Sebuah kisah tentang seorang yang telah dikutuk menjadi Tua sejak lahir. Dimana segala yang melekat dalam dirinya mengandung misteri di balik apa yang membuatnya berbeda.....
Novel Doris Hart 2 ini merupakan kelanjutan kisah dari Doris Hart yang pertama.
Kutukan, Sihir dan Cinta selalu berkecimpung di dalam kehidupannya.....
Dapatkah Doris hidup dengan Uzda Masson seorang yang telah membuatnya berubah menjadi sosok manusia yang sesuai dengan usianya seperti sekarang ini?
Uzda yang di cintai nya belum pernah dapat bersama dengan Doris karena banyak hal yang menghalangi keduanya. Apakah itu? dan bagaimana kah Doris menghadapi nya?
Baca kisahnya sampai tamat! tinggalkan jejak kalian yang membaca kisah ini dengan cara dukung author melalui vote, nilai, like, subscribe, follow dan komentar.
Disarankan untuk membaca Doris Hart yang pertama dulu ya 😊
happy reading 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dalam Mimpi
Perlahan tangannya membuka tabir jendela, dihatinya langit dari balik jendela itu, dan secara perlahan pula senyumnya pun tercipta. Dan tanpa terpikir, terencana, tertulis ataupun terhafalkan, Doris pun mulai berkata.
"Oh pagi... Selamat datang padamu....
Dan, semoga ucapan itu yang ku dengar dari lisan kekasihku...
Wahai kabut... Sampaikan lah padanya aku tak akan menutupi penglihatannya untuk melihatku, sebagaimana kau menutupi penglihatan ku untuk melihatnya...
Wahai embun... Sampaikanlah padanya aku juga akan menyejukkan nya bila dia melihatku, sebagaimana kau menyejukkan hatiku saat kini aku membayangkan nya..."
"Doris..." tiba-tiba dari belakang Doris, Houdynn memanggil. Membuat Doris pun menghentikan kata-katanya. Dan menoleh pada Houdynn.
"Tidakkah kau ingin mendatangi Uzda lagi ini? Selagi masih segar..." ucap Houdynn sambil tersenyum.
Doris menggeleng, "Aku masih ingin ke masjid dulu... Solat duha...." ucap Doris.
Houdynn pun mengangguk paham. Dan saat Doris mulai melangkah keluar rumah, dalam hati Houdynn terus berdoa.
"Allah... semoga perasaan ku ini salah! Walaupun aku tahu perasaan tak akan pernah berbohong, tapi aku mohon semoga Doris benar-benar bertemu Uzda..."
"Assalamualaikum.." ucap Doris setelah berada di depan pintu, lalu berjalan menuju masjid Al-'Alam.
"Waalaikumsalam..." jawab Houdynn, kemudian dia berjalan ke dekat jendela. Dia tatap apartemen dari balik jendela, apartemen dimana Uzda berada, saat dulu dia ketahui di musim yang membekukan.
Dia terus menatap sayu, dan dalam hati kembali dia berkata, "Oh, andai aku tak memiliki kelebihan bisa meramal segala keadaan... pasti aku tak akan merasakan hal seperti ini, hal yang baru kali ini ku rasakan, betapa gelisah nya aku .... Memikirkan hubungan Uzda dan saudaraku...."
...****************...
Houdynn berjalan masuk ke kamar. Sedangkan saat itu pula, dari apartemen yang tadi di tatapnya sayu, Uzda keluar berpakaian rapi, dan di pinggir jalan dia melambaikan tangan, saat melihat dari arah kirinya angkutan umum datang.
Uzda duduk tercengang di dalam angkutan umum, tak pedulikan orang-orang yang melihat heran padanya, karena kini jantungnya benar-benar berdetak tak menentu, dan tangisnya berusaha di bendungnya, tak sanggup dia membohongi diri sendiri, dia tak ingin menghilang lagi dari Doris, terlebih saat tadi keluar dari apartemen, saat dia sekilas menatap masjid di seberang jalan, dia melihat Doris sedang menuju Masjid.
Uzda pun memejamkan mata, bersamaan dengan mengalirnya air matanya ke pipi, meski tak tersedu. Namun seketika itu pula, orang-orang yang awalnya menatap heran pun semakin khawatir.
"Anda baik-baik saja?" tanya salah satu dari orang-orang yang dari tadi melihatinya itu.
Saat menyadari ada pertanyaan yang di tujukan padanya, dia pun segera menyeka air matanya, lalu menatap orang disamping kirinya yang telah bertanya padanya, dan Uzda berusaha tersenyum.
"A... Aku baik saja... Maaf telah membuat khawatir..." ucap Uzda, bibirnya tetap tersenyum.
Orang itu pun mengangguk paham. Namun kemudian orang itu menoleh lagi, "Anda mau kemana?" tanyanya.
"Perusahaan PMP."
"Anda hendak menerbitkan buku?!" tanya orang itu, terdengar semakin bersemangat.
"Insyaallah..."
"Muslim?"
Uzda mengangguk. "Memangnya adakah selain muslim yang berpenampilan sepertiku?"
"Ada."
"Siapa itu?"
Lalu orang itu menunjuk pada dirinya sendiri, kemudian menunjukkan foto-fotonya yang disimpannya dalam album.
"Ini selalu ku bawa kemana-mana...."
Uzda mengerutkan kening, "Untuk apa anda berpenampilan seperti itu?"
Orang itu menggeleng, "Entahlah .. Aku senang saja. Oh, ya. Nama saya Glynn..." ucapnya, sambil mengulurkan tangan.
Uzda pun menerima uluran tangan itu, "Uzda....." jawabnya.
"Oh, ya. Bila karya anda jadi terbit, judulnya apa? Mungkin aku masih ingat tentang anda...."
"Love Story Douz..."
...****************...
Tangannya bergerak menyisir rambut serapi mungkin, berpakaian rapi, berpenampilan ala orang Oak Park, Illinois. Dia ingin tampil berbeda, dan baru kali ini Doris berpenampilan serapi itu.
Tepat jam 09.00 pagi, dia pun hendak berangkat. Dan sekali lagi dia melirik di depan kaca. Perlahan dia mengangguk. Dan saat dia keluar kamar, Thorn yang sedang membaca buku dan Houdynn yang sedang menonton TV. Keduanya dibuat tercengang melihat penampilan Doris.
"Oh, saudaraku!!" panggil Houdynn. Doris pun menoleh sambil mengusap rambutnya.
"Subhanallah!!" pekik Houdynn, lalu dia mengacungkan jempol. Sedangkan Thorn hanya mengangguk.
Saat Doris telah keluar rumah, Houdynn menatapnya dari balik jendela, hatinya terus berdzikir.
"Allah.. Kuatkan saudaraku... Kuatkan hatinya..."
Setelah telat berada di depan rumah sakit, Doris pun segera masuk menuju ke ruangan dimana Uzda dirawat. Saat telah berada didepan ruangan itu, Doris berhenti sejenak, kembali dia rapikan rambutnya, dan pakaiannya. Perlahan dia ketuk pintu. Mengucap salam. Bersabar menunggu jawaban.
Namun, lama sekali dia menunggu, tetap tidak ada jawaban. Dia pun langsung membuka pintu ruangan itu. Dan betapa terkejutnya dia, saat dilihatnya di tempat Uzda berbaring ternyata tidak ada siapa-siapa.
Dan saat ada perawat yang lewat, dia pun langsung bertanya, "Apakah anda tahu kemana orang yang sedang dirawat di ruangan ini?"
"Bukankah sejak kemarin sore dia telah pulang?" mendengarnya, Doris langsung menyandar tembok. Dia begitu lemas.
...****************...
Angkutan umum pun melaju menuju hutan Montrose, sebagaimana tempat itulah tempat tujuan utamanya. Dan dalam perjalanan itu, orang yang ada di dalamnya hanya dia tak bersuara.
Setelah sampai di hutan Montrose, Doris dan Houdynn disambut dengan begitu meriahnya. Cloe yang tahu akan kedatangan keduanya pun, dia langsung memeluk mereka bergantian.
Namun, melihat raut wajah Doris yang begitu murung, Cloe seolah tahu, dia langsung mengajak Doris ke tempat pertama kali dia bersama Doris berbincang-bincang.
"Untuk apa kau mengajakku kesini, Cloe?!" tanya Doris.
"Seperti biasa, Raja. Menenangkan diri!"
Doris pun menatap lekat Cloe, "Tapi ini masih silau. Dimana kita bisa merebahkan tubuh kita?" tanya Doris.
Cloe pun tergelak, "Anda benar, Raja! Tapi saya tahu harus bagaimana."
"Bagaimana?"
"Duduk-duduk saja, tanpa merebahkan tubuh."
Doris perlahan mengangguk. "Kau benar!"
Sambil keduanya duduk, menatap pohon-pohon rindang yang berjajaran. Namun perlahan, Doris tersedu.
"Terimakasih, Cloe...kau bagaikan adik kandungku sendiri, yang tahu keberadaan ku."
Mendengarnya Cloe terdiam. Dia memilih mendengarkan dan seketika itu Doris mulai berkata-kata.
"Saat aku telah menemukanmu, kau seolah semakin menjauh, dan perlahan menghilang dan menghilang lagi... Membuatku tak tahu harus mencari mu kemana lagi,
Dan saat yang sama, semilir angin di hutan ini berbisik padaku...
'Jangan kau coba temukan ku di dalam dunia... tapi, carilah aku, temukan aku, dan peluklah erat diriku jangan pernah kau lepas di dalam mimpi mu ... Dalam mimpi mu....'
Setetes bening pun jatuh ke pipi, ku tersedu, akankah aku menemukan mu selalu dalam mimpiku?"
Doris pun semakin tersedu. Cloe juga tak terkecuali, berkali dia usap air matanya. Dan Doris seolah tak dapat mendongakkan kepalanya lagi. Dia menunduk, membenamkan wajahnya.
...****************...