Di dunia yang mengandalkan kekuatan sebagai hal utama, Xiao Chen terlahir tanpa memiliki akar spiritual. Membuatnya hanya bisa menjalani hidup sebagai manusia biasa. Tetapi takdir berkata lain, ia mendapatkan suatu berkah bertemu dengan sisa jiwa sang Ratu Phoenix, dan mewarisi kekuatan Phoenix Api yang sangat kuat. Tetapi, kenyataan pahit harus kembali dirasakannya, di mana keluarga Xiao di hancurkan, bahkan hanya menyisakan Xiao Chen seorang diri sebagai keturunan terakhir keluarga Xiao. Dendam, hampir mati. Menjadikan Xiao Chen tumbuh sebagai pria yang sangat kuat. Dan sejak saat itulah ia telah bertekad untuk membalaskan dendam keluarga Xiao. Namun, di saat ia menemukan kebenaran tentang pembantaian keluarga Xiao, dia harus memilih antara dendam dan cinta. Apakah dia dapat menemukan kekuatan untuk membalaskan dendam dan menyelamatkan orang yang di cintai? Dalam dunia kultivasi yang penuh dengan kekuatan dan kekuasaan, Xiao Chen harus menghadapi berbagai tantangan dan musuh kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21 - Kota kekaisaran
Tiga hari telah berlalu, halaman depan kediaman Penguasa Kota penuh sesak. Tiga keluarga utama telah berkumpul, di mana mereka berasal dari keluarga Chu, keluarga Hei, dan keluarga Wu. Tujuan mereka sama, mengantar kebanggaan keluarganya masing-masing untuk mengikuti kompetisi generasi muda Kekaisaran Bintang Biru.
Di depan pintu rumah, Chu Tian Ge baru saja tiba. Lalu ia pun bertemu dengan para pemimpin keluarga.
"Tuan Penguasa Kota!" sapa Hei Qin sembari membungkuk, memberi salam hormat kepada Chu Tian Ge.
Hei Qin adalah kepala keluarga dari keluarga Hei. Dia adalah seorang pria kekar berusia 50 tahun yang telah mencapai tingkatan ranah Raja Tempur. Dan dia juga merupakan ayah Hei Ling, salah satu peserta kompetisi yang akan mewakili Kota api, dalam kompetisi generasi muda kekaisaran Bintang Biru ini.
Di sisi lain, ada Wu Zhao, Wu Hao, dan Chu Wang, yang juga membungkuk memberi salam hormat kepada Chu Tian Ge.
Segera Chu Tian Ge pun menggambar segaris senyuman di bibirnya. Namun, ia tiba-tiba bertanya kepada Chu Wang, "Di mana Yun'er dan juga Xiao Chen?" tanya nya, serius.
Wajah Chu Wang seolah-olah terbangun, ia pun menjawabnya, "Ahh, benar! Ayah tenang saja, Yun'er dan juga bocah itu akan segera datang!"
Tidak lama kemudian, terlihat Xiao Chen yang tengah berjalan bersisian bersama dengan Chu Yun yang baru saja datang.
Xiao Chen bersama Chu Yun pun menghampiri Chu Tian Ge, dan segera membungkuk sebagai tanda hormatnya.
"Baguslah, semuanya telah berkumpul!" kata Chu Tian Ge, senang.
Tetapi tatapan sinis di tunjukan oleh Hei Qin terhadap Xiao Chen. Tatapannya begitu tajam, lalu Hei Qin pun berjalan menghampiri Xiao Chen.
"Bocah kecil! Apakah kamu benar-benar anak dari Xiao Hua?" tanya Hei Qin dengan nadanya yang cukup dingin.
Kedua telapak tangan Xiao Chen bertumpuk di depan dada, lalu ia pun segera membungkuk sebagai rasa hormatnya kepada Hei Qin. Kemudian, ia pun berbicara, "Benar Senior! Xiao Hua ... adalah ayahku!" kata Chen Xuan, sopan.
Hei Qin menghela nafasnya, lalu ia berbicara, "Kau cukup sopan! Maafkan paman! Saat itu paman tidak dapat membantu ayahmu! Karna sosok tak di kenal itu juga menyerang kediaman keluarga Hei Ku." jelas Hei Qin, sembari mengkerutkan kulit dahinya. Wajahnya di penuhi dengan kekecewaan.
'Sepertinya dia tidak berbohong! Tapi ... setahuku, keluarga Hei adalah musuh keluarga Xiaoku.' pikir Xiao Chen.
Melihat Xiao Chen yang terdiam tanpa kata, Wu Zhao, berjalan kedepan, lalu menepuk bahu Xiao Chen.
"Bocah kecil! Walaupun yang kamu tahu hanyalah sebuah permusuhan antara aku, Hei Qin, dan juga ayahmu, tetapi itu hanyalah persaingan bisnis keluarga saja. Namun harus kamu tahu, sebenarnya kami bertiga adalah tim terkuat pada masa muda kami, dan di sebut sebagai segitiga emas." jelas Wu Zhao.
"Benar, bocah kecil! Karna kamu adalah anaknya, maka kamu dapat memanggil kami berdua dengan sebutan paman!" sambung Hei Qin.
Namun, tatapan Hei Ling dan juga Wu Hao, menunjukan kesan tidak enak. Terlebih lagi, pada saat pertemuan di aula Kediaman Penguasa kota, mereka sempat berseteru dengan Xiao Chen.
"Baiklah, waktu kita tidak banyak. Kita harus segera menuju istana Kekaisaran Bintang Biru, jika tidak, maka kita akan telat untuk melakukan pendaftaran ulang peserta kompetisi!" kata Chu Tian Ge.
Di tengah jalan, di halaman depan kediaman Penguasa kota, tiga kereta kuda telah di siapkan. Satu kereta kuda khusus untuk Chu Tian Ge, satu kereta kuda untuk tiga kepala keluarga yaitu, Chu Wang, Hei Qin, dan Wu Zhao. Dan satu kereta untuk para peserta kompetisi.
Di halaman, begitu banyak masyarakat kota yang hadir. Mereka bersorak, "Semangat!" sorakan, sorakan mereka mengandung harapan besar. Selama ini, kota Api selalu menjadi yang terlemah di antara kota-kota lainnya, dan masih banyak akademi, sekte, dan kelompok organisasi lainnya dengan kekuatan yang kuat.
Semuanya pun telah bersiap. Xiao Chen, Chu Yun, Hei Ling, dan juga Wu Hao. Mereka berada di kereta kuda yang sama.
Di dalam kereta kuda, Wu Hao berbicara, "Nona Chu! Anda tidak perlu khawatir, jika ada yang berani menyakiti nona Chu, aku pasti akan melindungi anda, nona Chu!" kata Wu Hao, sopan.
Pandangan Chu Yun menatap Wu Hao dari bawah hingga ke atas, tetapi tatapannya sangat dingin, kedua tangan menyilang di dada.
"Tuan muda Hao tidak perlu repot-repot. Kita berada pada tingkatan yang sama, aku bisa melindungi diriku sendiri. Terlebih lagi, aku bersama Kak Chen!" jawab Chu Yun dengan sinis.
Brak!
Wu Hao kesal, ia pun menggebrak dinding kereta yang terbuat dari kayu.
"Nona Chu! Apakah anda membandingkan aku dengan bocah ini? Kualifikasi apa yang di miliki? Bahkan aku tidak merasakan tingkatan ranah seperti apa yang dia miliki!" Wu Hao berbicara dengan nadanya yang keras dan marah.
"Tuan Muda Hao, sebaiknya jaga sikap anda!" ucap Chu Yun memberikan sebuah peringatan kepada Wu Hao. Pandangannya yang tajam menatap lurus kepada Wu Hao.
Xiao Chen hanya terdiam, tetapi ia menyembunyikan senyuman yang ia tutupi menggunakan sebelah telapak tangannya.
'Jangan impulsif! Bersabarlah! Akan ada waktunya untuk kita memberi pelajaran kepada bocah itu!' bisik Hei Ling, pelan, di telinga Wu Hao.
Wu Hao pun kembali duduk, tetapi suasana hatinya sangat begitu kacau di penuhi amarah. Menunggu waktu untuk sebuah pembalasan.
***
Perjalanan pun berlanjut, selama satu hari penuh. Iring-iringan kereta kuda dari Kota Api, akhirnya tiba di gerbang Kota kekaisaran pada malam hari.
Sebuah gerbang yang besar, dan tingginya mencapai lima kali manusia dewasa. Di kedua sisi gerbang, tembok raksasa membentang mengelilingi seluruh kota kekaisaran.
"Akhirnya kita sampai!" kata Chu Yun.
quality kontrol. naskahnya gak bonafid beda dg woood pack atau frizo
nanti aku mampir lagi...
pagi2 riweh....🤣🤣🤣