NovelToon NovelToon
Menguasai Petir Dari Hogwarts

Menguasai Petir Dari Hogwarts

Status: sedang berlangsung
Genre:Akademi Sihir / Fantasi / Slice of Life / Action
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Zikisri

Nama Ethan Cross dikenal di seluruh dunia sihir sebagai legenda hidup.

Profesor pelatihan taktis di Hogwarts, mantan juara Duel Sihir Internasional, dan penerima Medali Ksatria Merlin Kelas Satu — penyihir yang mampu mengendalikan petir hanya dengan satu gerakan tongkatnya.

Bagi para murid, ia bukan sekadar guru. Ethan adalah sosok yang menakutkan dan menginspirasi sekaligus, pria yang setiap tahun memimpin latihan perang di lapangan Hogwarts, mengajarkan arti kekuatan dan pengendalian diri.

Namun jauh sebelum menjadi legenda, Ethan hanyalah penyihir muda dari Godric’s Hollow yang ingin hidup damai di tengah dunia yang diliputi ketakutan. Hingga suatu malam, petir menjawab panggilannya — dan takdir pun mulai berputar.

“Aku tidak mencari pertempuran,” katanya menatap langit yang bergemuruh.

“Tapi jika harus bertarung… aku tidak akan kalah dari siapa pun.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zikisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10 — Spell Test

“Impedimenta,” ucap Ethan pelan.

Udara di depan tongkatnya bergelombang. Lapisan tipis, nyaris tak terlihat, muncul seperti udara panas yang terdistorsi di atas pasir gurun. Ia menatapnya lama — mata abu-abu itu memantulkan kilau lembut dari cahaya lilin yang bergoyang di meja.

Aura sihir bergetar di udara. Sunyi. Hanya detak jantungnya yang terdengar di sela kesenyapan kamar sewaan itu.

Buku The Standard Book of Spells menyebut mantra ini The Impediment Jinx — kutukan yang mampu memperlambat, menghentikan, bahkan membekukan gerakan lawan untuk waktu singkat. Di mata para penyihir duel, ini bukan sekadar mantra pertahanan — ini fondasi bertahan hidup.

Namun, bagi Ethan… itu lebih dari sekadar teori.

Begitu mantra terwujud, ia merasakan tekanan halus di udara. Tak terlihat, tapi ada. Seolah dinding tak kasat mata berdiri di hadapannya, padat dan dingin. Ia mengulurkan tangan, menyentuhnya hati-hati.

“Jadi ini… bentuknya.” Suaranya nyaris berbisik. “Penghalang sihir.”

Permukaannya lembut seperti kaca yang berdenyut. Ketika ia menekan sedikit, permukaan itu memantul perlahan — lentur tapi kuat. Ia menarik napas panjang, kagum. “Durasi bertahan… satu menit? Mungkin.”

Ia memusatkan pikiran, menyesuaikan aliran magis dalam tubuhnya. Saat energinya dilemahkan, dinding itu mulai menipis — masih ada, tapi nyaris seperti kabut. Ethan mencoba menembusnya. Tangannya bergerak pelan, dan ia merasakan tekanan berat, seperti bergerak di dalam air pekat tanpa basah.

“Menarik…” gumamnya. “Kalau dibuat longgar, ini memperlambat tanpa menghentikan. Efek penunda.”

Ia kembali menguatkan sihirnya. Energi mengalir dari tubuh ke tongkat, membentuk lapisan padat di udara. Ia menggenggam tongkat lebih erat, lalu berbisik pelan, “Mari kita uji kekuatannya.”

Dari koper di sudut kamar, ia mengambil sepotong logam tua — alat latihannya. Ia mengangkatnya tinggi, lalu menghantamkannya ke penghalang.

Thud! Thud!

Benturannya aneh. Bukan logam ke logam, bukan pula kayu. Suaranya seperti air yang memantul padat.

Ethan melangkah lebih dekat. Ia meninju dinding itu beberapa kali, keras, berulang-ulang.

Buk! Buk! Buk!

Getarannya menjalar ke tulang jarinya. Ia mengusap buku jari yang memerah dan mendengus kecil. “Kekuatannya setara dinding batu. Tapi setelah berkali-kali… malah melunak?”

Ia mencoba lagi. Setelah beberapa pukulan, lapisan itu menipis hingga akhirnya pecah perlahan. Ia menembusnya dan langsung merasakan perlawanan samar di udara — seperti mendorong kabut padat.

“Mirip cairan non-Newtonian,” ujarnya pelan. “Padat saat ditekan, lembut saat disentuh perlahan. Menakjubkan.”

Dinding sihir itu perlahan lenyap, meninggalkan udara yang tenang. Ethan menarik kursi dan menulis catatan cepat di buku jurnalnya. Tulisan tangannya rapi, penuh diagram kecil.

Impedimenta dapat dimodifikasi tingkat kepadatan dan ketahanannya. Energi terpakai sebanding dengan ketebalan lapisan. Perlu uji lanjut untuk daya tahan terhadap serangan magis.

Ia menatap lagi ke depan, mengangkat tongkatnya. “Sekarang, pertahanan magis.”

Tongkatnya bergetar ringan saat ia mengucap mantra berikutnya.

“Expelliarmus!”

Kilatan merah menyambar cepat dan menghantam penghalang. Cahaya mantra itu pecah — menyebar seperti riak di permukaan air — lalu padam. Udara bergetar, meninggalkan aroma ozon samar.

“Menarik…” Ethan mencondongkan tubuh ke depan, matanya tajam. Ia menyerang lagi.

Sekali dari kanan.

Sekali dari bawah.

Sekali dari atas.

Setiap kali, penghalang itu memantulkan atau menyerap cahaya merah itu. Tak satu pun menembusnya.

“Kalau aku berdiri di balik penghalang…” gumamnya sambil mengetuk meja, “serangan dari dalam juga tak bisa keluar. Dua arah. Sempurna untuk bertahan, tapi tidak menyerang.”

Ia menulis cepat di bukunya lagi.

Impedimenta bertipe isolatif. Tidak memungkinkan transmisi sihir lintas lapisan.

Sambil terus berlatih, Ethan mulai mengutak-atik bentuk sihirnya. Kadang tipis, kadang tebal. Kadang melebar jadi dinding besar, kadang hanya setinggi bahu. Ia menemukan pola sederhana: semakin tebal penghalang, semakin lama membentuknya, dan semakin cepat pula energinya terkuras.

“Mantra ini bukan cuma tameng,” katanya lirih. “Ia bisa diarahkan. Bisa dipadatkan. Bahkan… digunakan menyerang.”

Ia menatap ruang kosong di depan. Api kecil di lilin bergetar ditiup angin dari jendela.

“Impedimenta!"

Kali ini, energi tidak membentuk dinding. Ia memadat menjadi bola transparan sebesar gentong, berputar cepat, lalu meluncur ke depan.

Bang!

Ledakannya menghantam tumpukan kursi kayu. Potongan kayu beterbangan, menabrak dinding, menggetarkan jendela kamar. Debu turun perlahan seperti kabut tipis.

Ethan mendekat. “Jadi ini bisa ofensif juga,” katanya dengan nada kagum. Ia mengangkat tongkat lagi.

“Reparo.”

Kayu-kayu itu naik ke udara, menyatu kembali, utuh. Ia tersenyum tipis. Lalu, dengan sedikit tawa kecil yang tak tertahan, menghancurkannya lagi dengan satu tembakan.

“Kalau aku bisa memperkecil bola sihir ini sampai seukuran kepalan tangan…” Ia berhenti sejenak, bibirnya membentuk senyum kecil. “...mungkin seperti proyektil tekanan udara. Magic Cannonball. Atau…” Ia tertawa pelan. “Air Cannon. Itu kedengaran keren.”

Ia menulis cepat di jurnalnya.

Latihan selanjutnya: uji kecepatan peluncuran, arah lintasan, variasi bentuk. Fokus pada efisiensi sihir & daya dorong.

Hari-hari berikutnya ia jalani nyaris tanpa jeda.

Setiap pagi, Ethan mempelajari teori baru dari buku-buku sihir. Setiap sore, ia berlatih Impedimenta di halaman belakang Leaky Cauldron, jauh dari pandangan tamu. Kadang Tom mengintip dari jendela, hanya untuk menggeleng melihat cahaya biru berkilat di malam hari.

Dari uang tabungannya, Ethan membeli tiga buku baru di Flourish and Blotts:

Barnabus Finkley’s Seven Methods of Spellcasting,

The Origin of Spells: Introduction to Ancient Runes,

dan Elegant Steps in Dueling Competitions.

Total 22 Galleon. Sakit di dompet, tapi sepadan.

Sepuluh hari berlalu. Kemajuannya mencengangkan. Ia bisa membentuk Impedimenta menjadi dinding, kubah, hingga proyektil udara padat yang meluncur secepat anak panah. Setiap kali ia mengucap mantra, gerakannya makin halus, energi makin efisien.

Suatu malam di awal Agustus, halaman belakang penginapan yang sepi bergemuruh.

Bang!

Bola sihir transparan meluncur deras, menghantam target kayu dan menghancurkannya jadi serpihan halus. Asap tipis mengepul di udara. Ethan berdiri dengan tongkat di tangan, napasnya berat, tapi matanya berbinar.

“Daya dorong meningkat tiga puluh persen…” Ia tersenyum puas. “Dan aku bahkan belum menggunakan sihir penuh.”

Ia menatap reruntuhan itu sejenak, lalu berbisik lembut, “Reparo.”

Kayu-kayu itu kembali menyatu, berputar pelan di udara sebelum jatuh di tempat semula.

Ethan tersenyum — kali ini lebih lebar, tulus.

“Sepertinya aku benar-benar menemukan… mantra andalanku.”

1
Mike Shrye❀∂я
wiiih tulisan nya rapi..... semangat
Zikisri: makasih atas penyemangat nya kk🤭
total 1 replies
Opety Quot's
di tunggu chapter selanjutnya thor
Sertia
Mantap/Good/ lanjutkan
Iqsan Maulana
lumayan bagus ni😁
Iqsan Maulana
next Thor
Hani Andini
next..
king_s1mbaaa s1mbaa
tambahin chapter nya thor...
Reyhan Ramdhan
lanjut thor👍
Zikisri: siap💪
total 1 replies
Reyhan Ramdhan
Bagus, Sangat Rekomen/Good/
Zikisri: thanks 👍
total 1 replies
I Fine
lebih banyak chapter nya thor/Shy/
I Fine
next chapter nya thor💪
Zikisri: Oke 👍
total 1 replies
Niat Pemulihan
nice
Evan Setyawan
Lanjutannya thor👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!