Kisah Lyla, seorang make-up artist muda yang menjalin hubungan diam-diam dengan Noah, aktor teater berbakat. Ketika Noah direkrut oleh agensi besar dan menjadi aktor profesional, mereka terpaksa berpisah dengan janji manis untuk bertemu kembali. Namun, penantian Lyla berubah menjadi luka Noah menghilang tanpa kabar. Bertahun-tahun kemudian, takdir mempertemukan mereka lagi. Lyla yang telah meninggalkan mimpinya sebagai make-up artist, justru terseret kembali ke dunia itu dunia tempat Noah berada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon meongming, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Aktor Berbakat
Tirai panggung perlahan terbuka.
Cahaya dari spotlight langsung menyapu panggung, menyorot latar yang disiapkan sedari pagi. Penonton memenuhi gedung, kursi-kursi terisi penuh. Suara kamera dan bisik-bisik tak sabar terdengar samar dari bangku paling depan , beberapa jurnalis dan perwakilan agensi teater memang dikabarkan hadir hari itu.
Di balik panggung, jantung para pemain berdetak kencang. Tapi mereka melangkah maju.
Noah keluar pertama sebagai tokoh utama laki-laki, berjalan perlahan ke tengah panggung. Suara narasi pembuka mengalun dari speaker.
“Di kota kecil yang sunyi, hidup seorang pemuda yang tak pernah percaya pada cinta... sampai ia bertemu dia.”
Noah mengangkat wajahnya, ekspresinya berubah. Cahaya menyorot matanya yang kini penuh karakter... bukan lagi Noah yang gugup, tapi tokoh yang ia perankan sepenuhnya. Suaranya tenang, jelas, dan penuh emosi.
Di belakang panggung, Lyla mengamati dari celah tirai. Bibirnya membentuk senyum bangga.
Pertunjukan berlanjut. Dialog demi dialog mengalir. Akting Noah memukau—intonasi, ekspresi, bahkan gesturnya seperti aktor profesional.
Penonton mulai terpaku.
Lalu, masuklah tokoh perempuan utama, diperankan oleh Rose. Adegan demi adegan dimainkan dengan intensitas yang terus naik. Chemistry antara mereka pun begitu hidup. Lyla sempat merasa dadanya sesak saat melihat ekspresi Noah menatap lawan mainnya meski ia tahu itu hanya akting.
Tiba pada adegan klimaks... saat sang tokoh laki-laki menyadari bahwa ia telah jatuh cinta dan tak ingin kehilangan gadis itu. Noah berdiri di bawah sorot lampu tunggal. Napasnya berat. Ia bicara sambil menahan air mata:
“Mungkin aku terlambat menyadarinya… Tapi sejak pertama kali aku melihatmu... aku tahu, hidupku tak akan sama lagi.”
Beberapa penonton terdengar menarik napas dalam. Tepuk tangan pelan bahkan muncul di tengah adegan, sesuatu yang jarang terjadi kecuali akting benar-benar menyentuh.
Lyla menutup mulutnya. Ia menahan tangis bukan karena cemburu, tapi karena bangga. Itu Noah. Itu orang yang ia percaya akan bersinar dan hari ini, dia benar-benar bersinar.
Begitu tirai tertutup dan lampu panggung diredupkan, tepuk tangan riuh menggema di dalam ruangan. Beberapa penonton bahkan berdiri. Para pemain saling menatap penuh lega dan haru, napas mereka masih memburu. Noah berdiri di tengah para pemain lain, wajahnya masih membawa sisa-sisa emosi dari adegan terakhir.
Juliet datang lebih dulu, memeluk semua satu per satu, suaranya bergetar.
"Kita berhasil... Kalian luar biasa..."
Backstage ramai. Semua saling mengucap selamat, tertawa, ada yang menangis lega. Beberapa guru datang memuji. Bahkan ada satu pria berpakaian formal dengan ID agensi menggantung di leher, menghampiri salah satu panitia.
"Siapa nama anak laki-laki pemeran utama tadi?"
Tapi Lyla tak mendengar detail itu.
Ia berdiri agak menjauh, memeluk kotak makeup nya, menatap ke arah Noah dari balik kerumunan.
Noah melihat ke sekeliling… dan begitu matanya menemukan Lyla, dia langsung berjalan ke arahnya, menyibak kerumunan. Langkah Noah cepat, ekspresinya berubah lembut.
"Lyla..."
Lyla tersenyum, gugup tapi bahagia.
"Kamu... kamu luar biasa banget."
Noah berhenti tepat di depannya. Wajahnya masih sedikit berkeringat, tapi matanya berbinar.
"Aku bisa sampai titik ini karena kamu."
"Nggak, ini Karena kerja keras kamu..."
"Tapi kamu yang percaya duluan." Noah menatapnya dalam.
Suasana seolah hening sejenak. Di tengah keramaian, hanya ada mereka berdua. Noah lalu mendekat dan-sedikit ceroboh-memeluk Lyla sebentar. Pelukan singkat, hangat, dan tulus.
Lyla sempat membeku.
"Aku senang kamu ada di sini hari ini," bisik Noah sebelum melepaskan pelukannya.
"Dan... aku nggak mau sembunyi lagi."
Lyla terkejut.
"Maksudmu...?"
"Kalau orang tahu kita pacaran... Ya biarkan saja. Aku mau orang tahu, kalau aku suka kamu."
Noah tersenyum, lalu dengan berani menggenggam tangan Lyla-di tengah semua orang yang masih lalu lalang.
Lyla tertawa kecil, menunduk malu, lalu menggenggam balik tangan Noah.
Hari itu, Lyla bukan hanya melihat Noah bersinar di atas panggung. Tapi juga melihat dirinya sendiri gadis biasa dengan kotak makeup dan mimpi kecil—ikut bersinar bersamanya.