, dia tidak dapat melihat dengan jelas wajah orang itu.
Kenapa aku merasa seperti melihat Zianku... Apa karena aku terlalu memikirkannya sehingga aku merasa melihatnya dimana-mana? batin Naya.
Acara pun di mulai dengan hiburan. Tampak beberapa penari sudah berada di atas panggung.
"Naya, giliranmu tampil setelah penari itu selesai. Kau langsung naik ke panggung saja, ya... Tenang saja, acara ini tertutup dari media, jadi tidak akan ada pemberitaan," tutur Rafli.
"baiklah,"
Naya masih mengintip di balik tirai, menyaksikan penampilan para penari itu.
"Apa laki-laki yang duduk di sudut sana adalah pemilik Kia Group?" tanya Naya pada Rafli seraya menunjuk seseorang di sudut sana.
Rafli pun mengalihkan pandangannya ke arah yang di tunjuk oleh Naya, "Iya, itu pemilik Kia Group, bagaimana menurutmu? Apa dia sangat tampan?"
Tampan apanya? Aku bahkan tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena mata bodohku ini. batin Naya.
****
Bersambung
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Zin yg menculik Naya buat bulan madu.. 🤣🤣🤣🤣
jawab aja dalam sebulan 4x wanita datang bulan... 🤣🤣🤣