Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyaris muntah
Satu butir Elis meminum pilnya hanya agar dirinya bisa terlelap. Namun kantuknya tak kunjung datang juga. Yang ada hanya bayangan demi bayangan saat suaminya mengucapkan nama wanita lain di saat ijab kabul berlangsung.
Sempat Elis mencubit punggung tangannya sendiri dan berharap apa yang di lakukan oleh suaminya hanyalah sekedar mimpi buruk saja, namun nyatanya hal itu benar-benar nyata. Seandainya Elis memiliki tempat pulang lain, ia tak mau pulang ke rumah yang ia tempati saat ini. Tapi apalah dayanya ia hidup sebatang kara, tak ada keluarga lain untuknya menguatkan dirinya selain tubuh dah hatinya sendiri.
Elis kembali meraih wadah pil itu. Kedua kalinya Elis menenggaknya, kali ini tanpa minum sedikitpun. Setelah menunggu beberapa waktu kantuk itu tak kunjung tiba. Apakah obatnya tidak bereaksi atau beban hidupnya tidak dapat di taruh sebentar?
Karna tak ada reaksi Alexa merah pil ketiga, ia butuh istirahat. Besok hidupnya harus kembali berjalan normal, ia tak ingin terlihat seperti wanita menyedihkan di sisa waktu pernikahannya.
Serapih mungkin Elis meninggalkan kesan baik terhadap Arjuna, hingga saatnya tiba Elis hanya akan melakukan langkah besar.
Biasanya segelisah apapun perasaannya jika dirinya sudah mengadu kepada Tuhannya semua akan terasa ringan. Berbeda dengan kali ini, Elis tidak menemukan ketenangan sekalipun sudah meraung di dalam sujudnya, mungkin Tuhan tengah merindukan jeritan malamnya sehingga Tuhan membiarkan mata Elis tetap terjaga.
Elis nerjalan menuju meja riasnya, ia melihat buliran tasbih yang terkumpul di dalam gelas kaca kecil. Buliran tasbih yang berjumlah 33 butir kini hanya tersisisa 32 bulir saja karna sudah berkurang satu butir di saat Arjuna meminta ijin untuk menikah lagi, Elis yang tadinya ingin memperbaiki tasbih miliknya malah membuang sebutir tasbih itu. Elis sudah bertekad dalam hatinya jika dirinya hanya akan memaafkan 33 kesalahan suaminya hanya selama itu pula dirinya akan bertahan. Dan sekarang Elis mengurangi sebutir lagi, Ya setiap kali Arjuna menyakitinya Elis akan mengambil sebutir tasbih dan membuangnya.
Tenang saja itu tasbih lama yang sudah terpakai, kali ini Elis memiliki tasbih baru untuk ia gunakan.
Setelah meminum pil ketiga, secara perlahan pandangannya mulai sayu. Elis pernah berpikir untuk memasukan semua obat itu kedalam lambungnya, namun bayangan ketiga putrinya di miliki madunya membuatnya tak ingin melakukan hal itu.
Elis terlelap sampai pagi menjelang, hampir saja dirinya melewatkan waktu subuh. Untung saja alarm yang sedari satu jam lalu berbunyi mengusik tidurnya.
Waktu sarapanpun harus di penuhi drama. Sisulung Rose terus saja menanyakan keberadaan papanya. Begitu juga dengan Jasmine ia sudah terbiasa sarapan bersama Papanya dan di saat Papanya tak pulang ia merasa kehilangan. Dan yang paling memperhatinkan adalah Valery gadis mungil itu terus saja memanggil sang Papa. Di hari ulang tahunnya yang kedua gadis itu kehilangan papanya.
Elis memejamkan matanya, ia harus sadar diri suaminya bukan miliknya sendiri, ada kewajiban lain yang harus suaminya tunaikan. Arjuna sudah mengatakan akan pulang setelah satu minggu bersama istri baru. Mau tak mau Elis harus rela menerima keputusan itu.
"Arjuna bahkan lupa hari ulang tahun putri bungsunya." Elis menghembuskan napasnya yang terasa sesak.
Aida tinggal di rumah mertuanya, sepertinya Aida akan menjadi menantu kesayangan ibu mertuanya. Tentu saja Elis sudah bisa menebak hal itu sejak awal.
Malam harinya Elis merayakan ulang tahun putri bungsunya, tanpa Arjuna. Entah di mana keberadaan suaminya itu tapi Elis memposting hari jadi putrinya itu termasuk di media sosial miliknya termasuk di Wa. Pesta sederhana yang dibuat Elis cukup meriah, pesta yang hanya di hadiri tetangga dekat saja karna semua kerabat Arjuna tidak ada yang menyukainya. Elis memberikan banyak hadiah kepada putrinya dan mengatakan itu dari Arjuna, meski ia tengah mempersiapkan kejutan untuk Arjuna tapi dirinya tak akan tetap memberikan kesan ayah penyayang terhadap pria itu. "Selamat ulang tahun putri cantik Mama. Banyak hadiah untukmu dari Papa, maaf papa tidak bisa datang karna ada pekerjaan penting." Elis mengatakan hal itu dengan suara bergetar.
.
Di sebrang sana Arjuna melihat postingan sang istri. Untuk pertama kalinya Arjuna menjadi pria yang tidak berguna, dadanya juga terasa sempit di saat istri dan ketiga putrinya merayakan ulang tahun tanpa dirinya. Ia merasa sangat berdosa dan hendak pulang meskipun ibunya melarang Arjuna untuk pulang, pria itu tetap kukuh.
Arjuna bukanlah seorang pria berengsek yang sering bergunta ganti pasangan. Arjuna merupakan sosok yang setia selama 7 tahun pernikahan tidak sekalipun Arjuna berkhianat. Sampai di suatu pagi ia terbangun dengan seorang wanita di sampingnya. lebih tepatnya dua bulan lalu Arjuna tanpa sengaja meniduri mantan kekasihnya Aida di rumah ibunya sendiri. Entah apa yang terjadi padahal Arjuna tidak mabuk sama sekali.
Yang Arjuna ingat semalam ibunya menyuruh Arjuna menenoknya yang tengah tak enak badan. Siapa sangka ini akan menjadi petaka.
Aida, gadis yang mengenakan kerudung itu tidak menuntut pertanggung jawaban pada awalnya, sehingga rumah tangga Arjuna tidak terguncang. Hingga dua bulan kemudian lebih tepatnya satu minggu yang lalu Aida mengaku hamil kepada ibu dan keluarganya dan mendesak Arjuna untuk menikahinya.
Arjuna berpikir, ia juga kasihan kepada Elis istrinya yang selalu di tekan dan di tuntut untuk memiliki seorang putra. Hingga berbagai pertimbangan akhirnya Arjuna bersedia menikahi Aida dengan beberapa syarat dan perjanjian dengan istri mudanya.
Arjuna bahkan menangis dalam diam di hari pernikahan keduanya, betapa kejamnya dirinya melesatkan banyak anak panah ke tubuh wanita yang sudah menemaninya selama 7 tahun. Ia tak kuasa saat melihat wajah terluka Elis di hari malam kemarin.
Elis pulang menumpangi taksi tanpa mendengarkan panggilannya.
Arjuna tetap pulang untuk menemui putri-putrinya.
Saat Arjuna pulang ketiga putrinya sudah terlelap. Arjuna hanya bisa mendatangi dan mengecupi kening mereka bergantian. Namun saat Arjuna hendak beranjak si sulung Rose terbangun, sepertinya putrinya itu memang pura-pura tertidur sejak tadi.
"Papa dari mana saja? Kasihan Vale dan Mine menunggu Papa. Mama memberikan banyak hadiah tapi Vale tetap sedih. Rose tidak suka saat Papa tidak pulang." gadis berumur 6 tahun itu terlihat sangat kecewa terhadap ayahnya, tangisnya bahkan sudah pecah.
"Maafkan Papa ya. Besok kita jalan-jalan. Sekarang Rose tidur ya." Juna membaringkan tubuh mungil gadis kecilnya dan kembali menyelimuti tubuh Rose dan mendaratkan kecupan di keningnya. "Selamat malam putri Papa."
Elis membuang satu bulir tasbih lagi. "Ini untuk ketiga putriku yang kau abaikan."
Arjuna mendatangi Elis di kamarnya. Elis tengah melakukan shalat malam, Arjuna menunggu Elis sampai selesai mengerjakan shalatnya, Elis yang menyadari kehadiran suaminya mengulangi shalat malamnya hingga ke raka'at 12 dan membuat Arjuna merasa kesal sendiri karna terlalu lama menunggu.
Setelah Elis megucapkan salam di tahiat akhir Arjuna segera mengecup pipi wanita itu untuk menghentikan ibadahnya, bukan karna Arjuna ingin menjadi penghalang saat istrinya menghadap tuhannya. Melainkan Arjuna tau jika Elis mengulang raka'atnya dengan sengaja untuk menghindarinya, itu sebabnya Arjuna membatalkan wudhu istrinya.
"Suamimu datang Sayang. Harusnya kau menyambutku bukan mengabaikanku?" Juna membawa Elis untuk duduk di tepi ranjang. Arjuna memeluk tubuh yang masih terbalut mukena, "Aku merindukanmu."
"Maaf aku lupa dengan ulang tahun Valery. Aku janji tak akan mengulanginya lagi." Arjuna memeluk tubuh istrinya juga membuka mukena yang sang istri kenakan.
Juna hendak mencium bibir ranum istrinya namun Elis memilih berpaling. "Aku menginginkannya Elis layani aku."
Elis menatap tajam suaminya. Tak puaskah suaminya menghabiskan malam dengan istri barunya sehingga meminta jatah darinya? Bukankan Arjuna mengatakan akan pulang setelah seminggu? Tapi baru semalam Arjuna sudah mendatanginya.
"Aku lelah." Elis beranjak, ia malas melayani suaminya. Bayang-bayang Arjuna sudah menghabiskan malam penganting dengan Aida membuatnya merasa jijik jika harus kembali bercinta dengan pria yang memberikannya 3 orang putri.
"Alasan." Juna memaksa Elis untuk melayaninya meskipun Elis menolak.
"Apa gunanya kau beribadah jika nenolak melayani suamimu sendiri. Haruskah aku membuka kitabnya agar kau mau melayaniku." Elis membisu, ia diam meski Arjuna kini menguasai tubuhnya.
Saat Arjuna hendak masuk, Elis menghentikan kesenangan suaminya. "Tunggu sebentar." Elis bangun dan meraih pengaman di dalam laci dan menyerahkan pengaman itu kepada suaminya. "Pakai ini."
"Aku tidak mau. Kita belum pernah menggunakan ini." Juna menghempas benda persegi itu.
"Jika tidak memakainya aku tidak mau." ucap Elis tegas.
Arjuna yang sudah bergairah mau tak mau memakainya dari pada malam ini gagal melakukan pelepasan, bisa pusing dirinya.
Elis memejamkan mata sepanjang permainan ia tak ingin melihat suaminya yang tengah menggagahinya. Juna sangat menggebu saat menyalurkan kebutuhan biologisnya, kemarin ia tidak menyentuh Aida sama sekali. Tentu saja dengan dalih Aida haram ia sentuh karna tengah hamil di luar pernikahan dan Juna meragu jika Aida hamil anaknya.
Persetan dengan dosa suami yang tak berbuat adil. Sungguh Arjuna tak perduli.
Juna bahkan tidur terpisah dengan Aida. Ada beberapa perjanjian yang ia buat bersama Aida. "Bersabarlah sebentar." Bisik Juna setelah menyelesaikan percintaannya.
Elis yang tak tau maksud dari kalimat suaminya segera memasuki kamar mandi untuk mensucikan diri. Entahlah ia merasa jijik saat Arjuna menyentuh tubuhnya. Elis bahkan merasa mual dan nyaris muntah saat mengingat jika suaminya juga melakukan hal yang sama terhadap madunya. Ingatkan Elis untuk membuang satu butir tasbih lagi.