Biasanya, perceraian dilakukan antara dua orang atas kesadaran masing-masing diantaranya.
Retaknya rumah tangga, hubungan yang sudah tidak harmonis lagi, dan perihal pelik sebagainya.
Namun berbeda yang dirasakan seorang model sekaligus Aktris cantik yang benama Rania. Tepat satu tahun di hari pernikahanya, Rania mendapat kejutan perceraian yang di lakukan suaminya~Pandu.
Tanpa memberi tahu Rania, Pandu langsung saja membuat konferensi pers terhadap wartawan, bahwa Rania adalah sosok wanita yang begitu gila karir, bahkan tidak ingin memiliki seorang anak pada wanita umumnya.
Rania yang saat itu tengah melakukan pemotretan di Amerika, tidak pernah tahu menahu, bahwa suami yang begitu dia cintai menceraikannya secara hina. Rania sendiri sadar, saat melihat berita dari televisi internasional.
Dan setelah kedatangn Rania ke tanah air. Dia baru tahu, jika gugatan cerai yang dia terima, semata-mata hanya untuk menutupi perselingkuhan Pandu dengan sahabatnya sesama model~Laura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16~PPH
Nadia dan para pelayan lainnya tampak membantu bu Lisa menyajikan makanan di atas meja. Yang nantinya akan dibuat makan malam oleh sang Tuan rumah.
Tepat pukul 7 malam, anggota penghuni rumah sudah siap makan, dengan duduk tenang di meja makan.
Entah mengapa, sejak tadi wajah Aston tampak lesu, diam dan sedikit agak kosong. Entah apa yang di rasakan pria itu sekarang.
"Aston! Tadi Nek utimu telfon sama Mamah ... Katanya kamu sekarang sudah jarang banget menghubungi dia. Benar 'kan?" tegur nyonya Lisa sebelum memulai makan malamnya.
Tuan Domanick hanya terdiam, namun wajahnya begitu antusias yang kini menunggu jawaban sang putra.
"Astaga, Papah! Bikin kaget saja," gumam Aston saat lenganya disenggol oleh tuan Domanick.
"Itu Mamahmu sedang bicara sama kamu, Aston! Nanti kamu bisa dimakan hidup-hidup!" bisik tuan Domanick menajamkan matanya.
Dengan wajah malas bercampur takut, kini Aston sudah menatap sang ibu.
"Mamah ngomong apa?" ucapnya tanpa dosa.
Nyonya Lisa menghela nafas dalam, sambil menggelengkan kepalanya.
"Makanya. Kalau ada orang tua ngomong itu di dengerin! Bukan malah ngalamun!" cerca sang ibu menahan kesal, "Simbahmu yang di Semarang, mbokya sekali-sekali di telfon, Aston!"
"Iya, iya Mah! Nanti Aston hubungi," jawabnya malas.
Tuan Domanick selalu tertawa gemas, saat istrinya sudah menggunakan bahasa jawa medok, khas kota kelahirannya. Walaupun tidak terlalu faham, namun tuan Domanick hanya mengikuti saja, karena sang istri begitu mencintai daerah seni Jawa.
Setelah itu, mereka langsung melakukan makan malam bersama dengan begitu nikmat.
Grek!
Fokus nyonya Lisa tersadar, saat mendengar Aston bangkit sambil menggeser kursi duduknya.
"Mau kemana? Makan aja belum selesai?"
"Aston mau keluar sebentar, Mah! Bryen baru saja pulang ... Biasa, anak-anak mau ngerayain!" jawabnya dengan sorot mata memohon.
"Hati-hati, Aston! Bawalah satu anak buahmu, jika kemana-mana," sahut tuan Domanick memberi peringat.
"Aman, Pah!"
Aston hanya mengangkat jempolnya, lalu segera menyambar jaket hitam yang tadi dia letakan diatas meja, bersama kunci mobil.
Dan sebelum menuju cafe yang sudah dijanjikan teman-temanya, Aston kini melajukan mobilnya menuju markas. Untuk mengintimidasi beberapa anak buah, yang dia perintahkan dalam mengemban tugas mereka.
"Bagaimana, Bram?"
"Semuanya lancar, Tuan! Namun saat ini ... Pandu sedang mencurigai salah satu pekerja rumahnya. Sebab, Doni 2 jam lalu baru saja memberi tahu saya!"
Aston menyeringai. Tanpa pria tionghoa itu tahu, jika dia sudah menaruh dua anak buahnya, untuk bekerja di kediaman tun Mohan dan juga rumah pribadi, Pandu.
"Bagaimana perkembangan videonya yang sudah tersebar?"
"Sesuai perintah anda, Tuan! Saya sudah menyuap beberapa awak media, untuk menggiring opini masyarakat, dan membuat kalimat penuh tekanan, agar keadaannya semakin berkeruh. Saya yakin, perusahaan milik tuan Mohan sebentar lagi akan bangkrut. Karena para investor sudah melihat video tersebut, saat saya menyuruh para media untuk memenuhi situs para pebisnis disana!" papar Bram menjelaskan.
Merasa puas, Aton lantas bertepuk tangan sambil tertawa bahagia. Setelah itu dia bangkit dari duduknya, dan langsung melenggang keluar menuju cafe yang sudah dijanjikan~Bryen.
Aston langsung saja berjalan menuju ruangan privat, yang kini sudah di boking oleh sahabatnya~Bryen. Disana juga ada dua sahabatnya saat kuliah, yakni Doni dan Devan.
Alih-alih merayakan kedatangan Bryen, rupanya mereka sedang membahas perihal bisnis gelap, yang nantinya akan berjalan dibawah naungan perusahaan Aston.
"Weh, weh ... Lihatlah, Abangku satu ni mentel pisan," ujar Doni menyenggol lengan lengan Bryen, dengan ucapan khas kota kelahirannya~Medan.
Aston yang baru saja masuk, hanya mengendikan kedua bahu acuh, dan cepat-cepat duduk bersama mereka.
"Kamu ngomong apa sih, Don! Bingung aku," tegur Devan mengernyitkan dahinya.
"Kekmana pula otak kau dangkal sekali, Devan! Makanya, jika kau cuti ... Ku ajak kau melalak ke kota kelahiranku. Agar otak kau tak dangkal!" balas Doni sambil menjitak kepala sahabatnya.
"Serah kamu deh! Pusing aku-"
Sementara Aston dan Bryen, mereka hanya tersenyum malas, melihat dua temanya yang tampak tidak akur jika bertemu.
"Bosku di Rusia, membutuhkan beberapa alat tembakan! Kamu tahu ... Para pencuri disana caranya sungguh licik! Mungkin disini, jika sudah tertangkap maka sedikit besarnya akan cepat mengakui siapa dalangnya. Disana berbeda," jelas Bryen menatap semua sahabatnya.
"Maling macam di rumah mamaku-"
Tak!
Devan seketika membalas jitakan kepala Doni, "Diam kau!" bisiknya, seolah sedang meledek bahasa sahabatnya.
"Mereka rela dibunuh, bahkan sampai mati pun tidak akan berucap! Maka dari itu, jika ada kejahatan disana ... Tak jarang begitu lama kasusnya terbongkar, jika tidak bekerja sama dengan beberapa Mafia!" lanjut Bryen kembali.
"Disini aku belum dapat membuat pabrik, karena aku baru merambah ke beberapa aparat, agar dapat membantuku. Aku juga membutuhkan ijin secara legal darinya, walaupun bisnisku ini tidak tercatat oleh pemerintah! Jika kamu membutuhkan, aku dapat menghubungi anak buahku yang berada di Amerika!" balas Aston, sambil menyembulkan asap rokok.
Bryen hanya mengangguk, lalu menuangkan sebotol minuman pada ke empat gelas didepanya.
"Bagaimana, kabar Rania? Aku sangat prihatin dengan kasusnya waktu lalu!" seru Devan setelah menenggak minuman tadi.
Tak!
Aston meletakan gelas kecil tadi begitu keras, karena dia masih geram dengan sikap sang ipar waktu lalu.
"Rania sekarang hiatus! Dia memilih tinggal di Semarang, setelah perceraiannya dengan pria saiko itu."
"Videonya sangat memalukan! Bukanya nafsu melihat tubuh Laura, aku malah jadi jijik, ingin mual!" sahut Bryen sambil bergidik merinding.
"Tapi, permainan mereka hebat juga! Yang aku herankan, ya ... punya si Pandu kecil macam ulat jati, tapi kenapa bisa jadi rebutan," ujar Doni sambil mengangkat gelasnya.
"Kenapa kamu bisa menyamakan dengan ulat jati, Don? mereka sangat kecil sekali!" seru Devan terkekeh puas
"Biasanya, kau langsung membunuhnya ... Ini kenapa tidak?" celetuk Doni kembali menatap Aston.
Aston menyandarkan punggungnya, lalu mendesah dalam.
"Jika dia langsung mati, maka akan cepat langsung berakhir beritanya. Enak dong! Biarkan dia menderita dengan ulahnya sendiri! Yang terpenting, perusahaan tua bangka itu biar hancur terlebih dahulu. Mereka semua makan dari uang perusahaan. Maka jika hancur, mereka akan menjadi gembel yang mengenaskan!" senyum smirk Aston, yang sudah tidak sabar ingin melihat karma bagi keluarga Sahindo.
Drrt! Drrt!
"Iya Pah?"
"Aston. Papah baru saja mendapat kabar dari Opamu di Jerman. Dia dilarikan ke rumah sakit, karena penyakitnya kambuh. Dan ini Papah sama Mamah akan berangkat malam ini!" ujar tuan Domanick dari sebrang telfon.
"Nanti kamu langsung pulang kerumah saja, karena Papah belum sempat menyelesaikan pekerjaan Papah. Nanti tolong lanjutin," lanjutnya kembali.
"Baik Pah! Apa perlu Aston antarkan ke Bandara?"
"Nggak usah, ini biar diantar sama pak Yono! Jangan pulang larut!" setelah itu tuan Domanick memutus panggilannya sepihak.
Aston kembali meletakan ponselnya diatas meja, lalu menggak kembali minuman tadi yang sudah dituangkan oleh Bryen.
............
............
Bersambung~
semangat ya tor🌹🌹
awal baca suka ceritanya 😍
ra dong aku !!!