NovelToon NovelToon
Kami Yang Tak Dianggap

Kami Yang Tak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Balas dendam pengganti
Popularitas:13.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

Arabella seorang anak perempuan yang menyimpan dendam terhadap sang Ayah, hal itu diawali sejak sang Ayah ketahuan selingkuh di tempat umum, Ara kecil berharap ayahnya akan memilih dirinya, namun ternyata sang ayah malah memilih wanita lain dan sempat memaki istrinya karena menjambak rambut selingkuhannya itu.

Kejadian pahit ini disaksikan langsung oleh anak berusia 8 tahun, sejak saat itu rasa sayang Ara terhadap ayahnya berubah menjadi dendam.

Mampukah Arabella membalaskan semua rasa sakit yang di derita oleh ibunya??
Nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Rafli tertegun mendengar celotehan sari anak yang usianya 8 tahun itu, ternyata di jaman modern seperti ini suami berpikiran kolot seperti itu masih ada, dan mereka dengan terang-terangan menyia-nyiakan darah dagingnya sendiri karena tidak seperti genre yang ia mau.

 Dari celotehan polos itulah hati Rafli jadi tergugah, tatapannya begitu dalam melihat wajah Ara yang polos namun dipenuhi dengan kekecewaan.

  "Aku tidak tahu bagaimana hidupmu di masa lalu Nak, tapi entah kenapa mendengar ceritamu itu, hati Om dokter tidak rela kau diperlakukan seperti itu," gumam Rafli dengan lirih.

 Sementara itu tangan Rafli tergerak untuk menggendong bayi mungil yang ada di dalam box bayi tersebut.

  "Sayang, boleh gak Om dokter gendong dedek bayinya," ijin Rafli.

  "Boleh, tapi hati-hati, ya jangan sampai nangis, soalnya Mama masih beres-beres," ujar Ara.

  "Iya Sayang, makasih ya udah di ijinkan," ucap Rafli.

  Rafli tersenyum kecil, lalu dengan hati-hati menunduk dan mengangkat tubuh mungil itu dari dalam box bayi.

  Bayi itu begitu ringan, kulitnya lembut dan hangat, matanya terpejam dengan damai. Ada sesuatu yang aneh di dada Rafli perasaan yang sulit dijelaskan.

  Bukan sekadar empati, tapi seperti ada ikatan yang halus… seolah darahnya sendiri yang sedang ia peluk.

  “Masya Allah, kecil banget ya kamu,” bisiknya lembut.

  Bayi itu bergerak pelan, lalu mendecak kecil seolah menanggapi suara Rafli. Senyum tipis terbit di wajah dokter muda itu.

  “Om dokter, kayaknya adik suka digendong Om, tuh gak nangis,” celetuk Ara polos sambil memeluk bonekanya.

  Rafli terkekeh, “Mungkin karena dia tahu kalau Om suka sama bayi baik-baik kayak dia.”

  “Tapi...” Ara menatapnya dengan wajah serius yang tidak seharusnya dimiliki anak sekecil itu. “Om, kalau nanti Papa Ara datang dan tahu adik bayi ini... apa Om bisa tolong Mama aku?”

  Pertanyaan itu membuat Rafli terdiam. Ia menatap mata bening Ara mata yang terlalu jujur untuk menutupi luka.

  “Ara takut Papa datang?” tanya Rafli pelan.

  Ara menunduk, mengangguk kecil. “Ara gak takut buat diri Ara... Ara cuma takut Papa nyakitin Mama lagi. Papa bilang Mama tidak bisa memberikan bayi laki-laki. Makanya itu Ara takut kalah Papa tahu ternyata Mama bisa lahirin anak laki-laki."

  Kata-kata itu menghujam hati Rafli. Ia memejamkan mata sejenak, menahan sesak yang tiba-tiba memenuhi dadanya.

  “Denger ya, Sayang...” ucapnya pelan sambil berjongkok agar sejajar dengan tinggi Ara. “Om gak tahu apa yang udah terjadi, tapi Om janji... selama Om bisa, Om bakal bantu jaga Mama kamu dan adik bayi ini.”

  Ara menatap Rafli lama-lama, seolah sedang menilai apakah janji itu sungguh bisa dipercaya. Lalu, bibir mungilnya tersenyum.

“Om dokter janji ya?”

  Rafli mengangguk mantap. “Om dokter janji.”

  Saat itu juga, bayi di pelukannya membuka mata. Tatapannya masih buram, tapi sekilas bola mata kecil itu seperti memantulkan cahaya pagi yang masuk dari jendela.

  Rafli tersenyum kaget. “Lihat, Ara... adik kamu buka mata.”

  “Waah, Om! Cantiknya... eh, maksudnya gantengnya,” ujar Ara sambil tertawa kecil.

  Tawa itu, ringan dan jujur mampu mencairkan suasana yang sebelumnya penuh duka.

  Sementara di sisi lain, dari balik pintu dapur, Sena berdiri diam.

  Tangannya masih memegang kain lap, tapi matanya berkaca-kaca melihat pemandangan di ruang tengah: anaknya tertawa, bayinya tenang, dan seorang pria asing yang dengan lembut menimang anaknya seolah sudah menjadi bagian dari keluarga.

  Ada sesuatu yang bergetar di hati Sena. Bukan cinta... tapi rasa tenang yang sudah lama hilang.

  Entah sejak kapan, tapi mungkin untuk pertama kalinya, ia merasa tidak sendirian lagi.

  “Terima kasih, Tuhan,” bisiknya pelan, menahan air mata yang jatuh di sudut mata. “Kau kirimkan seseorang… tepat di saat aku hampir kehilangan harapan.”

☘️☘️☘️☘️☘️

Sementara itu di tempat lain, Dirga masih dimabuk asmara dengan bayi laki-laki yang selama ini ia idam-idamkan.

"Anak Papa ... tampannya badanmu kecil tapi cinta Papa padamu sebesar dunia ini," ucapnya penuh dengan kebahagiaan, sementara itu Ika yang melihatnya penuh dengan senyuman.

"Iya dong Papa, aku kan anak laki-laki kebanggaan Papa," sahut Ika.

Sejenak Dirga mulai menatap Ika dengan tatapan haru penuh rasa berterima kasih atas apa yang sudah diberikan terhadapnya.

"Ika makasih banyak ya, setelah pulang dari sini akan ada kejutan indah yang mungkin tidak akan pernah bisa kau lupakan," ungkap Dirga.

"Aku jadi gak sabar ingin cepat-cepat pulang dari sini Mas," ujar Ika.

Tangis bayi memecahkan ruangan, tangan Dirga langsung terulur untuk menggendongnya, wajahnya begitu berbinar seolah menemukan semua kebanggaan yang sejak dulu ia nanti, tidak ada hati lain selain bayi laki-laki yang diberi nama Arjuna itu, bahkan sangking bahagianya ia tidak pernah ingat dengan darah dagingnya sendiri.

"Cup ... cup ..., diam anak Papa, kau harus tahu ya, kalau papamu ini tidak akan membuatmu kesusahan sedikit pun," ungkapnya penuh dengan kesungguhan.

Tidak lama kemudian keluarga dari Dirga datang dengan senyum yang hangat, mereka juga bahagia menyambut kelahiran Arjuna, namun dari salah satu mereka ada yang menyeletuk.

"Wah anakmu tampan banget, tapi kamu juga harus ingat kalau kamu punya anak juga dari istri pertamamu," ucap Tante Lidia.

Seketika suasana menjadi hening dan raut wajah Ika yang tadinya tersenyum lepas sekarang berubah menjadi muram.

"Lidia," tegur Ningrum ibu dari Dirga.

"Memangnya kenapa Mbak, yang aku katakan itu sebuah fakta, ingatlah, Dirga ini bukan orang miskin, jadi tidak ada alasan untuk tidak membiayai anaknya sendiri Sarah dagingnya dari istri pertamanya," ujar Lidia.

"Tapi kan anak pertama merupakan anak perempuan jadi lebih kuat anak laki-laki posisinya," sahut Ningrum yang memang tidak menyukai Sena.

"Mau perempuan atau laki-laki dia tetap anak Dirga jadi sudah seharusnya Dirga bertanggung jawab," kata Lidia yang tidak terbantahkan.

"Tante iya aku tahu dan aku ingat pernah punya anak perempuan, tapi tolong jangan pernah berbicara hal itu di saat situasi seperti ini, aku baru saja merasa bahagia setelah sekian lama menunggu bayi laki-laki, Tante ngerti gak, dan jangan pernah rusak kebahagiaan aku," sahut Dirga.

Darah Lidia serasa mendidih mendengar ucapan yang terlontar dari mulut keponakannya itu. "Maksudnya, membicarakan tentang Ara membuat mood mu rusak gitu?"

Dirga kalah telak, ia seperti kebingungan untuk mencari alasan yang tepat. "Bukan seperti itu, ia aku tahu aku pernah punya dia, aku gak lupa kok, jadi tolong jangan diingatkan lagi," sahutnya kembali.

"Oh begitu, ya semoga saja nanti anak perempuanmu itu tidak membuangmu Dirga," cetus Lidia.

"Lidia stop, kamu ini mau ngejenguk cucuku atau mau bercerama," ucap Ningrum dengan nada tegasnya.

"Dua-duanya, lagian kalian semua pada dungu ya, sangking tergila-gilanya sama anak laki-laki sampai melupakan darah dagingnya sendiri, suatu saat nanti aku yakin kalian berdua akan mendapatkan karmanya," sahut Lidia lalu mulai meninggalkan ruangan ini setelah menaruh bingkisan yang ia bawa.

Bersambung ....

1
Kasih Bonda
next Thor semangat
Lilik Lailiyah
ayo Ara selidiki Ika secepatnya
Kasih Bonda
next Thor semangat
Suanti
ika tukar ank cowok demi hancurkan rmh tangga sena beri ika kena karma 🤭
Kasih Bonda
next Thor semangat
Lilik Lailiyah
Naira Ara Arkan saudarah se ayah
Siti Koyah
ini anak sidirga sama si ika trus d tuker
Rafkah: bodoh si ika..ank ny trsiksa..malah ank org di raja kn.
total 1 replies
Siti Dede
Typonya bertebaran thor
Ayumarhumah: Iya Kak nanti aku revisi. gak tahulah hp keyboard ku😇😇
total 1 replies
Kasih Bonda
next Thor semangat
Bak Mis
apa mungkin ini anak nya wanita pelakor itu yg di tukar itu
Bak Mis
gak tau malu juga nih pelakor 😃😃😃
Kasih Bonda
next Thor semangat
Bak Mis
kenapa gak di tangkap aja tuh orang "jahat itu
Bak Mis
ini pria gak liat gadis itu seperti anak nya sendiri
Bak Mis
nih bocah masih kecil udah b
janji "aja tuh
Bak Mis
lanjut
Bak Mis
nah gitu dong bagus banget Ara,gak seperti mamanya yg masih nungguin
Bak Mis
makanya kalau di kasih rejeki dikit udah banyak gaya
Bak Mis
oh jadi gitu ya ibu mertuanya juga gak sayang sm menantu pertama nya
Bak Mis
akhirnya smg kedepan nya mereka ber3 slalu bahagia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!