NovelToon NovelToon
Legend Of The Sky Devourer-Kunpeng Terakhir

Legend Of The Sky Devourer-Kunpeng Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Epik Petualangan / Fantasi
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Alvarizi

Di Desa Fuyun yang terkubur salju, Ling Tian dikenal sebagai dua hal yakni badut desa yang tak pernah berhenti tertawa, dan "Anak Pembawa Sial" yang dibenci semua orang.

Tidak ada yang tahu bahwa di balik senyum konyol dan sikap acuh tak acuh itu, tersimpan jiwa yang lelah karena kesepian dan... garis darah monster purba yang paling ditakuti langit yakni Kunpeng.

Enam puluh ribu tahun lalu, Ras Kunpeng musnah demi menyegel Void Sovereign, entitas kelaparan yang memangsa realitas. Kini, segel itu retak. Langit mulai berdarah kembali, dan monster-monster dimensi merangkak keluar dari bayang-bayang sejarah.

Sebagai pewaris terakhir, Ling Tian dipaksa memilih. Terus bersembunyi di balik topeng humornya sementara dunia hancur, atau melepaskan "monster" di dalam dirinya untuk menelan segala ancaman.

Di jalan di mana menjadi pahlawan berarti harus menjadi pemangsa, Ling Tian akan menyadari satu hal yakni untuk menyelamatkan surga, dia mungkin harus memakan langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33: Ye Qing

Matahari akhirnya menembus lapisan awan tebal di Ngarai Guntur Mati, menyinari geladak Bahtera Roh yang porak-poranda.

Serangan itu berakhir secepat kedatangannya.

Para Perampok Awan Merah, setelah kehilangan kontak dengan tim penyusup elit mereka di bawah dan melihat kegigihan Fang Yu di atas, memilih untuk mundur. Mereka melompat kembali ke punggung Hiu Langit mereka, menyelam ke dalam lautan awan, meninggalkan bangkai rekan-rekan mereka yang berserakan di geladak.

"LARI KALIAN, TIKUS!" teriak Fang Yu, mengangkat Broadsword emasnya tinggi-tinggi. Jubah perangnya berlumuran darah hijau monster, membuatnya terlihat seperti dewa perang yang baru turun dari langit.

"Lihat itu!" Fang Yu berbalik menghadap timnya, dadanya membusung bangga. "Inilah kekuatan Sekte Pedang Langit! Mereka lari ketakutan melihat pedangku!"

Lei Hao, yang napasnya masih memburu dan jubahnya hangus di beberapa bagian, segera mengangguk setuju. "Kapten Fang memang luar biasa. Satu tebasan pembelah gunung tadi... benar-benar membuka mata saya."

Jiang Wuqing tidak berkomentar. Dia duduk bersandar di tiang layar, mengatur napas sambil membersihkan pedang Autumn Water-nya. Matanya yang bengkak melirik ke arah pintu palka bawah dengan curiga.

Sementara itu, di sudut geladak yang paling tidak mencolok, berdiri seorang wanita muda.

Ye Qing.

Dia mengenakan seragam standar murid inti Sekte Pedang Langit, tapi ada sesuatu yang berbeda dari cara dia berdiri. Dia tidak memegang pedang, melainkan sebuah kipas lipat dari baja tipis. Wajahnya biasa saja, tipe wajah yang mudah dilupakan orang dalam kerumunan, tapi matanya... matanya bergerak gelisah.

Ye Qing tidak ikut merayakan kemenangan. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk gagang kipas dengan ritme cepat.

'Kenapa tidak ada ledakan?' batin Ye Qing, keringat dingin membasahi punggungnya. 'Seharusnya sekarang pintu palka bawah sudah jebol. Seharusnya Kargo Asura itu sudah diambil. Kenapa Si Mata Satu tidak memberi sinyal?'

Dia melirik Fang Yu yang sedang sibuk membual. Tidak ada yang membuatnya curiga.

Ye Qing perlahan mundur, berniat menyelinap turun ke palka untuk memeriksa keadaan.

Namun, sebelum kakinya melangkah menuruni tangga, pintu palka itu terbuka dari dalam.

KREIT...

Jantung Ye Qing berhenti berdetak sesaat. Dia memegang erat kipasnya, siap menyerang jika yang keluar adalah Si Mata Satu yang gagal menjalankan misi.

Tapi yang keluar adalah seorang pelayan dengan baju goni kotor yang penuh noda oli dan debu.

Pemuda itu berjalan naik ke geladak sambil membawa nampan kayu berisi teko teh dan beberapa cangkir. Wajahnya cemong, rambutnya acak-acakan, dan dia terlihat... sangat menyedihkan.

"Maaf... Maaf saya lambat..." kata Ling Tian dengan suara gemetar, membungkuk-bungkuk pada Fang Yu. "Saya bersembunyi di gudang makanan tadi... suaranya seram sekali... saya takut..."

Fang Yu menendang nampan di tangan Ling Tian, tapi Ling Tian dengan "kikuk" berhasil menyeimbangkannya sehingga tidak ada tetes teh yang tumpah.

"Dasar sampah!" bentak Fang Yu. "Kami bertaruh nyawa di sini, kau malah enak-enakan berembunyi?! Harusnya kulempar kau ke kawanan hiu tadi!"

"Maafkan saya, Kapten... saya cuma pelayan bodoh..." Ling Tian terus menunduk, tubuhnya gemetar ketakutan.

Di sudut, Ye Qing menghembuskan napas lega.

'Cuma si pelayan idiot,' pikirnya. 'Berarti tim penyusup belum naik. Mungkin mereka masih berusaha membongkar segel di bawah. Sial, kinerjanya lambat sekali.'

Ye Qing merapikan rambutnya, berusaha terlihat tenang. Dia melihat Ling Tian mulai membagikan cangkir teh kepada anggota tim untuk meredakan ketegangan pasca-pertarungan.

"Tuan Jiang, ini teh untuk Anda," Ling Tian menyodorkan cangkir pada Jiang Wuqing.

Jiang Wuqing menatap Ling Tian dalam-dalam, lalu menerima cangkir itu. "Terima kasih."

Ling Tian beralih ke Lei Hao, lalu ke Xueya. Dia melayani mereka dengan sikap budak yang sempurna.

Akhirnya, dia sampai di depan Ye Qing.

Ye Qing berdiri bersandar di pagar kapal, menatap awan dengan wajah datar.

"Nona Ye," suara Ling Tian terdengar sopan. "Silakan. Teh Melati hangat untuk menenangkan saraf."

Ye Qing menoleh. Dia menatap wajah pelayan itu. Menampilkan wajah yang kotor, polos, dan dihiasi senyum bodoh yang lebar.

"Aku tidak haus," kata Ye Qing ketus. Dia tidak ingin menerima apa pun dari tangan kotor itu.

"Oh, ayolah, Nona," Ling Tian melangkah sedikit lebih dekat, melanggar batas kenyamanan personal. "Anda terlihat pucat. Seperti orang yang sedang... menunggu seseorang yang tak kunjung datang."

Tubuh Ye Qing menegang. Matanya menyipit menatap Ling Tian.

"Apa maksudmu?"

Ling Tian masih tersenyum. Dia pura-pura membersihkan noda debu di meja samping Ye Qing dengan lengan bajunya.

"Tadi waktu saya sembunyi di gudang bawah..." Ling Tian berbisik, suaranya sangat pelan hingga tertutup desau angin, hanya bisa didengar oleh telinga kultivator Ye Qing.

"...saya melihat banyak tikus mati."

Ye Qing membeku. "Tikus?"

"Iya. Tikus-tikus besar berbaju hitam," lanjut Ling Tian, matanya yang hitam pekat menatap lurus ke manik mata Ye Qing. Senyum bodohnya perlahan berubah menjadi seringai tipis yang mengerikan.

"Ada enam ekor. Semuanya mati. Lehernya patah, badannya hancur... ah, berantakan sekali. Baunya juga tidak enak."

Wajah Ye Qing kehilangan warna darahnya dalam sekejap. Kipas di tangannya bergetar.

Enam orang. Jumlah tim penyusup elit itu tepat enam orang.

"Kau..." napas Ye Qing tercekat. Dia ingin berteriak, ingin menyerang, tapi aura membunuh yang tiba-tiba memancar dari tubuh Ling Tian. Sebuah tekanan aura yang tajam, dingin, dan berbau darah amis mengunci lidahnya.

Itu bukan aura seorang pelayan. Itu aura seorang monster yang baru saja dikeluarkan Ling Tian.

Ling Tian menuangkan teh ke cangkir, lalu meletakkannya di tangan Ye Qing yang sedang gemetar.

"Oh iya, Nona," bisik Ling Tian lagi, mendekatkan bibirnya ke telinga Ye Qing seolah sedang membocorkan gosip.

"Tikus yang paling besar... si mata satu itu... sebelum dia tidur selamanya, dia menitipkan salam."

Ling Tian menarik kembali wajahnya, kembali memasang ekspresi pelayan polos.

"Dia bilang... 'Kipas lipatmu cantik sekali'."

PRANG!

Cangkir teh di tangan Ye Qing jatuh, pecah berkeping-keping di lantai geladak kapal. Teh panas menyiram sepatu mahalnya, tapi dia tidak merasakannya.

Kakinya lemas. Dia mundur selangkah, menatap Ling Tian dengan ekspresi takut.

Dia tahu. Pelayan ini tahu semua rencananya. Dan dia... dialah yang membantai enam elit pembunuh itu sendirian di kegelapan palka?

"Nona Ye! Ada apa?" Fang Yu menoleh, terganggu oleh suara pecahan cangkir teh tersebut. "Kenapa kau menjatuhkan tehmu? Apa pelayan ini mengganggumu?"

Fang Yu melangkah maju dengan wajah marah, siap memukul Ling Tian.

Ye Qing membuka mulutnya. Dia ingin berteriak, "Dia pembunuh! Dia iblis!"

Tapi kemudian dia melihat tangan kanan Ling Tian. Tangan yang diperban itu bergerak sedikit, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk paha sendiri dengan santai. Sebuah isyarat untuk tetap diam.

Ye Qing sadar. Jika dia bicara sekarang, jika dia membongkar kedok Ling Tian... maka Ling Tian juga akan membongkar kedoknya sebagai pengkhianat yang menjual rute kapal.

Dan di atas kapal milik Istana Shenxiao ini, hukuman bagi pengkhianat jauh lebih buruk daripada kematian.

Ye Qing menelan ludah yang terasa seperti pasir.

"T-tidak... Kapten," jawab Ye Qing gagap, suaranya bergetar. "Saya... tangan saya licin. Tehnya terlalu panas."

Fang Yu mendengus kesal. "Ck. Perempuan dan saraf lemahnya. Ling Tian! Bersihkan pecahan itu! Jangan sampai melukai kaki kami!"

"Siap, Tuan Kapten!" seru Ling Tian ceria.

Dia berjongkok, memunguti pecahan keramik itu satu per satu di dekat kaki Ye Qing.

Saat dia memungut pecahan terakhir, dia mendongak, menatap Ye Qing dari bawah.

"Hati-hati, Nona," kata Ling Tian pelan. "Barang pecah belah itu rapuh. Sekali retak... tidak bisa kembali utuh. Sama seperti leher."

Ling Tian berdiri, membawa nampan berisi pecahan beling itu, lalu berjalan pergi bersiul santai menuju dapur, meninggalkan Ye Qing yang berdiri mematung di tengah geladak yang dingin.

Di seberang geladak, Jiang Wuqing memperhatikan interaksi itu dengan mata menyipit. Dia tidak mendengar percakapannya, tapi dia melihat tangan Ye Qing yang gemetar hebat.

"Menarik," gumam Jiang Wuqing pelan.

"LANDASAN TERLIHAT!" teriakan navigator dari anjungan memecah ketegangan.

Di depan sana, di balik awan yang mulai menipis, sebuah pemandangan megah terhampar.

Bukan sebuah kota biasa.

Itu adalah sebuah lembah raksasa di mana ribuan pedang batu kuno setinggi gedung pencakar langit menancap di tanah. Dan di antara pedang-pedang raksasa itu, bangunan-bangunan kota dibangun menggantung, dihubungkan oleh jembatan rantai dan formasi cahaya.

Kota Seribu Pedang (Thousand Swords City).

Jantung dari sebuah wilayah netral. Tempat berkumpulnya para monster muda dari seluruh benua.

Ling Tian berdiri di haluan kapal, angin menerpa wajahnya. Dia bisa merasakan ribuan aura kuat memancar dari kota itu.

"Kita sampai, Tuan Kun," batin Ling Tian.

"Ya," jawab Tuan Kun. "Dan lihat Ye Qing itu. Dia menatap punggungmu seperti melihat hantu. Kau sudah menanam benih ketakutan yang bagus. Sekarang, setiap langkahnya akan dihantui bayanganmu."

Ling Tian hanya tersenyum tipis.

1
Sutono jijien 1976 Sugeng
👍👍👍👍
Sutono jijien 1976 Sugeng
siapa predator puncak 😁😁😁
Sutono jijien 1976 Sugeng
si fang yu hanya jadi badut ,yg Tak tahu apa apa 🤣🤭
Anonymous
Ga kerasa cepet banget udh abis aja 😭
Anonymous
Whooa, apakah sekte matahari hitam itu keroco yang ditinggalkan seberkas kehadiran void Sovereign pada bab prolog?
Renaldi Alvarizi: Hehe mohon dinantikan kelanjutan ceritanya ya
total 1 replies
Anonymous
Alur ceritanya makin kesini makin meningkat, tetap pertahankan
Renaldi Alvarizi: Terimakasih kawan Kunpeng 😁
total 1 replies
Anonymous
up thor
Anonymous
Hahaha Ling Tian punya budak pertamanya
Anonymous
Haha akhirnya badut yang sebenarnya 'Li Wei' mokad juga
Anonymous
Ceritanya bagus, besan dengan yang lain seperti titisan naga, phoenix dsb. Semoga tetap konsisten updatenya.
Joe Maggot Curvanord
kenapa xinxin penyimpanan ataw barang berharga musuh tidak di ambil
Renaldi Alvarizi: Hehe sudah kok kak yang akan digunakan untuk keperluan di bab mendatang namun saya memang lupa memasukkan atau menjelaskannya didalam cerita. Terimakasih atas sarannya.
total 1 replies
Sutono jijien 1976 Sugeng
semoga semakin berkembang ,dan bukan di alam fana ,naik ke alam atas
Renaldi Alvarizi: Hehe tunggu saja kelanjutannya bersama dengan Ling Tian dan Tuan Kun ya kak hehe
total 1 replies
Sutono jijien 1976 Sugeng
belagu si fang yu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!