Eliza yang belum move on dari mantan tunangannya-Aizel- menikah karena dijebak oleh Raiyan yang merupakan ipar tiri Aizel , sedangkan Raiyan yang awalnya memiliki kesepakatan dengan adik tirinya yaitu Ardini, sengaja melanggar kesepakatan itu demi membalas dendam pada Ardini.
"Kesepakatan Kita hanya sebatas kau membuat nya jatuh cinta, lalu meninggalkannya setelah Aku dan Aizel menikah, Kau melanggar kesepakatan Kita Raiyan. " ~Ardini
"Tapi di surat perjanjian itu juga tidak ada larangan kalau Aku mau menikahinya."
~ Raiyan
akankah kisahnya berakhir indah? akankah Eliza kembali pada Aizel setelah mengetahui semua fakta yang selama ini Raiyan sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Semobil dengan Mantan
Di sini lah Eliza sekarang, ia duduk di sebelah Aizel yang sedang mengemudi meski sebelumnya mereka sempat berdebat, sebagai uji coba pertama, Aizel memberi usul pada Raiyan kalau dia akan berangkat bersama Eliza, negosiasi singkatnya bersama Raiyan berhasil membuat Eliza ikut bersamanya setelah Aizel menelepon Raiyan untuk memastikan Raiyan sendiri yang meminta Aizel mengantarkan Eliza ke rumah paman Udi.
Eliza yang awalnya bersikeras menolak akhirnya terpaksa Masuk ke mobil itu.
"Paman dan Bibi bagaimana kabarnya? Aku dengar mereka sudah buka usaha rumah makan ya?" ucap Aizel berbasa-basi.
"Hm." jawab Eliza benar-benar singkat.
"Kamu kenapa sih kalau diajak bicara selalu saja ketus begitu, padahal katanya Kita sudah selesai, bukankah seharusnya kita tutup buku tentang cerita masalalu yang membuat kita jadi seperti ini?" Eliza menatap lurus ke depan, ia tak menggubris setiap ocehan Aizel.
Walaupun sebenarnya Eliza kesal sekali mendengar ucapan Aizel yang begitu mudah menyuruhnya tutup buku.
Eliza memang sudah mulai tutup buku semenjak Raiyan selalu membuatnya berdebar, tapi yang namanya mantan mana mungkin bisa dilupakan dengan begitu mudah, apalagi hubungan mereka bukan terjalin dalam hitungan bulan melainkan hitungan tahun,bukannya saling menjauh mereka justru hidup serumah dengan status masing-masing sudah memiliki pasangan sah.
"Kamu pasti masih mencintaiku kan? Buktinya rasa sakitmu masih ada, berarti rasa cintamu juga masih ada yang tersisa, tapi hanya gengsi mengakuinya." Dengan penuh percaya diri Aizel mengulas senyumnya seperti orang yang tengah menangkap basah pasangannya yang sedang cemburu.
Eliza tak tahan untuk tidak menyangkal yang satu itu.
"Huft,capek ya mendengar ocehanmu, tolong turunkan Aku sekarang, rasanya lebih baik naik taksi dari pada menumpang di mobil ipar suamiku yang lupa diri ini."
"Eitss, jangan begitu dong El,Aku hanya berspekulasi, kalau memang salah, tinggal Kamu kasih tahu, Aku akan terima dengan lapang dada, yang penting Kamu tidak benar-benar menganggapku supir yang hanya bertugas menyetir." ucap Raiyan santai, ia tak lagi menunjukkan wajah memelas dan merasa bersalah.
Meskipun sampai menangis darah, Eliza tak akan kembali menjadi Eliza yang dulu, jadi sebaiknya ia mengambil hati Eliza dengan cara menjadi pria tengil dan menyebalkan, bukankah cinta akan tumbuh bahkan lewat sebuah perasaan yang bernama benci sekalipun?
"El... Aku serius, mari Kita berdamai, perlakukan Aku seperti manusia, bukan seperti haidmu yang Kau maki setiap bulan saking sakitnya, sepertinya Aku lebih buruk ya, tamu bulanan mu datang saja Kau masih bisa mengoceh, sedangkan bila Aku yang mengajak bicara Kamu hanya diam." Aizel tak kehabisan akal berhadapan dengan Eliza yang sudah berubah menjadi batu bila berbicara dengannya.
Eliza di masa lalu adalah wanita yang selalu menerima dan melengkapinya, tapi sekarang, jangankan untuk menerima, untuk berbicara dengannya pun tak mungkin.
"Aizel, dengarkan baik-baik ya! Aku, sudah menikah dan Kamu pun begitu. Kalau Kau mengajak berdamai tanpa embel-embel lenjutan kisah yang dulu sih Aku bisa saja berdamai, tapi yang Kulihat ada niat terselubung dibalik semua permintaan damaimu itu." tebak Eliza sengit.
"Ibarat pepatah, di kasih hati malah minta jantung,kalau Aku menerima berdamai denganmu, nanti Kau pasti akan meminta hal yang lain, iya kan?"
"Mana ada begitu, yang benar itu di kasih hati ya minta cinta lah." Aizel tertawa lepas, tak dihiraukannya lagi Eliza yang mulai tak nyaman semobil dengannya.
"Jangan cemberut begitu dong, El. Kamu mirip nenek lampir kalau cemberut begitu, iih seremm." lawaknya yang sama sekali tak mengundang senyum dibibir Eliza.
"El...Kamu masih ingatkan kejadian waktu makan di bakso pak kumis, waktu matamu merah karna menahan tawa melihat salah satu pelanggannya makan bakso tapi gigi palsunya malah nyemplung di mangkok bakso." Eliza ikut-ikutan menggali ingatannya karena tak ada suara lain di mobil ini selain suara Aizel, walaupun Tidak berhasil membuat Eliza tertawa tapi setidaknya perasaan kesal Eliza jadi sedikit berkurang, ia terhibur dengan ingatannya sendiri karena kejadian langka waktu mereka tengah pacaran dulu.
Lelah mendengarkan ocehan Aizel akhirnya Mereka sampai di rumah paman Udi, belum sempat Eliza turun dari mobil Raiyan menelepon Aizel dan meminta Aizel mengantarkan Eliza ke kelas renangnya, entah kapan pria itu mendaftarkannya, yang pasti Eliza hanya mengikuti perintah Raiyan karena ia percaya penuh pada suaminya itu.
Kali ini Eliza benar-benar harus mematikan mode dengarnya dengan memejamkan mata dan pura-pura tidur.