NovelToon NovelToon
Senja Garda

Senja Garda

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Mengubah Takdir / Action / Dosen / Epik Petualangan / Penyelamat
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Daniel Wijaya

Siang hari, Aditya Wiranagara adalah definisi kesempurnaan: Dosen sejarah yang karismatik, pewaris konglomerat triliunan rupiah, dan idola kampus.

Tapi malam hari? Dia hanyalah samsak tinju bagi monster-monster kuno.

Di balik jas mahalnya, tubuh Adit penuh memar dan bau minyak urut. Dia adalah SENJA GARDA. Penjaga terakhir yang berdiri di ambang batas antara dunia modern dan dunia mistis Nusantara.

Bersenjatakan keris berteknologi tinggi dan bantuan adiknya yang jenius (tapi menyebalkan), Adit harus berpacu melawan waktu.

Ketika Topeng Batara Kala dicuri, Adit harus memilih: Menyelamatkan Nusantara dari kiamat supranatural, atau datang tepat waktu untuk mengajar kelas pagi.

“Menjadi pahlawan itu mudah. Menjadi dosen saat tulang rusukmu retak? Itu baru neraka.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daniel Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TAGIHAN DAN MIMPI BASAH

Waktu: Jumat, 19 April 2019. Pukul 10.00 WIB. Lokasi: Ruang VVIP, Rumah Sakit Wiranagara Medika, Jakarta.

Bau antiseptik mahal dan suara bip-bip ritmis dari monitor jantung adalah hal pertama yang menyambut Aditya kembali ke dunia orang hidup.

Dia membuka matanya perlahan. Cahaya putih menyilaukan menusuk retinanya.

"Jangan mati dulu," sebuah suara familiar terdengar datar dari sudut ruangan. "Asuransi jiwamu klausulnya rumit. Aku malas mengurus dokumennya."

Aditya mengerjap, mencoba memproses realitas. Dia berada di ruang VVIP. Ruangan ini lebih mirip suite hotel bintang lima daripada bangsal medis: sofa kulit Italia, TV 80 inci yang menempel di dinding, dan humidifier yang menyemburkan uap aromaterapi eucalyptus.

Di sofa kulit itu, duduk Arya Wiranagara.

Sang kakak sedang memegang tablet kerja, wajahnya terlihat sepuluh tahun lebih tua daripada terakhir kali Aditya melihatnya. Lingkaran hitam di bawah mata Arya hampir menyaingi milik Aditya sendiri.

"Aku masih hidup?" suara Aditya parau, tenggorokannya terasa sekering gurun pasir.

"Secara teknis, ya," jawab Arya tanpa mengalihkan pandangan dari layar tablet. "Secara finansial? Kau sudah koma."

Arya berdiri, berjalan mendekat ke ranjang pasien. Dia menekan tombol di samping ranjang untuk menaikkan sandaran punggung Aditya.

"Tiga tulang rusuk patah. Gegar otak sedang. Luka bakar tingkat dua di bahu kiri akibat radiasi magis. Dan keracunan energi nekrotik yang membuat tim dokter bingung kenapa sel darah putihmu berperilaku aneh," Arya membacakan daftar kerusakan itu seperti membacakan neraca kerugian perusahaan akhir tahun.

"Selamat, Aditya. Kau resmi menjadi aset dengan biaya perawatan tertinggi bulan ini."

Aditya mencoba tertawa, tapi dadanya sakit. "Candi... bagaimana?"

"Masih berdiri. Untungnya," Arya meletakkan tabletnya di meja nakas.

Di layar tablet itu terpampang berita utama: GEMPA TEKTONIK LOKAL GUNCANG YOGYAKARTA, CANDI PRAMBANAN DITUTUP SEMENTARA UNTUK PEMUGARAN.

"Tim PR kita bekerja lembur," jelas Arya, nadanya lelah. "Kami berkoordinasi dengan BMKG untuk mengklasifikasikannya sebagai aktivitas sesar aktif. Kerusakan struktur candi kami tanggung lewat dana CSR Yayasan. Wartawan dilarang masuk radius satu kilometer."

"Fajar?" tanya Aditya cemas. "Dia ada di sana saat kejadian. Dia yang..." Aditya mencoba mengingat, "...dia yang menyeretku keluar."

Arya terdiam sejenak.

"Teman wartawanmu itu?" Arya mendengus pelan. "Dia hidup. Dan harus kuakui, dia cukup berguna. Aku sudah membeli semua foto di kartu memori kameranya dengan harga yang cukup untuk melunasi KPR rumahnya. Dia setuju tutup mulut soal monster, tapi dia tetap menulis artikel bagus soal 'Dampak Gempa terhadap Situs Sejarah'. Simbiosis mutualisme."

Aditya menghela napas lega.

"Topengnya..." bisik Aditya. "Topeng Batara Kala... aku gagal, Mas. Benda itu tersedot masuk ke portal."

Hening sejenak. Arya menatap adiknya dengan tatapan yang sulit diartikan. Tepatnya campuran antara kekecewaan bisnis dan kelegaan seorang kakak.

"Benda itu hilang, Adit," kata Arya pelan. "Mungkin itu yang terbaik. Tidak ada manusia yang seharusnya memegang kuasa atas waktu. Bahkan Bayangga sekalipun."

Arya merapikan jasnya, bersiap pergi.

"Masalah selesai. Sekarang fokuslah sembuh. Jangan cari mati dulu. Saham kita butuh stabilitas."

Arya meletakkan sebuah botol kecil berisi cairan biru di meja.

"Dokter sudah menyuntikkan serum regenerasi eksperimental dari lab Jerman. Tapi kalau masih sakit, minum ini. Harganya lebih mahal dari mobilmu, jadi jangan dimuntahkan."

Pintu kamar terbuka otomatis. Karina masuk membawa keranjang buah dan wajah ceria.

"Mas Arya mau kemana? Buru-buru banget."

"Mencari uang untuk membayar tagihan rumah sakit kakakmu," jawab Arya ketus sambil berjalan keluar. Namun sebelum pintu tertutup, Aditya melihat bahu Arya yang tegang akhirnya rileks.

Sepeninggal Arya, Karina duduk di kursi samping ranjang, mengambil apel dan menggigitnya sendiri.

"Mas Arya bohong tuh," bisik Karina sambil mengunyah. "Dia panik setengah mati pas denger Mas pingsan. Dia nungguin di sini dua hari dua malam, baru pulang buat mandi tadi pagi."

Aditya tersenyum tipis. "Dasar tsundere."

"Gimana rasanya, Mas? Jadi penyelamat dunia?"

"Capek, Dek," jawab Aditya jujur. Dia memandang langit Jakarta yang kelabu di luar jendela. "Rasanya aku mau pensiun dini."

"Serius?"

"Serius. Minggu depan aku mau ambil cuti hero. Cuti panjang. Aku mau jadi warga sipil total. Aku mau nonton bioskop, ngopi mahal di SCBD, dan tidur seharian tanpa mikirin hantu atau artefak barang sedetik pun."

Karina tertawa renyah, lalu menatap kakaknya dengan tatapan kasihan yang dibuat-buat.

"Cuti hero sih boleh aja, Mas. Tapi jangan lupa status KTP Mas."

"Maksudnya?"

"Cuti dosen nggak bisa, Pak Prof," Karina menyeringai. "Tadi pagi pihak kampus nelpon ke kantor. Katanya mahasiswa Mas udah pada nanyain, kapan 'Dosen Ganteng' masuk lagi? Mereka butuh bimbingan skripsi, Mas."

Aditya mengerang panjang, menutup wajahnya dengan bantal.

"Proposal penelitian Mas soal 'Jalur Rempah dan Mistis' juga ditagih sama Dekan. Katanya deadline laporannya minggu depan."

Karina mengangkat satu jari, menahan keluhan kakaknya. Wajahnya berubah sedikit lebih serius.

“Oh, dan itu belum bagian terburuknya.”

“Apa lagi?” tanya Aditya waswas.

”Siap-siap saja, Mas. Ajudan Deputi VII tadi menghubungi lewat jalur aman.”

Mata Aditya membelalak seketika. “Deputi VII? Divisi mistis itu?”

Karina mengangguk. “Mereka nyari mas buat laporan insiden Prambanan. Katanya ‘Pemerintah butub penjelasan kenapa satelit mendeteksi lonjakan energi setara reaktor nuklir di Jawa Tengah’.”

”Luar biasa, gumam Aditya. “Aku baru saja menyelamatkan dunia dari kiamat waktu, dan hadiahku adalah mengoreksi skripsi mahasiswa lalu diinterogasi pejabat negara.”

Itulah hidup, Mas. Pahlawan juga butuh gaji dan urus birokrasi,” Karina menepuk lengan Adit. “Udah, istirahat dulu. Nanti aku bawain laptop biar kerja di kasur.”

"Kau adik yang kejam."

Obrolan ringan itu membuat mata Aditya memberat. Efek obat bius dan kelelahan mengambil alih. Dia memejamkan mata, merasa aman.

Bayangga mundur. Topeng hilang. Fajar selamat. Dan masalah terbesarnya minggu depan hanyalah mahasiswa yang malas bimbingan.

Aditya terlelap.

Namun, tidur bagi seorang Senja Garda tidak pernah benar-benar kosong.

Di dalam kegelapan mimpinya, sesuatu yang aneh terjadi.

Biasanya, efek samping penggunaan "Mata Leluhur" adalah hilangnya ingatan masa lalu—seperti nama ibunya yang kini menjadi lubang hitam di otaknya.

Tapi kali ini, kekosongan itu diisi oleh sesuatu yang baru. Sesuatu yang asing.

Duaarr!

Suara petir menggelegar dalam mimpinya.

Aditya merasa dingin. Sangat dingin. Dia tidak lagi di kasur empuk rumah sakit.

Dia merasakan air.

Air keruh yang berbau lumpur dan bensin memenuhi mulutnya. Dia terombang-ambing di permukaan sungai yang luas dan gelap. Di atasnya, hujan badai mengguyur deras.

Dia melihat ke atas. Ada sebuah jembatan raksasa berwarna merah yang membentang di langit malam, diterangi lampu sorot yang berkedip sekarat.

Sebuah jam besar di menara jembatan itu menyala merah.

Aditya mencoba berenang, tapi kakinya ditarik.

Ribuan tangan pucat muncul dari kedalaman air, mencengkeram kakinya, menariknya ke dasar sungai yang hitam pekat.

"Aditya..." bisik suara air itu, suara ribuan orang mati yang bernyanyi. "Datanglah... Kami lapar..."

Aditya tersentak bangun di ranjang rumah sakitnya.

"Hah... hah..."

Napasnya memburu. Keringat dingin membasahi baju pasiennya. Dia meraba lehernya, seolah baru saja tercekik air.

Ruangan itu sepi. Karina sudah pulang. Jam dinding menunjukkan pukul 02.00 dini hari.

Aditya menatap tangannya yang gemetar. Dia masih bisa merasakan sensasi dingin air sungai itu di kulitnya. Rasa asin dan amis di lidahnya.

"Itu bukan kenangan," bisik Aditya pada kegelapan kamar. "Itu... masa depan."

Dia tidak tahu sungai apa itu. Dia tidak tahu jembatan apa itu. Dia hanya tahu satu hal: Di dalam visi itu, dia mati tenggelam.

Aditya menyandarkan kepalanya kembali ke bantal, menatap langit-langit yang diam.

Dia mengira dia bisa istirahat panjang. Dia mengira dia bisa fokus menjadi dosen dan meneliti sejarah dengan tenang.

Dia tidak tahu, bahwa nun jauh di pulau seberang, di dasar sungai yang keruh, sebuah benda kuno baru saja mulai bernyanyi memanggil namanya.

Cuti panjangnya baru saja dibatalkan oleh takdir.

1
Santi Seminar
lanjutt
Kustri
sambil menyelam minum☕
Kustri
maju teros, ojo mundur Dit, kepalang tanggung, yakin!!!
Kustri
jgn lewatkan, ini karya👍👍👍
luar biasa!!!
Santi Seminar
suka ceritamu thor
Santi Seminar
jodoh kayaknya😍
Kustri
seh kepikiran wedok'an sg duel ro adit ng gudang tua... sopo yo thor, kawan po lawan🤔
tak kirimi☕semangat💪
Kustri
☕nggo pa tio sg meh begadang
💪💪💪thor
Kustri
hahaaa dpt😉 g bs tidur pa dosen
jodoh ya thor🤭
Kustri
apa kau tersepona hai wanita cantik...

makhluk luar angkasa, bukan makhluk halus🤭
Santi Seminar
wow
Kustri
oowh jembatan merah di mimpi adit ternyata di palembang
💪💪💪adit
Kustri
ckckckk... seru tenan!!!
Kustri
serius mocone deg"an
tp yakin sg bener tetep menang
Kustri
☕tak imbuhi dit💪
Kustri
☕ngopi sik dit, bn nambah kekuatanmu💪
Kustri
gempa lokal
was", deg"an, penasaran iki dadi 1
💪💪💪dit
Kustri
3 raksasa lawan 1 manusia...ngeri" sedap
jar, ojo lali kameramu di on ke
💪💪💪 dit
Kustri
pusaka legend sll ada💪
Daniel Wijaya: Betul banget Kak! Nusantara kita emang gudangnya pusaka sakti. Sayang kalau nggak diangkat jadi cerita! 🔥
total 1 replies
Kustri
qu berharap kau menyelesaikan karyamu ini thor, wlu blm byk yg mampir, tetap semangat berkarya
Daniel Wijaya: Aamiin! Makasih banget doanya Kak 🥹 Justru karena ada pembaca setia kayak Kak Kustri, aku jadi makin semangat buat namatin cerita ini sampai akhir. Tenang aja, perjalanan Adit masih panjang! 🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!