NovelToon NovelToon
Lucid Dream

Lucid Dream

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Nikah Kontrak / Beda Usia / Fantasi Wanita / Enemy to Lovers
Popularitas:410
Nilai: 5
Nama Author: Sunny Rush

Sebuah kumpulan cerpen yang lahir dari batas antara mimpi dan kenyataan. Dari kisah romantis, misteri yang menggantung, hingga fantasi yang melayang, setiap cerita adalah langkah di dunia di mana imajinasi menjadi nyata dan kata-kata menari di antara tidur dan sadar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Rush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kutukan milik tuan sean

Tuhan, kenapa dirinya harus merasakan patah hati di umur yang seharusnya bahagia ini?!

Langkah Zia gontai, tubuhnya tampak kehilangan arah. Angin malam mengibaskan rambut panjangnya, sementara matanya sembab ,jejak air mata masih terlihat jelas di pipinya. Dara yang seharusnya menjemput, tak bisa datang karena ada pekerjaan sampingan. Kesendirian membuat langkahnya terasa lebih berat.

Suara klakson tiba-tiba memecah keheningan jalan.

“Apa perlu tumpangan, Nona Zia?”

Suara itu begitu familiar dan ketika Zia menoleh, matanya langsung menajam. Mobil mewah berhenti tepat di sampingnya, kaca jendela menurunkan perlahan, menampilkan wajah yang dulu ingin ia lupakan selamanya.

Zia menatapnya tajam, tersenyum sinis sambil menyeka sisa air mata. Sean. Lelaki yang pernah dengan seenaknya mencium paksa bibirnya dan meninggalkan tanda di lehernya, seolah menandai kepemilikan.

Tanpa sepatah kata pun, Zia membuka pintu dan masuk.

Braakk!

Pintu tertutup keras. Ekspresi wajahnya kaku dan dingin, namun dalam dadanya, amarah bergemuruh hebat.

“Apa sesakit itu, Zia?”

Pertanyaan itu meluncur pelan dari bibir Sean, tapi cukup untuk membuat jantung Zia berdetak kencang. Déjà vu. Kalimat yang sama pernah ia dengar dari Sean, saat Arkan menembak Meyra dulu.

“Bukan urusanmu!”

Balas Zia ketus, menatap ke luar jendela, menahan diri agar tak memukul wajah sombong lelaki itu.

Sean menatap sekilas, lalu tersenyum samar.

“Aku suka dirimu, Zia. Ternyata kamu tetap menjaga dirimu dengan tidak mengubah siapa dirimu, kecuali..”

“Berhentilah berbicara, Sean!”

Nada Zia meninggi, rahangnya mengeras. Ia menggenggam tasnya erat, nyaris tak mampu menahan diri.

Sean tertawa kecil, memandang lurus ke depan.

“Berhentilah berpacaran dengan lelaki lain jika dirimu tidak ingin patah hati lagi.”

Zia menoleh cepat, matanya menyala marah.

“Apa kamu ingin mati bersamaku, Sean?! Berhentilah berbicara!”

teriaknya, membuat Sean spontan menutup salah satu telinganya sambil tertawa geli.

Dalam kepalanya, suara tawa Sean terasa seperti pisau yang menyayat.

Sean sempat terdiam, pikirannya melayang ke masa lalu.

“Apa yang kamu suka darinya, Sean?”

“Aku menyukai segalanya dari dirinya.”

“Bukankah dia judes dan mungkin galak?!”

“Itu tidak masalah, karena dia adalah wanitaku, Papi.”

“Berjuanglah, jika kamu yakin dia akan menjadi milikmu.”

Ingatan itu membuat Sean tersenyum kecil. Ia melirik Zia yang tengah mengerucutkan bibir kebiasaan lamanya. Ah, perempuan itu masih sama: keras kepala dan manis tanpa sadar.

“Apa yang kamu lihat?” tanya Zia dengan nada sinis.

“Dirimu,” jawab Sean datar, namun penuh arti.

“Apa kita saling kenal?” tanya Zia pura-pura, menahan gugup di balik wajah datarnya.

“Ya, apa kamu lupa tentang semuanya, Ziavanna Erlangga?”

Zia menahan napas. Kesialan macam apa lagi ini?! Kenapa Tuhan harus mempertemukan mereka lagi?

“Ya, aku lupa karena semuanya tidak penting berada di ingatanku!” balasnya tajam.

Tiba-tiba...Cittt!

Mobil berhenti mendadak. Zia hampir terpental, menatap Sean dengan mata membulat.

“Apa aku harus mengingatkan semuanya, Zia?” bisik Sean pelan tapi menekan.

“Tidak perlu!” jawab Zia cepat, tubuhnya menegang penuh kewaspadaan.

Sean mendekat, jarak mereka kini nyaris tanpa celah.

“Kenapa? Apa kamu tidak ingat bahwa kamu adalah milikku, dan tidak ada seorang pun yang bisa memiliki kamu selain aku, Ziavanna?”

Napas Zia tercekat. Suara Sean terdengar seperti mantra jahat di telinganya.

“Menjauhlah dariku! Aku akan pulang sendiri!”

Tangannya mencoba membuka pintu ,namun klik, terkunci.

“Tidak semudah itu, sayang.”

Sean tersenyum sinis.

Zia menggigil.

“Ternyata kamu masih berbahaya dan belum berubah. Masih menakutkan!” katanya dengan suara bergetar.

“Setidaknya aku seperti ini hanya kepadamu saja.”

Sean mendekat, mengendus rambut panjang Zia, membuat bulu kuduknya meremang.

“Ishhh, Sean! Bertingkahlah layaknya manusia!” seru Zia marah.

“Buatlah aku kembali ke jati diriku,” bisik Sean di telinganya.

Plaaakk!

Tangan Zia melayang ke kepala Sean. Suara tamparan itu keras, meninggalkan panas di udara.

“Bagaimana? Apa kurang kuat?” tantangnya dengan nada tajam.

Sean mengelus kepalanya sambil tersenyum miring.

“Gunakan bibirmu, bukan tanganmu.”

Bukk!

Tas Zia menghantam dada Sean kali ini. Lelaki itu malah terkekeh pelan.

Inilah kebahagiaanku saat ini, batin Sean. Ziavana Erlangga, jadilah milikku seutuhnya.

*

“Apa kamu tidak ingat, Papa, Zia?”

“Pa, jangan berbicara seperti itu!”

Suara lembut dari seberang telepon membuat dada Zia menghangat, meski perasaannya sedang kalut. Ia menatap langit-langit kamar, memeluk bantal erat-erat.

“Mungkin umur Papa sudah tua sekarang. Bagaimana pacarmu itu?”

“Sama seperti yang lain, Pa.”

Nada Zia lirih, hampir tak terdengar.

“Berhentilah mencari, Zia, karena akan ada saatnya lelaki yang mencarimu.”

“Bagaimana kalau Zia tidak menyukainya, Pa?”

“Keputusan ada di tanganmu, Zia. Jangan merendahkan dirimu hanya untuk seorang laki-laki.”

Zia menutup mata, menahan isak kecil.

“Baiklah, Pa.”

“Apa kamu bertemu dengan Om Dion?”

“Belum, Pa. Aku hanya bertemu...."

“Sean Denandra.”

Zia terdiam kaku.

“Bagaimana Papa bisa tahu?”

“Hanya Sean Denandra yang bisa membuat wajahmu ditekuk seperti itu.”

“Pa, dia—”

“Berhati-hatilah dalam bertindak, Zia. Dan jangan percaya pada siapa pun di sana!”

Telepon berakhir. Hening.

Zia menghela nafas lalu membaringkan dirinya di tempat tidur. Hanya Papanya yang bisa mengerti dirinya daripada Mamanya yang sedikit- dikit main jodoh- jodohkan.

Dirinya memang jarang tinggal dirumah dan Papanya menyetujui tapi dengan syarat dirinya harus menjaga dirinya dan harga dirinya juga.

Berbicara tentang Sean ?

Bagaimana Sean bisa tahu tentang dirinya ?

Dia ingat saat dirinya di cium paksa dan dia baru tahu kalau Sean berbahaya kala itu.

Tring...

“Bagaimana kalau besok kita menikah ?”

“Menikah kepalamu !”

“Aku serius Zia !”

“Menikahlah dengan wanita pilihanmu !”

“Aku memilih mu Zia !”

“Cihhh, bajingan kamu Sean !”

“Apa maksudmu ?”

“Bukankah kamu bersama Aluna sehingga ka Zio patah hati.”

“Dari mana kamu tahu ?”

“Berisik !”

Zia langsung mematikan handphonenya setelah mendapatkan chat dari Sean Denandra terlihat dari profil dirinya.

Zia melihat jam dan Dara belum kembali pulang. Kemana dia ?

Apa dia masih mengerjakan pekerjaan sampingnya itu ?

Zia pergi keluar untuk mencari makan tadi tidak sempat dia maka karena berdebat dengan Sean.

“Apa kamu menyukai service ku ?” Zia menajamkan pendengarannya saat dia berada di parkiran mobil.

“Jangan lupa janji mu Dara !”

“Ya, aku janji akan membuat Zia kembali padamu David.”

Zia mendengarkan dengan sangat tajam pembicaraan mereka yang memang sangat keras karena suasananya yang sunyi.

“Jangan pernah percaya kepada siapapun !”

Zia teringat ucapan Papa nya itu yang memang itu benar adanya.

Zia bersembunyi saat melihat Dara keluar dari mobil David, bukankah tadi David mengobrol dengannya lalu kapan dia pergi bersama Dara.

Dara melambaikan tangan setelah memasukan uang yang diberikan David untuknya lalu pergi dari sana untuk masuk ke apartemen.

“Kenapa hidup seperti ini ? Tidak ada teman setia ternyata ,bajingan .” umpat Zia menyeka air matanya.

Dia bahkan benci saat dirinya memikirkan bagaimana Dara bisa tidur dengan David mantan pacarnya itu.

“Tidak selera makan !” Zia kembali masuk dan bahkan dia lupa membeli makan mungkin lebih tepatnya tidak selera.

....

Keesokan paginya, Zia masih di tempat tidur saat terdengar ketukan keras di pintu.

Tok tok!

Tanpa sempat mengintip, ia membuka pintu.

“Kau—”

“Hai, Zia.”

Sean berdiri di ambang pintu, wajahnya santai. Ia melangkah masuk tanpa diundang, aroma parfumnya langsung memenuhi ruangan.

“Darimana kamu tahu alamatku?” tanya Zia, menutup pintu cepat-cepat.

“Itu tidak penting, Zia. Ini buatmu.”

Sean duduk di sofa seolah rumah itu miliknya. Zia mendengus kesal, duduk berseberangan sambil melipat tangan di dada.

“Ishh, menyebalkan! Kenapa kamu semakin aneh, Sean?”

“Aku aneh hanya dekat dirimu.”

Sean tiba-tiba mendekat dan mengendus rambut Zia.

“Apa kamu belum mandi? Bau kamu... menggoda.”

“Sean, sialan!” teriak Zia, mendorongnya. Ia lari ke kamar mandi dan menutup pintu dengan keras.

Sean terkekeh pelan, matanya menelusuri ruangan. Ia menemukan bekas rokok di asbak dan satu alat pengaman di meja dekat tempat tidur.

Dia tinggal dengan orang lain, pikirnya tajam.

Tak lama, pintu kamar mandi terbuka. Zia keluar dengan rambut basah, wajah segar tanpa riasan.

“Apa kamu perokok, Zia?”

“Bukan, itu milik Dara.”

“Kenapa kamu bekerja di supermarket?”

“Karena butuh pekerjaan.”

“Bukankah Om Kenan dan Zio tidak bangkrut?”

“Aku hanya ingin hidup bebas tanpa bantuan keluarga besar.”

Sean menatapnya lama, kemudian berdiri dan merangkul Zia dari belakang.

“Hiduplah denganku.”

“Tidak akan ada kebebasan buatku jika hidup denganmu!”

Zia berusaha melepaskan diri, tapi pelukan Sean terlalu kuat.

“Lalu kamu mau hidup dengan siapa? Kamu sudah ditakdirkan untukku.”

Sean mengecup pipinya tanpa izin.

“Ishhh, murahan sekali diriku!” umpat Zia sinis.

“Jangan terlalu bergaul dengan Dara, dia bukan teman yang baik.”

“Jangan menilai orang dari luar, Sean!”

“Akan ada saatnya dia mengkhianatimu.”

Zia mendengus tak percaya, tapi diam-diam ucapannya membekas di benak.

“Aku lapar!” kata Sean akhirnya.

Zia hanya bergumam dan mulai makan sarapan yang dibawa Sean. Saat ia menyuap makanan, suara Sean memecah suasana.

“Menikahlah denganku, Zia.”

Sendok di tangan Zia berhenti di udara.

“Aku tidak menyukaimu.”

“Dan kamu sudah bersama Aluna, jadi—”

“Jadi kamu tetap milikku selamanya, Zia.”

Zia mendengus, makan dengan wajah kesal. Sean hanya tersenyum puas.

....

Waktu berjalan. Hari demi hari, hubungan tanpa nama itu makin rumit.

Saat istirahat, David menghampiri Zia dengan membawa makanan.

“Makanan untukmu!”

“Tidak perlu repot-repot, David.”

“Aku suka direpotkan olehmu, Zia.”

Zia hanya diam dan akhirnya menerima. Dalam hati, rasa muaknya belum hilang terutama setelah tahu tentang David dan Dara.

“Selamat makan, Zia.”

David pergi, tapi belum sempat Zia menyuap makanan, suara lain datang.

“Berhentilah menerima pemberian dari lelaki lain, Zia.”

Zia menatap malas.

“Ada apa lagi, Sean?”

“Aku sudah memberhentikanmu dari tempat ini. Kamu akan ikut ke rumahku nanti.”

“Sean! Apa yang kamu lakukan?!”

“Memberikan sedikit ruang untukmu. Aku tidak mau kamu bertemu mantanmu atau lelaki lain lagi.”

Zia berdiri, suaranya meninggi.

“Lebih baik aku kembali ke keluargaku!”

“Tidak akan bisa, Zia. Kamu tidak akan kemana pun lagi selain dalam kehidupanku.”

“Bajingan kamu, Sean!”

“Aku tahu, Zia. Jadi berperilakulah baik di hadapanku jika kamu tidak ingin melihat diriku yang lebih dari ini.”

“Apa kamu mengancamku, Sean?”

“Bukan mengancam, sayang. Aku hanya ingin memberitahumu bahwa Sean yang kamu kenal sangat berbahaya.”

Sean mendekat, tangannya membelai rambut Zia.

“Menjauhlah dariku, Sean!”

“Kenapa aku harus menjauh?”

“Karena kamu berbahaya dan mesum!”

“Lalu—”

“Lalu kamu pergilah dari sini, Sean!”

Zia menginjak kaki Sean sekuat tenaga lalu berlari pergi, meninggalkannya dengan rasa marah bercampur geli.

Sean hanya tersenyum miring sambil menatap punggung wanita itu.

Kau boleh lari, Ziavanna, tapi takdir akan selalu menarikmu kembali padaku.

Zia berhenti di luar, menggenggam dadanya yang berdegup kencang.

Tuhan... apa ini cobaan atau ujian? gumamnya lirih.

Ia menatap langit senja dengan mata berair.

Lelaki itu tetap sama menyebalkan dan berbahaya. Tapi kenapa aku tak bisa berhenti memikirkannya?

1
Idatul_munar
Tunggu kelanjutan thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!