Indah, seorang gadis dari kampung yang merantau ke kota demi bisa merubah perekonomian keluarganya.
Dikota, Indah bertemu dengan seorang pemuda tampan. Keduanya saling jatuh cinta, dan mereka pun berpacaran.
Hubungan yang semula sehat, berubah petaka, saat bisikan setan datang menggoda. Keduanya melakukan sesuatu yang seharusnya hanya boleh di lakukan oleh pasangan halal.
Naasnya, ketika apa yang mereka lakukan membuahkan benih yang tumbuh subur, sang kekasih hati justru ingkar dari tanggung-jawab.
Apa alasan pemuda tersebut?
Lalu bagaimana kehidupan Indah selanjutnya?
Akankah pelangi datang memberi warna dalam kehidupan indah yang kini gelap?
Ikuti kisahnya dalam
Ditolak Camer, Dinikahi MAJIKAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Kekalahan selena
"Apa maksud Mama?!" Selena tak mengerti arah pembicaraan Nyonya Felly, wanita yang pernah menjadi calon mertuanya.
"Sejauh kau mengenal Rama, apakah Rama orang yang menyukai segala yang glamor dan seksi? Apakah Rama pernah membedakan seseorang berdasarkan penampilan? Justru, seharusnya kau sadar, jika Rama benar-benar mencintaimu, dia tidak akan membiarkanmu mengenakan pakaian yang kurang bahan, sehingga lelaki mana pun bisa memanjakan matanya dengan melihatmu!" Nyonya Felly menjeda sejenak ucapannya.
"Jika memang Rama mencintaimu, maka dia akan membungkus tubuhmu, seperti yang dia lakukan pada wanita hamil yang saat ini ada di hadapanmu, agar hanya dia yang bisa menikmati keindahan tubuhmu! Tapi jika Rama justru membiarkanmu berpenampilan sesukamu, maka perasaan Rama padamu yang patut dipertanyakan. Apa benar, Rama mencintaimu?" Nyonya Felly melipat kedua tangannya di depan dada.
"Melihatmu seperti ini...jangan kan Rama, aku saja yang sesama wanita merasa jijik. Kau lebih mirip dengan barang obralan ketimbang wanita sosialita!" Ugh, sungguh pedas.
"Ma..." Selena menutup mulutnya, matanya berkaca-kaca. Kali ini sungguhan, bukan hanya sandiwara. Ucapan Nyonya Felly benar-benar mengoyak hatinya, hingga di sudut yang paling dalam.
"Sudahlah, Selena... Tidak usah melakukan sesuatu yang hanya akan membuang-buang waktumu. Sudah cukup hubungan antara kau dan Rama selama ini. Aku memaafkanmu kali ini atas penghianatan yang kau lakukan pada Putraku, karena kenyataannya, sekarang Putraku sudah hidup lebih bahagia. Justru, aku berterima kasih padamu; terima kasih sudah meninggalkan Putraku waktu itu, hingga Putraku akhirnya malah menemukan berlian!"
"Sekarang, Aku harap kau tak lagi mengganggu kehidupan Putraku. Pergilah seperti angin; bersikaplah tidak saling mengenal jika kalian bertemu secara tak sengaja. Biarkan Putraku bahagia dengan kehidupannya sendiri, dan itu, TANPA DIRIMU!!"
Nyonya Felly kemudian berlalu sambil membawa Indah dalam gandengannya.
Berlalu begitu saja, tanpa menutup pintu, juga tanpa menyuruh Selena pergi. Biarkan Selena berpikir sendiri. Cukup sudah dia berbicara dengan Selena. Dia sudah muak. Dari awal dia memang tak pernah setuju atas hubungan Rama dengan Selena. Dia sama sekali tidak menyetujui pilihan putranya itu, karena dia selalu merasa bahwa Selena bukanlah wanita yang baik untuk putranya. Dan ternyata, insting seorang ibu selalu saja benar. Wanita pilihan putranya itu meninggalkannya tepat di hari pernikahannya. Hati ibu mana yang tak akan terluka?!
Selena tersengat mendengar ucapan Nyonya Felly. Ditatapnya punggung Nyonya Felly yang semakin menjauh dan akhirnya menghilang bersama wanita yang katanya adalah istri Rama. Ada yang terasa sesak menghantam dadanya.
Apakah benar dia sudah tidak memiliki kesempatan? Selena membalikkan tubuhnya sambil mengusap buliran air yang membasahi pipi. Dia tak hendak lagi mengejar ke dalam rumah Rama.
Selena meninggalkan rumah Rama dengan pikiran yang begitu kalut. Dia sampai tidak bisa fokus dalam mengendarai mobilnya. Tidak tahu apa yang hendak dilakukannya, hingga akhirnya dia menepikan mobilnya ketika dia melewati sebuah taman. Selena keluar dari mobilnya dan dengan gontai berjalan menuju ke arah taman lalu mendudukkan tubuhnya di sebuah bangku yang ada di bawah sebuah pohon rindang.
Bersandar pada bangku, pikiran Selena berkelana ke masa lalu, masa-masa kebersamaannya bersama Rama.
Pernah satu kali, pada saat Rama hendak mengajaknya menghadiri undangan pernikahan relasinya...
"Kamu serius akan memakai pakaian seperti ini?" tanya Rama pada saat itu. Pandangan Rama mengarah kepadanya dari atas ke bawah. Memang, pada saat itu gaun yang digunakan Selena cukup terbuka, menampilkan lengan dan punggungnya yang putih mulus; bahkan dari bawah terlihat belahannya yang hingga ke paha.
"Ayolah, Sayang, aku sudah sejak lama ingin memakai gaun ini. Aku rasa kamu bukan orang yang kolot, kan? Yang tidak tahu selera masa kini dan yang mengharuskan aku untuk menutup seluruh tubuhku!" jawab Selena kala itu. Rama mendesah kasar.
"Apa tidak ada gaun lain yang lebih layak?" Rama masih berusaha untuk memintanya berganti baju.
"Ayolah, Sayang... Kau juga pernah bergaul dengan kalangan atas, dan pakaian seperti ini bagi mereka biasa. Tidak ada yang aneh; justru akan terlihat aneh kalau aku memakai pakaian seperti ibu-ibu rumah tangga. Mereka yang bertemu kita nanti pasti akan mengatakan aku kampungan!" bantah Selena.
Baginya, Rama terlalu posesif, dan dia tidak akan selalu mengikuti keinginan Rama. Karena jika itu dia lakukan, maka Rama akan semakin mengaturnya, dan dia adalah orang yang tidak suka terlalu diatur.
Rama kembali mendesah kasar. "Terserah padamu!" Hanya dua patah kata yang diucapkan Rama. Setelah itu, mereka pun berangkat.
Setelah hari itu, masih ada sekali atau dua kali Rama mengomentari tentang pakaiannya, tetapi karena Selena selalu membantah, akhirnya Rama pun hanya diam saja dan tak pernah lagi berkomentar. Rama juga selalu mengomentari kesenangan Selena yang selalu pergi ke klub.
"Apa tidak ada tempat hiburan lain selain klub? Apa kau tidak bisa ke kafe? Atau restoran? Atau ke mal saja? Kenapa harus clubbing?!" ucap Rama kala itu.
"Ayolah, Mas, banyak teman-temanku yang juga ke klub. Memang apa salahnya dengan klub? Toh, di sana aku tidak berbuat apa pun yang buruk!" Selena membantah hingga saat itu terjadi pertengkaran kecil di antara mereka yang berakhir dengan Selena meninggalkannya sendirian di apartemen, karena gadis itu sama sekali tidak ingin dikekang.
Tidak cukup sampai di situ keposesifan Rama. Rama bahkan mulai mencoba membatasi pergaulannya: tidak boleh bergaul dengan ini atau itu, tidak boleh bersama dengan dia atau dia. Dan hal itu membuat Selena semakin muak.
Sehingga, ketika ada seorang teman Rama yang menawarinya untuk menjadi tempat dia bersandar, yang berjanji akan memberikan dia kebebasan sepenuhnya, dengan senang hati Selena menerimanya.
Dan puncaknya adalah ketika hari pernikahan, tiba-tiba saja Selena merasa takut jika menikah dengan Rama dan pada akhirnya dia hanya akan menjadi gadis terkekang dan kehilangan kebebasan. Sehingga, ide untuk lari dari pernikahan itu muncul.
Dan itupun juga bersama dengan teman Rama tersebut, yang tanpa dia tahu adalah orang yang memang sangat membenci Rama sejak lama, akan tetapi selalu bersikap berpura-pura baik dan memang sedang mencoba mencari kelemahan Rama.
Sekarang, setelah Rama membebaskannya, melepaskannya, tiba-tiba dia merindukan sifat posesif Rama.
Akan tetapi, sayang, kesempatan itu sudah hilang sekarang; bahkan Rama sudah menikah dengan wanita lain. Bahkan wanita itu sekarang sedang hamil. Wanita yang menurut Selena adalah kampungan, akan tetapi Selena juga mengakui bahwa sebenarnya wanita itu sangatlah cantik, bahkan cantiknya natural, tanpa harus memakai make up. Tidak seperti dirinya yang selalu berusaha tampil cantik dengan memoleskan aneka make up ke wajahnya untuk menutupi kekurangan yang ada di wajahnya.
Selena mengusap kasar airmatanya dengan punggung tangan. Dengan tangan terkepal tekadnya kembali mencuat. "Aku tidak akan mundur. Memangnya kenapa kalau Rama sudah menikah. Bahkan yang sudah menikah bertahun-tahun pun juga bisa berpisah." seketika itu juga seringai licik muncul di sudut bibirnya.
"Aku bisa memanfaatkan pembantu matre itu. Dia yang akan memuluskan rencanaku. Dia yang akan menjadi pion untuk menyingkirkan gadis kampung itu. Aku tidak terima, kalah pamor dari rakyat jelata!!!"
lagian Rama mana mau sama bentukan manusia tak tau diri kaya kuuu ...
blm apa² udah bikin emosiii ini manusia 😑😑😑
awas aja kalo indah plonga plongo yaaaa
..
ga ada yg lain thor alurnya