Johanna Kate seorang gadis cerdas yang kehilangan ibunya pada usia muda. Yohanna sama sekali tidak mengetahui keberadaan ayahnya dan mengharuskannya tinggal bersama bibinya dan Nara. Selama tinggal bersama bibinya, Yohanna kerap mendapatkan perlakuan tidak baik.
Setelah lulus SMA, Yohanna diusir. Lima tahun kemudian, Bibi Yohanna berulah lagi. Demi membayar utangnya Hanna di paksa harus menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
Bagaimana kisah selanjutnya. Apakah Johanna harus menikahi lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
ikutin terus yuk....
Novel ke sebelas ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ACARA PERPISAHAN
💌 MUST GET MARRIED 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
Hari ini adalah hari perpisahan sekolah St Louis. Semua murid kelas 12 sangat menantikannya sebagai bayaran atas kerja keras mereka menempuh berbagai macam Ujian sampai dinyatakan lulus. Tak ada acara yang besar seperti yang diselenggarakan sekolah-sekolah lain pada umumnya, tidak menyewa gedung dan juga memakai gaun dan setelan jas. Mereka hanya menggunakan pakaian hitam dan putih.
Acara telah dimulai. Kata sambutan dari ketua yayasan dan disertai pemberian beasiswa kepada anak-anak yang pintar langsung diberikan oleh pemilik yayasan. Hanna adalah salah satu murid yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di universitas St Louis di Australia.
Sampailah di penghujung acara di mana Levi yang akan menyumbangkan suara emasnya. Saat MC menyebut nama Levi George disebut. Semua orang-orang yang ada di sana bersorak-sorai dengan antusias.
"Baiklah kita panggilkan Levi George."
Mendengar namanya dipanggil langsung saja Levi berdiri dari duduknya. Ia menggulung lengan kemeja berwarna putih bergaris-garis, untuk mengusir gerah. Levi merapikan sedikit penampilannya. Lalu ia membuka tas gitarnya dan mengambil benda kesayangannya itu. Teman-teman angkatannya dan adik kelasnya mulai mengeluarkan tepuk tangan serta sorak-sorai paling meriah mengiringi langkah Levi ke atas panggung untuk memberikan penampilannya. Tangan kekarnya mulai memetik senar gitar guna melakukan cek sound, begitu juga dengan teman-teman band-nya yang ikut melakukan hal yang sama pada alat musik yang mereka pegang.
"Cek... cek... cek... biji salak." ucap Levi dengan mic yang di pegangnya.
Ucapan yang diucapkan Levi bak sebuah lelucon dan spontan membuat semua penonton tertawa terbahak-bahak padahal Levi tidak ada niatan untuk melucu. Mungkin karena Levi tampan dan banyak disukai para cewek-cewek di sekolah St Louis, sehingga apa yang dilakukan Levi terlihat keren.
Mata bernetra coklat itu menatap teman-temannya satu persatu menanyakan tanpa suara. Apakah mereka siap untuk menampilkan lagu sore ini. Dengan mantap teman-teman band-nya mengangguk seraya mengacungkan ibu jari ke atas. Suara Levi mulai tersalur dari pengeras suara memenuhi setiap sekolah. Penonton bersorak-sorai kaget dan terpesona karena lagu persembahan dari Levi memang mereka nantikan. Penampilan Levi sukses memukau penonton. Karakter suaranya yang kental menghipnotis semua penonton. Levi benar-benar tampan saat menyanyikan lagunya. Setelah lagu pertama berhasil di nyanyikan dengan baik. Para penonton bersorak meminta Levi bernyanyi lagi. Lagu kedua sengaja ia pilih lagu yang menyentuh hati penonton. Levi menyanyikan lagu Nothing Like Us. Penonton ikut bernyanyi.
Tiba-tiba tatapannya bertemu dengan Hanna. Ia berdiri di depan panggung untuk mengabadikan penampilan Levi. Keduanya nampak gugup, debaran-debaran yang tercipta dari detak jantungnya berdetak begitu indah di dalam hatinya. Levi mengalihkan pandangannya. Berusaha tetap fokus untuk mempersembahkan lagu terakhir darinya. Tak sedikit murid yang menitihkan air mata karena akan segera berpisah dengan teman-temannya setelah banyak kenangan yang mereka lalui.
"Terima kasih semuanya... sukses untuk kita semua." Ucap Levi mengakhiri penampilannya.
Ia lalu meninggalkan panggung. Levi menatap Hanna yang akan naik ke panggung untuk mempersembahkan puisi. Karena terburu-buru membuatnya hampir terjatuh. Levi dengan sigap menangkap tubuh Hanna. Tatapan mereka kembali bertemu. Mereka merasakan debaran-debaran yang tercipta dari detak jantungnya. Begitu nyata hingga membuat mereka tersadar.
"Maaf Levi, aku ceroboh!" Kata Hanna menjauhkan tubuhnya dari Levi. Ia gugup dan langsung naik ke atas panggung. Namanya kembali disebut MC untuk kedua kali agar segera naik ke atas panggung.
Sementara Levi kembali menatap punggung Hanna. "Perasaan ini? apa yang harus kulakukan terhadap perasaan ini? aku tidak bisa mengatakan jika aku mencintaimu. Aku memang benar-benar tidak merencanakan untuk jatuh cinta padamu. Semua terjadi begitu saja, hanna."
Sementara Hanna mengakhiri puisinya dengan baik. Tiba-tiba muncul Nara menyemburkan bubuk warna-warni dan langsung beterbangan di udara semua siswa-siswi bersorak-sorai. Karena melihat Levi sejak tadi diam. Albert tersenyum lalu mengambil bubuk dan menyemburkannya kepada Levi.
Levi terkejut karena baju putihnya kini dipenuhi dengan warna-warni. "Astaga albert apa yang kau lakukan?" ucap Levi.
Albert hanya tertawa di sana. Ia puas karena berhasil membuat sasarannya kesal. Levi ingin membalas perbuatan Albert. Ia melempar serbuk berwarna-warni ke arah Albert dan berakhirlah mereka dalam kegiatan saling melempar-lempar bubuk warna-warni terhadap satu sama lain sambil tertawa riang.
🔹🔹🔹🔹🔹🔹
Setelah salam-salaman dengan para guru dan juga berpelukan dengan teman-teman yang sebagai salam perpisahan. Levi memasukkan gitarnya ke dalam tas dan menggendongnya di belakang.
"Pulang dengan siapa Hanna?" ucap Levi menghampiri Hanna yang sibuk memasukkan barangnya ke dalam tas.
Hanna langsung berbalik dan melihat Levi sudah berdiri di belakangnya.
"Aku...." Kalimat Hanna menggantung. Ia gugup saat melihat Levi.
"Kau pulang bersama Albert ya?" Tanya Levi menatap Hanna dengan lekat.
Hanna bertambah gugup saat Levi menatapnya dalam-dalam. Jantungnya langsung terpukul cepat dan sulit untuk di ajak diam. "Apakah aku benar-benar menyukai Levi?" Batin Hanna. Tangannya meremas kuat.
"Maaf, aku baru teringat berjanji dengan Isabel untuk pulang bersama." Kata Hanna.
"Oh, begitu ya..."
"Maaf Levi, aku tinggal dulu." kata Hanna melangkah panjang meninggalkan Levi. Hanna langsung berlari menuju toilet sekolah.
"Astaga, kenapa aku tidak bisa mendiamkan debaran jantung ini?" Hanna memukul pelan bagian dadanya. Ia kembali mondar-mandir dengan posisi bertolak pinggang.
Hanna membiarkan air berjalan begitu saja. Ia kembali menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskan-nya. Ia menatap dirinya cermin dan mencoba mengembalikan seluruh kesadarannya. Hanna mulai berbicara sendiri.
"Aku semakin tidak bisa menahan perasaan ini. Apa yang harus aku lakukan?"
"Apakah aku harus mengatakan kepada Levi?" Hanna menatap dirinya di cermin dan sepersekian detik ia membuang napas lesu, Hanna menundukkan kepalanya.
"Tidak mungkin...."
"Tapi aku tidak bisa, aku semakin tersiksa menahan semua ini."
Cukup lama Hanna berdiam diri dan menatap dirinya di cermin. Setelah cukup tenang, Hanna keluar dari toilet. Ia berjalan sambil menundukkan kepalanya.
Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat sosok lelaki yang terus memenuhi pikirannya. Posisi Levi saat ini sedang menyandarkan salah satu bahunya dengan kedua tangan bersedekap.
"Levi?" Hanna menelan salivanya. Levi melemparkan senyum ke arah Hanna.
Hanna melangkah pelan dan saat itu juga Levi mengembalikan posisi berdirinya saat melihat Hanna berjalan ke arahnya.
"Apa yang kau lakukan di sini? Ini toilet wanita." Hanna mencoba menyembunyikan rasa gugupnya. Ia sudah semakin tidak tahan dengan debaran-debaran ini.
"Aku menunggumu..."
DEG
Seketika jantung Hanna berdetak cepat. "Kau menungguku? Aku sudah katakan pulang dengan Isabel."
Levi mendekat dan Ia menghimpit tubuh Hanna di dinding. "Isabel sudah pulang duluan."
DEG...!
Jantung Hanna langsung terpukul dua kali lebih cepat, ia semakin sulit bernapas dengan kedekatan ini.
"Apa kau sengaja menghindariku Hanna?"
"Me-menghindari apa maksudmu?"
Tangan Levi bersandar di dinding. Seakan mengunci Hanna, Levi semakin mendekat ke arah Hanna secara perlahan. "Kau tidak ada janji pulang bersama Isabel."
Deg...
Deg...
Deg
Hanna semakin gemetar. Ia menutup matanya dengan sangat erat, hingga garis garis hidung dan pinggir matanya nampak. Ia menahan napasnya, keringat dingin mulai membasahi dahinya.
"Aku tunggu kau di taman tengah kota jam 7 malam. Kau harus datang." Kata Levi berbisik dan langsung menarik tubuhnya.
Setelah mengatakan itu, Levi langsung melangkah meninggalkan Hanna yang terdiam dan terus mencerna perkataan Levi. Ia membuang napasnya sekaligus. Hanna lalu membungkuk dan memegang lutut nya untuk mencoba menstabilkan napasnya yang naik turun begitu cepat.
Sementara Levi terus melangkah meninggalkan Hanna. Ia tersenyum sambil mengusap bibirnya dengan jarinya.
"Aku semakin mencintaimu Hanna. Malam ini kau harus jadi milikku."
Update hanya hari Senin sampai Sabtu ya, sampai bertemu di hari Senin 😊
.
.
BERSAMBUNG
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini novel ke sebelas aku 😍
Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.
^_^
dulunya hanya coretan baju doang...eh pulang pulang ke rumah kena marah enyak gue.... pokoknya paling suka jaman jaman sekolah dulu 😍
suatu keberuntungan buat aku dah 😆