Diputuskan begitu saja oleh orang yang sudah menjalin kedekatan dengannya selama hampir tujuh tahun, membuat Winda mengambil sebuah keputusan tanpa berpikir panjang.
Dia meminta dinikahi oleh orang asing yang baru saja ditemui di atas sebuah perjanjian.
Akankah pernikahannya dengan lelaki itu terus berlanjut dan Winda dapat menemukan kebahagiaannya?
Ataukah, pernikahan tersebut akan selesai begitu saja, seiring berakhirnya perjanjian yang telah mereka berdua sepakati?
Ikuti kisahnya hanya di lapak kesayangan Anda ini.
Jangan lupa kasih dukungan untuk author, ya. Makasih 🥰🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Peka
Usai mandi dan menjalankan ibadah sholat Isya, Bisma segera keluar dari kamar tanpa mengajak Winda dan hal itu mengundang tanya bagi sang ibu mertua.
"Nak Bisma. Apa Nak Bisma merasa tidak nyaman dengan kamarnya?"
"Tidak, Bu. Kamarnya nyaman, kok. Saya hanya sedang ingin menikmati suasana malam di sini," balas Bisma sejujurnya karena memang bukan kondisi kamarnya yang tidak nyaman, tapi orang yang bersamanyalah yang membuat dia merasa tidak nyaman.
"Udara di sini sejuk, ya, Bu," tambah Bisma sambil mendongak, menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang.
"Di sini masih banyak pepohonan besar, Nak Bisma, dan hutan di belakang sana, juga terjaga kelestariannya. Berbeda dengan di kota, di mana pepohonan sudah sangat jarang."
Bisma pun mengangguk setuju.
"Angin malam tak baik untuk kesehatan, Nak Bisma. Jangan lama-lama di sini," saran Bu Titin kemudian. "Ibu masuk dulu, ya."
Bu Titin segera berlalu meninggalkan Bisma yang sepertinya masih betah berada di taman samping itu. Taman yang dapat dilihat secara langsung dari kamar pengantin.
Sementara di kamar pengantin yang tak berhias taburan bunga mawar, Winda sedang duduk termenung menghadap jendela kamarnya. Winda pun tengah menatap langit. Bukan untuk menikmati keindahan langit malam, tapi Winda sibuk memikirkan pernikahannya.
"Apa iya, aku harus merayu Mas Bisma agar dia melakukan tugasnya sebagai suami?" gumam Winda, bertanya pada diri sendiri.
Winda teringat dengan permintaan sang ibu, tepat setelah dia resmi menjadi istri Bisma tadi. Ketika sedang melakukan sungkeman, ibunya meminta agar Winda segera memberinya cucu. Dan hal itulah yang saat ini menjadi beban pikiran buat Winda.
Tentu saja Winda merasa terbebani karena pernikahannya dengan Bisma, hanyalah sebuah pernikahan kontrak. Pernikahan yang dibuat di atas sebuah perjanjian yang saling menguntungkan. Meski pada akhirnya Winda bertekad akan menjalani perannya sebagai istri Bisma, tetap saja Winda tak bisa berharap banyak pada laki-laki yang telah sah menjadi suaminya itu karena sikap Bisma tetap saja dingin padanya.
Bisma bahkan seolah tak tertarik dengan Winda. Terbukti, malam ini laki-laki itu malah memilih keluar dari kamar dan meninggalkan Winda sendirian. Padahal, Winda sudah mengenakan gaun malam transparan, yang tadi sore diberikan ibunya.
"Apa jangan-jangan, Mas Bisma bukan laki-laki normal, ya? Bisa-bisanya dia sama sekali tak melirikku tadi" gumam Winda bertanya pada diri sendiri.
"Ah, nggak mungkin! Kalau dia laki-laki nggak normal, mana mungkin hadir Arsen di pernikahannya yang dulu?" Winda pun menepuk jidatnya sendiri.
Winda yang hendak beranjak karena matanya mulai terasa berat, mengurungkan niat tatkala dia mendapati ada Bisma di taman samping. Winda pun terus mengamati laki-laki yang tengah asyik dengan cerutunya di sebuah bangku panjang yang terbuat dari kayu. Winda terus mengamati Bisma hingga kemudian laki-laki yang berada di taman itu seolah menyadari jika ada yang memperhatikannya, lalu Bisma menoleh ke arah jendela kamar yang terbuka.
Sejenak, tatapan mereka bertemu. Winda pun mengulas senyuman. Sementara Bisma terlihat biasa saja.
"Berada di bawah cahaya rembulan seperti itu, dia terlihat semakin tampan," puji Winda yang semakin mengagumi ketampanan suaminya.
Winda pun jadi membayangkan yang indah-indah. Andai mereka berdua sudah kenal sejak lama dan sudah menjalin hubungan kedekatan yang spesial, tentu malam ini akan terasa indah baginya. Bisma pasti mengajaknya ke taman itu dan mereka berdua akan bercengkrama dengan mesra di sana.
Winda bisa merebahkan kepalanya di bahu yang terlihat kokoh itu. Dan tangannya akan terasa hangat karena digenggam oleh Bisma. Tidak seperti sekarang, di mana hanya kedinginan yang dia rasakan.
"Kenapa jendelanya dibuka?"
Pertanyaan Bisma yang ternyata sudah masuk ke kamar, mengurai lamunan Winda. Winda pun menjadi gugup sendiri karena tak menyadari jika laki-laki yang baru saja dilamunkan itu, ternyata sudah meninggalkan taman.
"Mas. Aku, kok, nggak dengar kamu membuka pintu?"
"Angin malam tidak baik untuk kesehatan. Apalagi kamu mengenakan pakaian seperti itu," lanjut Bisma seraya menutup jendela kamar dan mengabaikan pertanyaan Winda.
"Tidurlah. Kamu pasti lelah."
Perintah Bisma selanjutnya, membuat Winda semakin gugup. Antara siap dan tidak siap karena malam ini dia akan tidur bersama pria asing yang belum lama dia kenal, di ranjang yang sama. Namun, setelah mengingat tekadnya yang akan mengabdikan diri sebagai istri yang sesungguhnya untuk Bisma, senyum malu-malu pun terbit di sudut bibirnya.
"Untung aku udah pakai parfum," gumam Winda sambil mengendus aroma tubuhnya sendiri ketika Bisma masuk ke kamar mandi.
Selain mengendus aroma tubuhnya, Winda pun mencium bau mulutnya sendiri untuk memastikan jika aroma mulutnya tidak mengandung gas berbahaya. Setelah benar-benar yakin, Winda lalu naik ke atas ranjang dan duduk sambil menyandarkan kepala pada heard board ranjang untuk menunggu Bisma.
Tak berapa lama, pintu kamar mandi pun terbuka. Sosok pria gagah yang mengenakan stelan piyama tidur berjalan menuju ranjang dan hal itu membuat dada Winda berdebar tak karuan. Bayangan roti sobek milik Bisma yang tadi sempat dia lihat, kembali muncul dan hal itu membuat pikiran Winda berkelana ke mana-mana.
"Benar adanya, jika pelangi indah akan selalu muncul setelah badai topan berlalu," batin Winda.
"Rapatkan bibirmu agar air liurnya tak keluar."
Suara Bisma barusan sontak membuat Winda yang tak menyadari jika mulutnya terbuka saking dia mengagumi sang suami, menutup mulut dengan rapat, lalu merebahkan diri dan menutup seluruh tubuh hingga wajah dengan selimut lembut. Winda merasa sangat malu pada sang suami karena kedapatan melongo, gara-gara pikiran mesumnya barusan tentang bagaimana rasanya jika tangannya meraba roti sobek milik Bisma.
"Jangan tutup wajahmu dengan selimut. Nanti kamu gak bisa napas," kata Bisma sambil mengambil bantal, lalu berjalan menuju sofa single yang tak terlalu panjang di sisi ruang kamar.
Winda tak mempedulikan dan tetap menutup seluruh wajahnya. Setelah beberapa saat dan Winda menyadari jika Bisma tak kunjung naik ke tempat tidur, barulah Winda menyingkirkan selimut dari wajahnya.
"Kenapa malah tidur di sana, sih? Dasar, laki-laki bodoh! Disuguhi yang enak-enak di sini, malah menyiksa diri dengan tidur di tempat sempit seperti itu," gerutu Winda.
Bisma yang belum dapat tidur karena tempat yang dia tiduri saat ini jauh dari kata nyaman, hanya diam ketika mendengar perkataan Winda. Laki-laki itu pun tetap memejamkan mata. Berharap dapat cepat tertidur dan hari segera berganti pagi agar dia bisa segera meninggalkan rumah orang tua Winda dan terbebas dari situasi yang tidak nyaman itu.
Setelah cukup lama terlihat gelisah dan membolak-balikkan badan dengan kaki tertekuk karena sofanya tak cukup panjang untuk menampung tubuhnya yang tinggi, Bisma pun terlelap. Sementara di atas ranjang yang empuk, Winda masih saja gelisah. Dia masih kepikiran dengan permintaan sang ibu mengenai cucu.
Kegelisahan seketika musnah dari wajah Winda ketika tatapannya tertuju pada remot AC yang tergeletak di atas nakas. Secepat kilat, Winda menyambar benda itu kemudian menurunkan suhu hingga batas minimal. Winda pun tersenyum puas dengan kejahilannya barusan sembari menatap Bisma yang sedari tadi tidur sambil memeluk tangannya sendiri.
"Selamat ber dingin-dingin ria suamiku. Jangan salahkan aku jika aku melakukan ini. Itu karena kamu tidak peka, Mas."
bersambung ...
***
Jika suka dengan cerita Winda, jangan lupa vote, yah 🥰
Yuk-yuk-yuk ... Sambil nunggu, apakah kejahilan Winda akan membuahkan hasil atau tidak, baca dulu cerita dari Author Kece : Razi Maulidi
Judul : Jadilah Ibu untuk Anakku
.
jangan lama2 dong tor update nya